Susu Sapi yang Sehat dan Aman untuk Dikonsumsi

Beberapa waktu yang lalu, trending dan perhatian masyarakat tersita oleh salah satu merek susu, yang diyakini memiliki kemampuan untuk menangkal atau bahkan membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh virus, yang saat ini sedang mewabah. Susu dengan kemasan kaleng berwarna putih dan berlogo binatang tersebut, ramai diperebutkan dan stok terbatas. Bahkan secara online, susu ini ditawarkan dengan harga yang jauh lebih tinggi dibanding harga normal. Sedemikian berkhasiatkah susu tersebut, ataukah hanya merupakan opini dan klaim yang terbentuk di masyarakat? Kondisi ini, mendorong klarifikasi oleh sejumlah pakar, yang selanjutnya, menerangkan tentang perbedaan jenis-jenis susu dan khasiatnya.

Adi Magna Patriadi Nuhriawangsa

Tergelitik akan hal tersebut, tulisan ini tidak akan mengulang penjelasan fenomena di atas, akan tetapi lebih memberikan informasi tentang manfaat susu, utamanya susu sapi, dalam membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas selama masa pandemi Covid-19, setelah hampir 2 tahun ini. Seperti diketahui bersama, di tengah sengkarutnya rantai pasok susu segar dalam negeri dan permasalahan pemenuhan kebutuhan susu lainnya, kita patut berbangga, bahwa konsumsi susu di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Terlebih, pada saat pandemi ini, jumlah permintaan susu semakin banyak, dengan harapan konsumsi susu mampu membantu meningkatkan imunitas dan menjaga kesehatan.

Komponen Susu Sapi dan Khasiatnya

Susu sebagai hasil sekresi kelenjar mamari hewan betina, merupakan makanan berkualitas tinggi dengan kelengkapan nutrien yang baik, seperti protein (3,3-3,5%), lemak (3-4%), karbohidrat berupa laktosa (4,9-5%), air (87-88%), vitamin, dan mikro mineral. Susu juga merupakan produk pangan fungsional bernilai ekonomis, yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dari semua kalangan usia.

Sigit Prastowo

Susu mengandung banyak nutrien fungsional yang berfungsi dalam metabolisme untuk kesehatan dan pencegahan penyakit, sehingga sering digunakan sebagai diet sehat dan seimbang. Nutrien fungsional tersebut, berbasis pada komponen protein dan peptida seperti laktoferin, laktoperoksidase, immunoglobulin, ß-laktoglobulin, α-laktalbulin, bioaktif peptide (derivat kasein dan derivat whey protein) dan berbasis pada lemak seperti conjugated linoleic acids (CLA), ω-3 long-chain polyunsaturated  fatty acid/ ω-3 LCPUFA (eicosapentaenoic acid /EPA, docosahexaenoic acid/DHA), lemak susu yang bersifat polar (fosfatidil kolin, fosfatidil ethanolamin, spingomelin, fosfatidil inositol, serebroside), serta berbasis pada oligosakarida seperti N-acetil  glukosamin, asam N-acetilneuraminin, fukosa, galakto oligosakarida/GOS, juga mineral Ca organik dan ß-karoten (Boland, 2010). Nutrien fungsional tersebut beberapa dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular, kanker, obesitas DM tipe 2, osteoporosis dan beberapa penyakit metabolik sindrom (Pareira, 2014).

Selain itu, semua komponen penyusun susu dapat berfungsi sebagai pengatur imunitas (immunoregulator), diantaranya lemak dalam bentuk Conjugated Linoleic Acid (CLA), protein dalam bentuk colostrinin dan peptida yang kaya prolin, peptida susu dalam bentuk kasein, β-laktoglobulin, α-laktalbumin, immunoglobulin, laktoferin, transferin dan serum albumin. Kasein dan fraksinya, dapat berfungsi sebagai antivirus dan immunoregulator dengan meregulasi respon innate immune.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kasein berhubungan dengan sistem innate immune melalui mekanisme aktivasi fungsi sel B dan T.  Laktoferin  telah banyak dilaporkan dapat mencegah replikasi infeksi virus, melalui interaksinya dengan partikel virus, reseptor target sel, dan mekanisme kompleks lainnya dengan sistem imunitas. Lebih lanjut, laktoferin  telah dilaporkan mampu mencegah replikasi infeksi virus SARS-CoV dan beberapa virus terkait influenza, mencegah invasi virus SARS-CoV dengan meningkatkan aktivitas sel NK dan stimulasi neutrophi melalui heparan sulphate cell receptor dan mencegah infeksi virus influenza H3N2, H1N1 dan H5N1

Susu juga dapat digunakan sebagai media beberapa probiotik yang juga berperan dalam sistem kekebalan inangnya, sehingga dapat meningkatkan sistem imun pada orang sehat dan sakit. Beberapa bakteri probiotik tersebut menghasilkan metabolit yang membantu mengatur sistem kekebalan tubuh melalui sistem mukosa pada usus dan  berinteraksi dengan TLRs, T regulator limfosit, sitokin, kemokin dan ekspresi dari sistem transkripsi sel inti pada sel epitel dan sel imun manusia dengan memanfaatkan asam lemak rantai pendek.

