Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu merespon perkembangan teknologi digital dengan cukup baik. Beberapa perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi selain tumbuh pesat di dalam negeri, juga mampu tumbuh hingga pasar internasional dengan valuasi yang relatif besar. Perkembangan startup ditambah lagi dengan dukungan program pemerintah melalui program 1000 startup digital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Selain itu, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) juga memiliki program BEKUP (BEKRAF FOR PRE STARTUP) yang semakin mendukung perkembangan Startup di Indonesia.
Salah satu sektor yang tidak ketinggalan dalam perkembangan startup ini adalah di bidang peternakan. Perusahaan rintisan dalam bidang peternakan bermunculan dengan model bisnis yang berbeda beda. Kali ini penulis akan membahas mengenai fenomena beternak online, yang merupakan wujud kolaborasi virtual antara investor dengan peternak yang diselenggarakan oleh perusahaan perusahaan rintisan.
Sasaran utama dari kegiatan beternak online ini adalah investor retail, meskipun ada juga yang sudah bekerja sama dengan institusi. Sehingga perusahaan membangun platform baik berbasis aplikasi maupun website untuk menjalankan sistem. Investor menyerahkan dana investasi kepada platform, kemudian platform akan mengelola dana bersama peternak. Sehingga platform menjadi semacam manajer investasi di dalam sistem.
Perusahaan rintisan yang menjembatani antara investor dan peternak ini tidak hanya perusahaan yang fokus di sektor peternakan saja. Namun, beberapa perusahaan memang bergerak sebagai wadah perantara investasi pada bisnis yang tengah berkembang. Perusahaan rintisan yang bergerak pada bidang peternakan contohnya adalah Ternaknesia, Bantuternak, Angon dan Kandang.in. Sedangkan Tanifund -yang merupakan anak usaha dari Tanihub- dan Igrow fokus pada bidang pertanian secara umum, yang termasuk di dalamnya adalah peternakan. Masih ada lagi Santara dan Bizhare yang bergerak pada berbagai bidang dan memasukkan sektor peternakan di antaranya.
1. Jawaban dari ‘Tidak Punya Modal’
Salah satu jawaban peternak jika ditanya permasalahannya, atau hambatan untuk ekspansi adalah tidak punya modal atau keterbatasan modal. Kalaupun sebenarnya memiliki modal, barangkali memang masih ragu untuk melakukan ekspansi usaha, misalnya karena alasan pemasaran dan lain hal. Maka, dengan adanya platform beternak online ini bisa menjadi ‘jawaban dari jawaban’ peternak.
Platform akan memberikan bantuan permodalan, sekaligus pendampingan kepada peternak menggunakan tenaga yang sudah ahli di bidangnya. Selain itu, biasanya platform juga sudah memiliki komunitas pembeli (community buyer) sehingga pemasaran hasil ternak bukan lagi hanya menjadi masalah yang ditanggung peternak saja. Sebagai contoh adalah platform Tanifund yang memiliki platform pemasaran hasil agrikultur melalui perusahaan induknya, yaitu Tanihub. Ternaknesia juga memiliki pasar digital bernama SmartQurban dan TernakMart.
Modal yang bisa dikumpulkan oleh platform nilainya cukup besar dan disesuaikan dengan kapasitas peternak. Misalnya Ternaknesia, dalam satu proyek penggemukan sapi bisa mengumpulkan dana dari investor hingga 2 milyar lebih. Contoh lain adalah Tanifund, dalam satu proyek budidaya ayam petelur dapat mengumpulkan dana dari investor hingga 1,5 milyar.
Nilai dana yang cukup besar ini adalah potensi yang semestinya dapat membantu peternak dari sisi permodalan untuk melakukan ekspansi usaha. Didukung juga dengan jaringan pemasaran yang dimiliki oleh platform. Sehingga permasalahan peternak dari kedua sisi ini, bisa diselesaikan melalui perusahaan startup dalam bidang peternakan.
2. Jawaban dari ‘Tidak Punya Lahan’
Tidak memiliki lahan adalah salah satu permasalahan masyarakat yang sebenarnya ingin memiliki usaha dalam bidang peternakan. Lahan peternakan memang memerlukan spesifikasi yang khusus, mengingat kebutuhan lahan yang cukup luas dan bau yang dihasilkan dapat mengganggu masyarakat sekitar. Di samping itu, beberapa orang yang tertarik dengan usaha di bidang peternakan merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengelola usaha peternakannya sendiri. Hal ini karena usaha di bidang peternakan, meskipun potensi keuntungannya besar, juga memiliki risiko tidak kecil. Maka, platform yang dapat menampung dana dari masyarakat yang ingin beternak ini bisa menjadi solusi.
Meskipun kepemilikan ternak hanya secara virtual dan tidak memiliki ternak sepenuhnya, setidaknya masyarakat sudah benar benar ikut berkontribusi aktif untuk peternakan Indonesia. Keuntungan yang tidak sebesar jika dipelihara sendiri, tetap bisa dianggap layak karena ada pihak pihak lain yang ikut mengelola dana dari investor.
Sebagai contoh, platform investasi Ternaknesia dapat memberikan bagi hasil rata rata 1-2% perbulan dan Tanifund 1% perbulan (hasil rata rata dari penulis sendiri). Hasil ini tentu lebih besar jika dibandingkan investasi pada reksadana pasar uang (sekitar 4-7% pertahun) atau pada deposito (sekitar 4-5% pertahun), meskipun dengan tingkat risiko yang berbeda. Namun, sekali lagi, platform beternak online ini adalah solusi bagi yang memiliki modal dan ingin beternak, tetapi tidak memiliki cukup faktor pendukung sehingga membutuhkan pihak lain untuk mewujudkannya.
3. Sistem Beternak Online
Platform untuk beternak online ini terdiri dari dua macam yaitu layanan pinjam meminjam dana berbasis teknologi (peer to peer lending) dan Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi (equity crowdfunding). Pembagian jenis platform ini dilakukan berdasarkan cara kerja pengelolaan dana dan sistem bagi hasilnya.
Platform yang menggunakan sistem peer to peer lending akan mengumpulkan dana dari investor, kemudian dana dipinjamkan kepada peternak untuk dikelola. Pengumpulan dana berbasis pada proyek yang akan dijalankan. Pada akhir periode proyek, investor akan mendapatkan modal awal beserta dengan keuntungan yang merupakan bagi hasil antara investor, platform dan peternak.
Apabila ternyata proyek mengalami kerugian, maka tentu saja investor akan menjadi pihak yang juga menanggung kerugian. Beberapa platform yang menggunakan sistem ini adalah Tanifund, Ternaknesia, Igrow, Kandang.in, dan BantuTernak. Tidak semua platform ini fokus pada peternakan saja, tetapi pada agrikultur secara luas, yang juga mencakup bidang pertanian dan perikanan.
Sistem equity crowdfunding, sesuai namanya, menawarkan kepemilikan saham perusahaan. Platform berfungsi sebagai pasar saham sekaligus menjadi perantara investor dengan peternak. Sebagai pemegang saham perusahaan, investor akan mendapatkan deviden pada waktu dan nilai yang telah disepakati bersama.
Sebagai modal untuk membeli saham, maka dana yang digunakan untuk membeli saham tidak dikembalikan kepada investor. Namun, investor dapat menjual kepemilikan sahamnya kepada pihak lain melalui pasar sekunder, apabila pihak platform memiliki kebijakan demikian.
Contoh platform equity crowdfunding adalah Santara dan Bizhare. Kedua platform ini memang tidak fokus pada bidang agrikultur saja, hanya saja beberapa perusahaan telah bekerja sama untuk menjual sahamnya melalui platform.
Kedua sistem yang dijalankan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam menentukan platform mana yang akan digunakan salah satu indikator utama yang perlu diperhatikan adalah kepatuhan terhadap peraturan pemerintah, yang dalam hal ini diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK secara berkala akan memperbarui daftar perusahaan yang terdaftar, berizin, dibatalkan izinnya atau bahkan perusahaan yang dinyatakan ilegal.
4. Pengejawantahan Industri 4.0
Perkembangan berbagai platform digital sering disebut sebut sebagai bagian teknologi industri 4.0. Industri 4.0 identik dengan Internet of things-IoT, big data, machine learning, artificial intelligence-AI, robot, dan sharing economy. Referensi lain juga menambahkan indikator lain dari industri 4.0 seperti blockchain dan kendaraan tanpa awak.
Bagaimana dengan platform beternak online yang mengkolaborasikan investor dan peternak ini? Meskipun tidak bisa dibilang sepenuhnya sebagai industri yang mengadaptasi industri 4.0, setidaknya perkembangan teknologi ini adalah langkah langkah awal kita untuk menerima dan beradaptasi dengan adanya industri 4.0.
5. Dua Sisi Mata Uang
Bak dua sisi mata uang, maka ada dua kondisi berbeda yang saling berkebalikan. Pada dasarnya, dalam banyak hal memang kondisi seperti merupakan hal yang wajar dan selalu terjadi. Lalu bagaimana dengan platform beternak online ini?
Pada satu sisi, tentu sudah cukup jelas pada pembahasan di atas. Bahwa platform beternak online ini merupakan solusi, baik untuk peternak maupun untuk investor. Selain itu, platform ini juga menjadi bagian dari pengejawantahan industri 4.0, yang mana Indonesia tengah ‘belajar’ untuk beradaptasi.
Sisi yang lain, tentu ada hal hal yang harus dihadapi, oleh banyak pihak. Bagi investor, investasi di bidang peternakan merupakan salah satu investasi yang berisiko cukup tinggi. Ditambah lagi dengan kondisi dimana investor tidak dapat berperan aktif dalam pengelolaan ternak, karena sudah diserahkan kepada peternak dan platform. Sedangkan bagi peternak, maka dibutuhkan peternak yang benar benar memiliki kecakapan dalam budidaya ternak. Terlebih, dalam hal penambahan skala usaha, maka kemampuan manajerial yang baik tentu dibutuhkan, lebih dari sebelumnya.
Platform juga perlu memikirkan dengan matang model bisnis yang akan dijalankan. Jika platform fokus pada ‘Investasi Berdampak Sosial’ yang memilih peternak-peternak skala kecil, dengan kepemilikan 1-2 ekor ternak sapi misalnya, maka akan berbeda cerita dengan platform yang memilih peternak yang sudah berpengalaman melakukan budidaya dengan kapasitas ratusan-ribuan ekor ternak. Platform perlu mempertanggung jawabkan dana milik investor, yang sekaligus memenuhi tujuan utama dari bisnisnya.
Lebih jauh lagi, platform yang terintegrasi dengan komunitas pembeli (community buyer) maka akan memotong jalur distribusi ternak. Pencipta pasar yang semula berwujud fisik, menjadi sebuah pasar digital, yang menghubungkan peternak dengan pembeli secara langsung. Maka dalam hal ini, ada banyak pekerjaan (dan tentu saja pekerja) yang akan tereliminasi, misalnya bakul hingga penjual yang ada di pasar ternak, akan tetapi dengan langsungnya hubungan antara peternak dan pasar maka keuntungan peternak menjadi lebih terasa. Hal ini yang selama ini menjadi masalah dari usaha peternakan secara tradisional dimana margin keuntungan yang besar tidak pernah dirasakan oleh peternak yang menanggung paling besar biaya investasi.
6. Kejujuran Adalah Faktor Kunci
Ketika investasi pada bidang peternakan yang secara online mulai masif ditawarkan, pemilik usaha harus secara realistis mampu melakukan proses konversi faktor produksi menjadi produk peternakan yang dapat diterima oleh pasar. Perhitungan pada keuntungan dengan margin yang dapat dipertanggung jawabkan menjadi salah satu garansi untuk investor. Perlu diingat, usaha beternak merupakan usaha yang melandaskan kegiatannya pada makhluk hidup yang potensinya hanya dapat dimaksimalkan juga faktor lingkungan dipenuhi dengan maksimal, sehingga efisiensi dapat tercapai. Kejujuran dari peternak yang menerima investasi, dan pemahaman faktor risiko dari investor haruslah berkolaborasi.
Saya sarjana peternakan, ingin berwirausaha tapi modal bisa dikatakan minim. Kandang ada dan rumah di pojok desa dengan kanan , kiri dan belakang perkebunan kelapa sawit.
Saya punya lahan dan kambing tapi masih kurang modal
saya ingin sekali beternak ayam di daerah kota medan,tapi saya tidak ada modal dan lahan tapi saya memiliki kemauan yang tinggi dibidang peternakan.