Asam lemak tersebut akan memengaruhi sistem pola reseptor pengenal dengan menurunkan stimulasinya karena adanya aktifasi oleh NFК-B dan TNF-α. Bakteri  probiotik beberapa juga berfungsi menghambat sistem replikasi pada virus, sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi saluran pernapasan. Hal ini dimungkinkan karena adanya modifikasi pada keseimbangan antara sitokin proinflamasi dan imunoregulasi oleh bakteri tersebut.

Pada penelitian hewan coba tikus pemberian Lactobacillus acidophilus CMCC878 secara oral dapat mengurangi peradangan sistemik dan kerusakan paru-paru, sehingga hasil ini memungkinkan untuk digunakan pada individu terinfeksi SARS-CoV-2. Beberapa strain Bifidobacterium (Bifidobacterium longum MM-2, Bifidobacterium longum BB536, dll) dan Lactobacillus (Lactobacillus gasseri SBT2055, Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus OLL1073R-1-R-1, Lactobacillus casei Shirota) dapat digunakan sebagai antivirus dan pencegahan infeksi pada saluran pernapasan dan ini dapat dimanfaatkan pada produk susu fermentasi yoghurt.

Protein Susu β (Beta) – Casein A1 vs A2

Dua kelompok protein susu adalah kasein (CSN1S1, CSN2, CSN1S2, dan CSN3) dan whey (ß-lactoglobulin dan α-lactalbumin). Kasein merupakan komponen utama protein susu yang disekresikan oleh sel kelenjar susu yang menyumbang sekitar 80% dari total protein susu. Susu sapi mengandung empat kelompok kasein utama, yaitu, CSN1S1, CSN2, CSN1S2, dan CSN3 yang masing-masing memiliki persentase 38, 10, 36, dan 13% dari total protein dalam susu. Selain itu, juga ditemukan ɤ-casein, yang diproduksi dari degradasi CSN2. Kasein pada susu berfungsi menyediakan kalsium, asam amino dan memengaruhi sifat produksi susu dan kualitas keju. Enam protein utama susu tersebut merupakan sumber dari terbentuknya peptida bioaktif.

Menariknya, ada perbedaan kasein susu terutama β (Beta) – Casein dengan varian atau bentuk A1 dan A2. Susu A1 artinya susu tersebut diproduksi oleh sapi yang membawa informasi genetik gen β-Casein dengan varian A1, sedangkan susu A2 adalah susu yang diproduksi oleh sapi yang membawa varian A2. Perbedaan secara genetik antara sapi penghasil susu A1 dan A2 adalah pada perbedaan susunan DNA gen β-Casein. Dipasaran, ada salah satu merek susu yang sudah mengemas susu A2 dan sudah dipasarkan. Meskipun masih banyak perdebatan tentang perbedaan dan khasiat susu A1 vs A2, tetapi diyakini susu sapi A2 lebih ramah dan lebih sehat untuk dikonsumsi, karena tidak mengakibatkan laktosa intoleran. Secara mekanisme, laktosa intoleran terjadi karena peranan BCM-7 yang menurunkan produksi enzyme lactase, sehingga laktosa menjadi tidak tercerna. Dan kondisi ini berbeda beda pada setiap orang responnya sebagai akibat konsumsi susu.

β-casein (CSN2) adalah salah satu protein utama susu yang dapat bervariasi tergantung susunan genetik pada sapi. Terdapat 13 varian polimorfisme CSN2 pada bangsa sapi, dengan bentuk yang paling umum adalah β-casein A1 dan A2. Perbedaan ini selanjutnya mengakibatkan perbedaan susunan asam amino penyusun protein susu dan metabolit hasil hidrolisis enzymatik di dalam saluran pencernaan. Susu dengan β-casein yang berasal dari varian A1 menghasilkan metabolit β-Casomorphins-7 (BCM-7) dan diyakini berhubungan dengan resiko penyakit yang terkait dengan opioid reseptor dalam sistem syaraf, kelenjar endokrin dan sistem imun. Konsumsi susu β-casein A1 juga dilaporkan berasosiasi dengan resiko penyakit diabetes type-1, jantung koroner, arteriosklerosis, kematian balita, autis, schizophrenia dan lainnya, sedangkan pada populasi manusia yang mengkonsumsi susu β-casein A2 dilaporkan lebih rendah terkena penyakit jantung dan diabetes type-1. Konsumsi susu β-casein A2 juga mengurangi terjadinya inflamasi yang mengakibatkan laktosa intolerance dan gangguan pencernaan lainya, menurunkan kandungan interleukin-4, immunoglobulins G, E, and G1, dan beta-casomorphin-7 serta meningkatkan level glutathione serum darah dibandingkan dengan susu yang mengandung β-casein A1.

Kabar gembira bahwa terkait dengan identifikasi varian A1 dan A2, Tri Mulyani – salah satu mahasiswa Program Studi Peternakan, Universitas Sebelas Maret, di bawah bimbingan kedua penulis telah melakukan penelitian di tahun 2020 dan menemukan bahwa sampel sapi perah FH yang diteliti (salah satunya berada di Wilayah Boyolali) memiliki varian atau alel gen β-casein B yang merupakan family dari varian A1 dan juga ditemukan alel A2. Alel B ini menurut penelitian sebelumnya  menghasilkan 4 kali lebih banyak BCM-7 dibanding varian A1. Proses pembedaan alel tersebut menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dilanjutkan dengan digesti produk PCR menggunakan enzyme. Secara total metode tersebut merupakan metode pembandingan untuk mencari perbedaan urutan DNA dengan metode Restriction Lenght Fragment Polymorphism (RLFP). Penelitian tersebut memperoleh genotip sapi dengan kombinasi A2B dan A2A2, tetapi tidak ditemukan genotip BB. Dengan ditemukannya sapi yang membawa genotipe A2A2 maka terdapat potensi untuk memproduksi susu A2 dari populasi sapi perah yang ada di peternak rakyat. Hasil penelitian tersebut telah dipertahankan di depan dewan penguji skripsi pada tanggal 26 April 2021 dan dinyatakan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.

Potensi Produksi Susu Sapi yang Ramah dan Lebih Sehat Dikonsumsi

Melihat potensi Susu dengan β-casein yang berasal dari varian A2 maka screening terhadap sapi yang membawa genotipe A2A2 dapat dilakukan secara molekuler, dan selanjutnya susu tersebut dapat dipasarkan dengan harga yang relatif lebih tinggi dibanding harga normal. Karena sesuai dengan khasiatnya, susu A2 ini diyakini lebih ramah terhadap pencernaan, contohnya tidak mengakibatkan laktosa intoleran dan mampu mencegah penyakit. Di Indonesia, sapi perah yang terbanyak populasinya adalah sapi Friesien Holstein. Sapi ini dipelihara oleh masyarakat baik secara intensif maupun semi intensif. Terlebih produksi susu secara nasional hanya mampu memenuhi 30% dari kebutuhan nasional, maka susu memiliki peranan ekonomis yang cukup besar. Sejak tahun 2003 Australia sudah memulai melakukan seleksi sapi FH yang memproduksi susu A2, dan bibitnya sudah masuk ke Indonesia. Seperti diketahui bahwa Indonesia mengimport sapi perah Friesien Holstein dari negara tersebut sebagai bibit, dan hal ini yang menjelaskan mengapa pada penelitian mahasiswa di atas, tidak ditemukan sapi dengan genotipe BB.

Penutup

Industri susu sapi nasional, masih memiliki potensi yang sangat luas untuk peningkatan dan pengembangannya. Pemenuhan susu dalam negeri yang permintaannya semakin meningkat, memiliki potensi ekonomi yang sangat menjanjikan. Di sisi lain, susu juga merupakan sumber protein hewani yang berhubungan dengan kesehatan, kecerdasan dan lebih luas berpengaruh terhadap pembangunan sumber daya manusia yang sehat dan cerdas. Mengatasi masalah stunting, sangat bisa dan efektif dilakukan dengan meningkatkan konsumsi susu sapi. Terlepas dari itu semua, adalah menjadi pekerjaan rumah untuk semua pemangku kepentingan untuk dapat memberikan jalan terbaik demi peningkatan produksi susu sapi secara nasional. Susu sapi adalah baik, dan minum susu membawa kebaikan untuk banyak pihak.

Oleh : Adi Magna Patriadi Nuhriawangsa1 dan Sigit Prastowo2

1 Laboratorium Industri Pengolahan Hasil Ternak dan 2 Laboratorium Produksi Ternak,

Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *