Kalau sudah suratan takdir, tak seorangpun dapat mencegah datangnya ajal yang tak terduga.. Ini di alami oleh sahabat, teman akrab kita Ir. Djodi Achmad Hussain Soeparto MM yang tiba tiba sesudah mengaji ba’da Subuh pagi ini meninggal dunia dengan tenang.dalam usia 71 tahun. Sesudah mengaji p Djodi langsung mengeluh sakit didada kepada sang istri Rini dan langsung lemas. Rini istrinya mencoba membangunkannya tetapi Allah SWT memang sudah berkehendak untuk memanggilnya sehingga p Djodi menghemnuskan nafas terakhirnya di hadapan istri tercintanya , pagi hari ini tanggal 16 Oktober 2022. Serangan jantung tiba tiba menyerang tubuhnya yang tak kuasa ditangkalnya.
Tidak ada firasat apapun bahwa almarhum akan meninggal kata Rini kepada saya. Malahan sehari sebelumnya masih aktif mengajar memberi kuliah kepada para mahasiswa nya di IPMI , sebuah Perguruan Tinggi di bilangan Lenteng dekat Pasar Minggu. Mata kuliah yang almarhum ampu adalah Manajemen Pemasaran. Sehari sebelum dia aktif mengajar, malahan almarhum berkunjung ke Purwokerto bertemu dan mengunjungi bekas sahabatnya Dr. A.Shodiq yang menjadi Rektor Universitas Jenderal Soedirman. Almarhum minta foto bersama kata Rini sambil terisak isak Maafkan Mas Djodi ya Mas katanya sambil sesenggukan di ujung telepon.
Ir. Djodi Achmad Hussain Soeparto MM adalah pria kelahiran Semarang, 9 Januari 1951. Lulusan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Menempub kulia di Australia di Post Graduate Schooll.James Cook University,se Angkatan dengan saya dan Djoni Liano serta sebagian anggota Grup WA, MIT, yaitu Masyarakat Indonesis Townsvile .Meniti karier di Direktorat Jenderal Peternakan, dengan terlebih dahulu menjadi CPNS 1 Maret 1980. Lama bertugas sebagai sebagai staf di Kendari Sulawesi.Tenggara pada SESTADP suatu proyek bantuan Bank Dunia untuk. daerah transmigrasi yang membantu mengembangkan peternakan sapi,. Kemudian beliau ditarik ke kantor pusat Direktorat Jenderal Peternakan.
Di tempat ini, almarhum menurut penuturan H. Kosim Abdullah mantan Kepala Bagian Kepegawaian, pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Keuangan dan kemudian di promosikan menjadi pejabat eselon ii b mengepalai salah satu Unit Pelaksana Teknis ( UPT) Perbukitan di Balai Besar Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan di Baturraden, Jawa Tengah..
Memasuki masa pensiun, almarhum mengisinya dengan mengajar mengampu mata kuliah Marketing di Fakultas Ekonomi di Institut IPMI di bilangan Lenteng Jakarta Selatan. Sosok gagah, ganteng mirip pria bule ini ternyata sangat santun, mudah diajak bicara dan berbicara pelan, sopan, tidak pernah marah sedikitpun sehingga semua orang baik yang lebih senior dan yunior selalu memanggilnya dengan Mas Djodi.
Kami, bersama P Abubakar, Ibu Iche, ibu Rini Subekti yang kebetulan rumah berdekatan dengan rumah almarhum dulu di Komplek Departemen Koperasi di Jl Radar AURI sangat akrab. Merasa senasib sepenanggungan. Sama menderita waktu awal menjadi PNS di Ditjen Peternakan tahun 1983-an. Sama-sama ikut bis Jemputan atau ikut omprengan pulang pergi ke kantor. Jemputan dengan berkumpul bersama di Komplek AURI mengompreng mobil jenis Suzuki atau Toyota yang dimiliki oleh karyawan yang kebetulan berkantor di seputaran gedung Salemba Raya 16. Suka duka pernah sama sama dialami oleh kami, sebelum kantor Salemba terbaksr di tahun 1996.
Diberitakan pula bahwa kantor Ditjen Peternakan waktu itu terbakar ludes oleh aksi KUDATULI. Kantor kami dalam pengungsian diberitakan oleh berbagai media waktu itu. Karena masing-.masing unit kerjanya terpaksa bertebaran di sekitar gedung kantor pusat Departemen Pertanian. Saya ingat benar selama beberapa bulan Dit. Bina Program waktu itu berkantor di ruang rapat Gedung A lantai 3 nomer 330, yang disulap mirip kantor kelurahan.
Pada waktu itulah p Djodi mewakilin bagian keuangan bersama saya di bagian Bina Program menjadi dapur untuk menggodok seluruh pengadaan alat dari mebiler sampai komputer yang ludes terbakar. Ibu Ir. Elmi Sarlis dan Bapak Drh. Sridadi selaku Sekedtaris dan Direktur Bina Program yang berjasa untuk mengganti seluruh peralatan yang terbakar habis waktu itu, melalui dana APBN. Sampai sekarang sebagian peralatan itu masih terpakai dengan baik.
P Djodi, hidupmu yang penuh pengabdian terhadap keluarga dan negara. Bahkan sampai usia pensiun telah kau dedikasikan dengan berbagi ilmu yang bermanfaat tidak saja kepada murid mahasiswamu tetapi juga untuk negara. Sudah suratan takdir engkau dipundut lebih dulu.
Selamat jalan sahabat. Kelak kita akan bertemu jua pada waktunya. kami merasa kehilangan yang besar atas kepergianmu terutama Rini istrimu dan Agam dan Firman serta dua orang cucu., dan sanak famili.
Dimakamkan hari ini ba’da Dzuhur di TPU Menteng Pulo. Rumah duka Jl Sederhana Vi No 102, Komplek KPAD Cijantung, Jakarta Timur
Depok, 16 Oktober 2922
Sahabatmu,
M.Chairul Arifin
Ir. Burhani Rachman atau biasa kita panggil dengan pak Bur, adalah sosok pria tegap, tinggi dan smart, kelahiran Kota Bukittinggi, 21 Juni 1944. Pada usia 77 tahun telah meninggalkan kita para sahabat, teman dan handai tolannya. Pak Bur tadi malam 4 Desember 2021 sekitar jam 20.00 telah meninggal dunia dengan tenang karena sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Jati Padang Pasar Minggu. Menurut info yang diperoleh oleh Rurit Indaryati, salah seorang sahabat Istrinya , pak Bur sebelumnya mengalami jatuh. Kejatuhan badannya ini menyebabkan adanya perdarahan di kepalanya sehingga p Bur dibawa ke rumah sakit yang akhirnya kemarin menghembuskan nafas terakhir untuk meninggal kita , menutup mata selama lamanya..
Burhani Rachman, memulai kariernya sesudah lulus dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada di Direktorat Jenderal Peternakan 1 Maret 1978 Pertama sebagai staf di Direktorat Bina Produksi kemudian ditugaskan di Bimas Ayam yang banyak ditempati oleh Staf Direktorat Bina Produksi. Waktu itu Bimas Ayam dipimpin pertama kali oleh Ir. Sabrani dari Balai Penelitian Ternak Ciawi. Burhani Rachman sejatinya dari Direktorat Produksi . Bimas Ayam adalah Proyek pemerintah untuk pengembangan ayam ras di Indonesia yang pertama kali sejak diselenggarakannya Pameran Unggas di Istana pada tahun 1973. Sebagai tindak lanjutnya dibentuklah Proyek Bimas (Bimbingan Massal) Ayam yang menjadi cikal bakal perkembangan ayam ras di Indonesia
Cukup lama berkarier di Bimas Ayam akhirnya almarhum di promosikan sebagai salah satu eselon III di Direktorat Bina Program untuk menempati pos Kepala Sub Direktorat Kerjasama Program atau biasa orang menyebutnya sebagai KLN yaitu sebagai sub Direktorat yang memang ditugaskan menangani hubungan dengan luar negeri termasuk memberangkatkan staf yang akan tugas belajar dan melaksanakan pelatihan, menghadiri seminar, workshop dan sebagainya keluar negeri. Kepintarannya untuk tulis menulis dalam bahasa Inggris jualah yang akhirnya membawa almarhum diangkat jadi Pemimpin Proyek Pengembangan Usaha Tani Tani Ternak Kecil Terpadu di Kawasan Timur Indonesia (PUTKATI) bantuan IFAD- Bank Dunia sampai beliau pensiun 1 Juni 2000.
Beliau digantikan oleh Ir. Djoni Liano MSc sebagai Ka Subdit Kerjasama Program Dit. Bina Prrogram. Menurut Djoni, almarhum adalah sosok pribadi pekerja keras dan banyak menolong. Sudah tak terbilang staf dan pimpinan Direktorat Jenderal Peternakan yang telah dibantunya berangkat ke luar negeri dan memperlancar pengelolaan bantuan tehik atau loan dari berbagai donor luar negeri. Proyek PUTKATI itupun suatu prestasi sampai beberapa kali di perpanjang karena keberhasilannya mengembangkan ternak sistim bergulir dengan modified in kind. Memang sejak tahun 1980 an banyak proyek bantuan luar negeri dibidang peternakan dan kesehatan hewan . Sebut saja NTASP ( Nusa Tenggara Agriculture Services Protect) , Proyek Masyarakat Ekonomi Eropa, SESTADP (South East Sulawesi Agriculture Development Protect), Asian Development Bank Protect ( ADB ) dan banyak lagi bantuan tehnik kerjasama lainnya. Sehingga kemajuan peternakan Indonesia ditentukan juga sebagian dari proyek-proyek bantuan luar negeri. Banyak daerah di Indonesia yang tadinya miskin ternak kini jadi sentra produksi ternak.
Jenazah akan di solatkan jam 10.00 di Mesjid Palapa Pasar Minggu sebelum dimakamkan hari ini di TPU Jeruk Purut.
Pak Bur telah tiada, meninggalkan seluruh karya dan pengabdiannya kepada kita sekalian. Kepada istri, anak dan cucunya serta seluruh sanak sadonyo nya terutama kepada para sahabat dan teman sejawatnya dulu waktu aktif bekerja yang sekarang sudah purna tugas, kami iklaskan kepulanganmu menghadap Illahi Rabbi. Semoga almarhum mendapatkan tempat yang layak disisiNya.
Selamat jalan Sahabat, cepat atau lambat kami akan menyusulmu kelak
Innalillahi wa Inna ilaihi Raji’un
Depok, 4 Desember 2021
M. Chairul Arifin
Dua kali gagal menjadi Bupati di Manggarai, Flores, di tempat tanah kelahirannya, Victor Selamet tidak pantang menyerah tetapi dia lalu banting stir menjadi seorang peternak babi. Kapok menjalankan berbagai upaya untuk menjadi calon bupati yang sudah menguras tenaga, pikiran dan tentu saja materi serta melawan berbagai intrik yang harus dihadapinya dari calon lawannya yang menyebabkan jadi beban lahir batin sewaktu mencalonkan dirinya jadi bupati di kampung halamannya. Itu beberapa hal yang diceritakannya kepada saya selaku salah sahabatnya
Victor semula adalah pejabat karier di Ditjen Peternakan. Pernah menjadi staf Nusa Tenggara Agriculture Service Project, suatu proyek bantuan luar negeri dibawah Ditjen Peternakan waktu itu, kemudian dipindah ke pusat dan berkarier di Ditjen Peternakan di Direktorat Budidaya, khususnya menangani pelaksanaan Inseminasi Buatan atau IB pada ternak besar di Indonesia. Pernah menjadi Pimpinan Proyek Pengembangan Usaha Tani Ternak Kecil di Indonesia Timur (PUTKATI) suatu proyek bantuan IFAD-Bank Dunia yang mengintegrasikan antara usaha tanaman dengan ternak sapi sebagai komponen utamanya. Menjelang pensiun di tahun 2011-2015, kemudian dia dipercaya sebagai “Komandan” Program Swasembada Daging Sapi, yang saat itu menjadi ikonnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Inilah yang jadi akhir karier sebagai Aparatur Sipil Negara.
Selepas pensiun di akhir 2015 dengan idealisme tinggi Victor Selamet, berniat mencalonkan diri sebagai Bupati di kampung halamannya di Kabupaten Manggarai, Flores, sekalian mengabdi di tanah kelahiran . Segala persiapan telah dilakukan sebagai Calon Bupati dari sejak menggalang dukungan baik di tingkat pusat maupun di tanah Flores berikut dukungan para sponsor yang bersedia. Tetapi apa lacur , saat pemungutan suara dilakukan ternyata dukungan lebih banyak kepada para calon petahana dan calon yang lebih dahulu mengakar di masyarakat setempat. Victor kalah telak dan berbagai strategi yang telah dilakukan kandas sudah tidak berhasil.
Kapok ? Bagi Victor tidak. Selanjutnya 5 tahun kemudian mencalonkan diri lagi jadi Bupati dengan strategi baru tidak melawan petahana, tetapi dengan wakil petahana dan calon lainnya. Berhasilkah Victor ? Upaya mencapai kursi Bupati ternyata tidak berhasil juga, dan impian menjadi Bapak Bupati harus terkubur lagi dalam-dalam. Disini Victor lantas kapok seperti diawal tulisan ini dan berpikiran tidak lagi menjadi birokrat. Dia lalu bermunajat untuk banting setir menjadi seorang peternak babi yang memang komoditas babi menjadi salah satu andalan pulau Flores.
Segala ilmu yang dia peroleh sejak kuliah di Akademi Farming Semarang lanjut ke Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang dan pengalaman bekerja di Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, membuka wawasan baru untuk menjadi peternak babi yang profesional. Pernah pada beberapa kali kesempatan di Jakarta, Victor tidak malu malu bertanya kepada para sahabatnya yang ahli babi tentang tehnik yang baik beternak babi. Akhirnya bermodalkan sisa-sisa hartanya yang tidak seberapa dia mulai beternak babi dengan membeli 12 ekor bibit Yorkshire dan Duroc di Solo dan membawanya sendiri ke Manggarai, untuk memulai usaha peternakan babinya. Peternakan babinya didirikan dengan nama CV. Rambu Tedeng yang artinya Bunga Jagung yang senantiasa berbunga terus menerus, dari bahasa Manggarai.
Hambatan awal selalu ada. Sikap sinisme sebagian kalangan terhadap usahanya terjadi. Victor bergeming, dan tidak menghiraukan omongan orang yang sinis dan skeptis. Di tahun 2018 usaha peternakan babi yang dimulai dengan 12 ekor bibit yang dibawanya dari Solo telah berkembang menjadi usaha budidaya babi starter, grower dan finisher. Telah banyak hasil penjualan babi kepada masyarakat lokal. Dengan mengawin silangkan dengan jenis babi lokal, kini telah berkembang menjadi paling sedikit 300 ekor babi yang dipeliharanya.
Berbekal ilmu S2 bidang Marketing yang digondolnya di Jakarta, mulai diterapkannya konsep agribisnis terpadu-terintegrasi dari sejak hulu (bibit, usaha pakan), dengan usaha budidayanya. Kemudian impiannya untuk berbasis sumberdaya lokal didirikanlah pabrik pakan babi yang tidak saja untuk keperluan peternakannya sendiri tetapi juga untuk masyarakat peternak babi lainnya. Jagung dan dedak berasal dari sumberdaya lokal,hanya kedelai terpaksa impor.
Rupanya usaha pakan ini menarik perhatian Gubernur NTT, Victor Laiskodat yang memintanya agar membuat rancang bangun usaha pabrik pakan babi untuk propinsi NTT yang secara serius mengunjungi peternakannya, terbang dari Kupang ke Manggarai
Tidak puas dengan usahanya yang bergerak di segmen hulu dan budidaya, maka Victor berpikir keras untuk melakukan usaha ke hilir yaitu pengolahan daging babinya. Pengolahan daging ini melahirkan Sei Babi yang kemudian dikemas dalam vacuum flash dalam plastik sehingga tahan lama dan dapat dikirim antar kota dan antar propinsi. Jadi di segmen hilir telah pula dilakukan pengolahan.
Manggarai adalah salah satu tujuan utama pariwisata Indonesia, Labuhan Bajo dengan wisata alam komodo. Posisi ini memaksa Victor untuk memanfaatkan peluang nya sebagai Daerah Tujuan Wisata Super Prioritas ( DTWSP). Maka Victor memanfaatkan peluang ini dengan mendirikan restorant dan cafe berkelas untuk para wisatawan asing dan domestik untuk mencicipi sei babi RambuTedeng yang sudah mulai terkenal selai makanan olahan lainnya. Menurut Victor Manggarai itu merupakan daerah persinggahan ketempat lainnya di Flores seperti Danau Kelimutu dan Way Rebo yang sudah terkenal itu. Sehingga tinggal membentuk jaringan pasar produk produk peternakannya. Banyak sudah wisatawan asing yang sudah menikmati produknya. Bahkan produk sei babinya sudah mencapai kota Surabaya dan Jakarta. Jadi komplitlah sudah ilmu yang didapatnya yaitu agribisnis peternakan terintegrasi terpadu dari sejak hulu, budidaya, pengolahan dan pemasaran
Ingin rasanya menikmati jerih payah Ir. Victor Selamet MM. Saya dan seluruh sahabat sahabatnya saling berdoa untuk kesuksesan masing masing. Sosok Victor adalah contoh keberhasilan dari seorang pensiunan birokrat, calon Bupati yang banting setir menjadi seorang pengusaha agribisnis peternakan saat ini.
Depok, Akhir November 2021
M. Chairul Arifin
Iman Karmawan bukanlah orang baru di ISPI Jawa Barat. Sebelumnya, Bapak 3 anak ini adalah Ketua Pengurus Cabang ISPI Jabar 1 sejak 2019. Dengan pengalaman ini, tentu dapat menjadi bekal untuk memimpin pada cakupan Jawa Barat secara keseluruhan.
Pria lulusan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ini juga pernah menjadi Pengurus Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Padjadjaran (UNPAD) Komisariat Fakultas Peternakan sebagai Ketua IV Bidang Usaha IKA dan Pengembangan Kewirausahaan Alumni dari 2016 hingga 2020. Saat ini, Ia menjadi Dewan Pengawas, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Padjadjaran – Komisariat Fakultas Peternakan dan Ketua Pengawas, Yayasan Pendidikan dan Amal Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Jiwa kepemimpinan Pria kelahiran Bogor 57 Tahun ini memang sudah terasah sejak lama. Setelah lulus S2 Magister Manajemen dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta pada tahun 2000, pada tahun 2004 Ia memimpin CV Budi Sarwahita sebagai Direktur Utama.
Bersama kepengurusan PW ISPI Jabar, Iman memiliki visi menjadi organisasi profesi peternakan yang berdaya saing dan berkontribusi dalam pembangunan di Jawa Barat dan Nasional. Untuk menggapai visi tersebut, misi yang akan dilaksanakan yaitu menumbuhkembangkan dan membina potensi, kompetensi dan profesionalisme organisasi dalam bidang peternakan dan pangan; memperkuat dan mengembangkan praktik-praktik kesarjanaan dan keinsinyuran peternakan yang bersifat multidisiplin dan multisektoral berbasis ilmu, pengetahuan dan teknologi; serta memperluas jejaring kolaboratif dan kesinergian di antara pemangku kepentingan bidang peternakan melalui penelitian dan pengembangan bidang peternakan.
“Sejalan Visi Misi kami dan Pemprov Jabar, saya berharap PW ISPI Jawa Barat terus berperan aktif dan berkontribusi mendukung JABAR JUARA”, terangnya kepada ISPI News terkait harapan PW ISPI Jabar di bawah kepemimpinannya.
]]>Erwan merupakan Sarjana Peternakan di bidang nutrisi ternak dari Universitas Andalas Padang yang lulus pada 1997. Sempat menjadi dosen di Universitas Jambi sampai dengan 2006, Ia kemudian pindah ke Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) Riau.
Di UIN SUSKA inilah jiwa kepemimpinan pria 4 anak ini mulai terlihat dan terbilang moncer. Delapan tahun sejak kepindahannya, Erwan yang memiliki kemampuan 4 bahasa (Bahasa Indonesia, Inggris, Jepang dan Malaysia) ini sudah diangkat sebagai Dekan di Fakultas Pertanian dan Peternakan. Bahkan, Bapak 4 anak yang masih tergolong muda ini sudah menjadi Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama sejak Juli 2021.
Erwan tentu tidak begitu saja dipercaya sebagai pemegang tampuk kepemimpinan. Sejak kuliah S1, Ia sudah aktif di berbagai organisasi dan memiliki posisi yang strategis. Bahkan, ketika melanjutkan kuliah S2 di Universiti Putra Malaysia dan S3 di Kyushu University Jepang ketertarikannya di bidang organisasi masih terus berkembang. Misalnya, Ia pernah menjadi The Vice President of Indonesian Youth Association Branch University of Putra Malaysia dan Coordinator of Prosperous Division, Indonesian Student Association of Fukuoka.
Berbekal pengalaman itulah, Erwan yakin akan mampu melakukan berbagai perubahan di bidang peternakan dengan CEPAT, dikerjakan dengan TEPAT sehingga permasalahan yang dihadapi peternakan akan segera TUNTAS. Hal ini sesuai dengan tagline PW ISPI Riau yaitu CTT Cepat Tepat dan Tuntas.
Selain itu, Erwan juga memiliki harapan untuk mewujudkan kolaborasi dengan misi ABG yaitu Academic, Business dan Government. Dengan kolaborasi ini harapannya PW ISPI Riau dapat menyatukan berbagai stakeholder Peternakan untuk berkembang ke depan.
]]>YOGYAKARTA, ISPINews. Karir panjang dalam dunia pendidikan sudah dilalui Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. Berbagai penghargaan menjadi bukti nyata perjalanan panjang itu. Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, pernah mendapatkan penghargaan Taoyuan Association of Travel Agent: Consultant Team (Taiwan-2018) dan Taichung National University: Academic/Curriculum contribution (Taiwan-2018).
Prof. Budi – sapaan akrabnya, tak diragukan lagi, memang telah lama aktif pada berbagai organisasi dan kegiatan internasional. Saat ini, ia merupakan President of Asian Tourism Management Academic Association (ATMA) yang sudah dipegangnya sejak tahun 2017. Ia juga menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Southeast Asia Network of Animal Science (SEANAS) sejak tahun 2009.
Tak heran, sebagai alumni S2 di University of the Philippines di Los Banos, Filipina dan S3 di Kasetsart University, Thailand, tentu jaringan internasional yang dimiliki Prof. Budi sudah dimulai sejak kuliah.
Kiprah laki-laki kelahiran Kudus, pada tahun 1970 ini di kancah Internasional, juga ditambah dengan menjadi Board Member of Asian Association of Agricultural Colleges and Universities (AAACU), Board Member ASEAN Agricultural University Network (AAUN), dan mantan Tim Pemrakarsa Rural Advisory Services Southeast Asia (RAS-SEA) dan Indonesia (RASI).
Tak hanya itu, selain mengajar di Fakultas Peternakan dan Sekolah Pascasarjana UGM, alumni S1 Peternakan UGM tahun 1994 ini, juga menjadi Adjunct Professor di Maejo University, Thailand dan di Tainan University of Technology, Taiwan.
Maka tak heran, bila dalam 10 tahun terakhir, Prof. Budi pernah menjadi nara sumber utama pada International Conference di luar negeri sebanyak 18 kali. Hal ini tentu didukung oleh hasil-hasil penelitiannya yang telah telah mencapai lebih dari 110 publikasi ilmiah, baik dalam bentuk jurnal, prosiding maupun buku. Ia juga telah meluluskan 19 orang Doktor dan 27 Master dari berbagai Negara, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, Taiwan dan Timor Leste.
Di dalam negeri, Prof. Budi juga memiliki peran yang tidak bisa diremehkan. Di Fakultas Peternakan UGM, Prof. Budi merupakan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan periode 2012-2016 dan 2016-kini. Ia juga merupakan Ketua Umum Perhimpunan Ilmuwan Sosial Ekonomi Peternakan Seluruh Indonesia (PERSEPSI) sejak tahun 2016. Prof. Budi juga aktif di organisasi Persatuan Insinyur Indonesia (PII) sebagai Wakil Badan Kejuruan Teknk Peternakan dan Majelis Uji Kompetensi PII.
Sejak mahasiswa, Prof. Budi aktif di organisasi Hipromapet (Himpunan Mahasiswa Pencinta Ilmu-ilmu Peternakan) yang bergerak dalam bidang kewirausahaan. Bekerja sambil kuliah juga dilakukannya ketika menjadi mahasiswa. Penghobi jogging dan lari ini, pernah mendapatkan juara 1 Mini Marathon yang diselenggarakan oleh Angkatan Udara di Kampengsaen, Thailand, dan Vertical Marathon di Bangkok, Thailand pada tahun 2004.
Baca juga: Kemeriahan Sambut Pemilihan Dekan Fakultas Peternakan UGM 2021
Prof. Budi juga sudah menyusun rencana program unggulan selama 5 tahun ke depan, bila dipercaya menjadi Dekan Fakultas Peternakan UGM. Ia akan melanjutkan cita-cita Fakultas Peternakan UGM menjadi the best ten in higher education of animal science in tropical countries dan menjadi rujukan bangsa di bidang peternakan, dengan melakukan berbagai program, seperti memperkuat jejaring internasional di negara-negara tropis Asia dan Amerika Latin dengan berbagai macam skenario kerja sama. Program lainnya, akan memperjuangkan Profesi Insinyur yang memiliki kekuatan sebagai pemegang kewenangan penuh di dunia industri peternakan dengan berbagai macam skenario, melakukan kerja sama dengan industri dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan, memberikan sumbangan pemikiran yang riil serta hasil-hasil penelitian kepada pemerintah, dalam menentukan kebijakan peternakan di Indonesia, dengan bersinergi dengan ISPI, PII serta asosiasi-asosiasi pengusaha dan keahlian di bidang Peternakan.
]]>YOGYAKARTA, ISPINews. Institute for Halal Industry & System (IHIS) adalah salah satu Pusat Unggulan IPTEK di Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah menghasilkan puluhan publikasi ilmiah, baik jurnal, seminar maupun buku terkait dengan Auntentikasi Halal pada produk makanan, farmasi dan kesehatan. Hasil karya ini, tentu tidak lepas oleh peran Prof. Ir. Yuny Erwanto, S.Pt., MP., PhD, IPM., sebagai ketua IHIS, yang juga dosen dan Ketua Program Studi Doktor Fakultas Peternakan UGM.
Prof. Yuny adalah alumni S1 dan S2 Fakultas Peternakan UGM. Selanjutnya, ia menyelesaikan S3 selama kurang dari 3 tahun, di United Graduated School Kagoshima University Jepang. Ketertarikannya pada bidang industri halal sudah dimulai ketika melakukan penelitian terkait dengan pemalsuan daging dan produk daging pada tahun 2007. Ia menggunakan berbagai metode, khususnya pada metode berdasarkan teknologi DNA.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada bidang teknologi hasil ternak maupun industri halal, Prof. Yuny sudah menghasilkan lebih dari 50 artikel ilmiah, yang diterbitkan oleh penerbit bereputasi internasional. Jika termasuk publikasi lainnya, sudah ada ratusan artikel yang dipublikasikan.
Pengetahuan Prof. Yuny tidak hanya dibagikan dalam bentuk naskah akademik saja, tetapi juga dalam bentuk pembinaan masyarakat. Ia aktif dalam membina masyarakat peternak, khususnya peternakan ayam kampung di berbagai kelompok ternak di Yogyakarta dan sekitarnya. Super Farm adalah payung usaha bersama dalam bentuk social entrepreneurship bersama masyarakat, yang telah mendekatkan antara end user rumah makan dan konsumen lain, dengan peternak.
Dalam sebuah kesempatan lain, mantan Sekretaris Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM ini mengaku, aktivitas di luar kampus yang paling disukai adalah bergaul dengan peternak, petani dan masyarakat, serta menyelami kehidupan berbagai individu atau kelompok masyarakat.
Peran keluarga dalam menunjang kesuksesannya, hingga kini sangat dirasakan. Keluarga adalah tempat dimana kita merasa nyaman, saling memotivasi dan saling membantu. Keluarga, juga menjadi tempat berdiskusi dan berlatih mendewasakan diri.
Saat ditanya ISPI News, siapa orang yang paling berperan membantu dan membentuk karakter, hingga sukses seperti sekarang? Dengan tegas, Prof. Yuni menjawab Ibu. Mulusnya perjalanan karir, sebenarnya adalah karakter dirinya yang ditempa keadaan sejak kecil karena harus hidup pas-pasan. Ibu selalu berusaha dan bekerja, bahkan bertahun-tahun kerja sebagai pelayan toko dan berjualan es keliling, yang hasilnya, dibelikan buku dan sebagian biaya pendidikan. “Keadaan menuntut kita untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan kita”, ujarnya.
Baca juga: Kemeriahan Sambut Pemilihan Dekan Fakultas Peternakan UGM 2021
Bila dipercaya menjadi Dekan Fakultas Peternakan UGM, program unggulan yang ingin dikembangkan, adalah meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak dengan Fakultas Peternakan UGM serta mencetak sumber daya manusia unggul di bidang peternakan untuk Indonesia yang lebih baik, melalui program kurikulum merdeka yang fleksibel bekerja sama dengan industry dan masyarakat. Mengembangkan kerja sama penelitian berbasis keunggulan ternak tropik sehingga dihasilkan bibit-bibit unggul yang sesuai dengan iklim Indonesia. Menguatkan profesi sarjana dan insinyur peternakan, baik secara kurikulum maupun keprofesian di lapangan dan akan mengajak seluruh komponen sarjana peternakan Indonesia, untuk bekerjasama memperjuangkan direkognisinya profesi insinyur dan sarjana peternakan beserta turunannnya, melalui revisi Undang-Undang atau peraturan lainnya. Mengembangkan usaha bersama antara perusahaan, komunitas dan kelompok atau koperasi ternak, sehingga terjadi struktur industri peternakan yang semakin seimbang diantara pelaku usaha di bidang peternakan. Memperkuat posisi peternakan sebagai penopang kebutuhan pangan asal ternak yang sangat berjasa bagi penyediaan pangan yang berkualitas, melalui penguatan koperasi tani ternak.
]]>YOGYAKARTA,ISPINews. “Tak ada hasil yang mengkhianati usaha”. Mungkin pepatah tersebut, cocok untuk melukiaskan kegigihan dan ketekunan Prof. I Gede Suparta Budisatria. Lelaki kelahiran Bali, 22 Mei 1968 itu, saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset dan Sumber Daya Manusia, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM).
Prof. Gede – begitu panggilan akrabnya, mengawali karir di UGM pada penghujung tahun 1994. Dalam waktu kurang dari 20 tahun mengajar, Prof. Gede diangkat menjadi guru besar, saat usianya belum menyentuh 46 tahun. Keberhasilan ini, tentu tidak lepas dari berbagai pendidikan dan pengalaman yang telah dilaluinya.
Alumni S1 Fakultas Peternakan UGM ini, adalah lulusan S2 dan S3 di Wageningen University pada bidang Sistem Produksi Ternak. Wageningen University adalah salah satu universitas terbaik di dunia yang ada di Belanda, terutama pada bidang pertanian. Selama menjadi mahasiswa di sana, Prof. Gede memanfaatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan yang terkait dengan karirnya.
Pengabdian Prof. Gede, bukan hanya kepada UGM semata, tetapi lebih luas, yaitu pada negara Indonesia, melalui berbagai kegiatan terkait ternak potong dan kerja yang dikuasainya. Ia menjadi anggota Komisi Bibit Nasional dan tim komisi pertimbangan uji performance sapi potong. Selain itu, ia juga pernah menjadi pakar pendamping di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Indrapuri Aceh serta Dinas Peternakan di Kabupaten Klungkung, Bali dan Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Prof. Gede juga pernah mewakili Indonesia, dengan menjadi District Coordinator dan National Livestock Consultant di UN FAO Indonesia.
Jagoan bola voli saat kuliah ini, juga berbagi ilmunya pada berbagai kegiatan di luar kampus UGM, misalnya tahun 2016, ketika menjadi dosen di Universitas Musamus. Sedangkan tahun 2019 hingga kini, sebagai Adjuct Professor di University of New England, Australia.
Berbagai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pernah dilakukannya, sudah tak terhitung pula, jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan. Tak hanya itu, ia juga memiliki berbagai paten dan produk inovasi, yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat.
Semua yang dilakukannya merupakan sumbangsih kepada UGM maupun masyarakat secara luas. Keberhasilan Prof. Gede, tentu tidak terlepas dari dukungan istri dan anaknya. Kebahagiaan dan keharmonisan keluarga tercermin dalam kehidupan sehari-hari sangat nampak di saat ada waktu longgar. Di luar rutinitas mengajar, dimanfaatkannya untuk bisa berkumpul dan bercengkerama bersama keluarga, dengan menyalurkan hobinya merawat tanaman dan jalan-jalan menikmati kebersamaan. Bersama sang istri yang meru[akan adik angkatan, kini putra pertama Prof. Gede baru lulus dari Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro UGM. Sedangkan putri kedua, tahun ini masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi UGM melalui jalur SNMPTN.
Baca juga: Kemeriahan Sambut Pemilihan Dekan Fakultas Peternakan UGM 2021
Terkait proses pencalonan sebagai Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Gede mengusung strategi dalam pencapaian kinerja, yakni akan bersinergi dengan berbagai pihak, khususnya sumber daya yang dimiliki Fakultas, dengan semangat “Kesatuan dan kesetaraan” (Unity and equality), bersatu, bekerja sama saling bahu membahu dan setiap orang mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam pengembangan Fakultas Peternakan. Unsur-unsur yang merupakan kekuatan Fakultas (internal) serta kesempatan yang ada (eksternal), akan dioptimalkan. Sedangkan kelemahan yang ada di internal Fakultas dan tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang akan diminimalisir dan diperbaiki, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk mendukung jalannya proses di fakultas agar dihasilkan output yang unggul dan inovatif, dibutuhkan sinergi baik dari input, sumber daya yang ada dalam fakultas (Dosen, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana) serta kerja sama erat dengan stakeholder terkait, baik pemerintah, swasta/industri maupun masyarakat. Dengan adanya sinergi dan kerjasama yang erat, diharapkan tujuan besar yang sudah dicanangkan, akan dapat tercapai.
]]>Warga ISPI layak bangga, salah satu sarjana peternakan lulusan Indonesia menjadi Menteri di Timor Leste. Ia adalah Hernani Coelho Da Silva, lulusan D3 Fapet Unsoed Purwokerto dan S1 Fapet Universitas Islam Malam (Unisma).
Dengan demikian tercatat, hingga tahun 2021 ini sudah ada 3 orang sarjana peternakan yang menduduki jabatan menteri, yaitu Dr.Ir. Ali Rahman (Mensesneg di era Presiden Abdurahwan Wahid), Dr. Ir Suswono (era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) dan Dr.Hernani Coelho Da Silva (menteri di Timor Leste).
Hernani, kelahiran Timor Leste (dulu bernama Timor Timur sebagai bagian dari Indonesia), mengawali pendidikan sekolah dasarnya dan asrama Katolik di Ainaro, Timor Timur (1971-1975). Pada Agustus 1975, ia mendaftarkan diri di Catholic College, Externato Bispo de Medeiros, Dili. Setelah beberapa waktu, Ia memutuskan meninggalkan Timor Leste melanjutkan ke Sekolah Pertanian Pembangunan/Sekolah Petenakan Menengah Atas (SPP-SNAKMA) di Magelang dan kemudian kuliah D3 Program studi Ternak Unggas dan Perah (PTUP) Fakultas Peternakan (Fapet) Unsoed (1986-1989) .
Kuliah di Fapet Unsoed, Hernani aktif di berbagai kegiatan ekstra kurikuler antara lain di kegiatan olah raga beladiri, Resimen Mahasiswa (Menwa), dan Senat Mahasiswa 9sekarang BEM). Dari kegiatan inilah ia mengaku mendapat gemblengan mental dan rasa kekeluargaan dengan Unsoed. Itu sebabnya ia selalu aktif menjalin komunikasi dengan keluarga alumni, antara lain dengan menghadiri acara temu alumni dan sebagai narasumber seminar/webinar
Sebagai putra daerah yang dekat dengan Gubernur Timor-Timur saat itu-Mario Vegas Carascalao, Hernani berkesempatan untuk menempuh jenjang Strata-1 dengan kuliah di Fapet Universitas Islam Malang (1989-1992). Setelah mendapat gelar sarjananya, ia bergabung dan ikut merintis penerbitan Majalah Infovet bersama Bambang Suharno, sekaligus membantu kegiatan kesekretariatan ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) dalam kurun waktu 1992 .
Baru beberapa bulan berkarya di Infovet, Pemda Timtim memanggilnya untuk pulang kampung. Sebagai warga yang mendapat beasiswa Pemda, ia wajib memenuhi panggilan untuk berkarya di Pemda. Ia pamitan dan segera memenuhi undangan ke Pemda, meskipun menurut pengakuannya masih betah di Jakarta untuk lebih banyak bergaul dengan komunitas peternakan. Saat di Infovet ia mengaku bangga bisa berkenalan dengan tokoh-tokoh penting di bidang peternakan, antara lain A. Karim Mahanan (Ketua Umum ASOHI), Jenderal (purn) M Kharis Suhud (Ketua MPR, dan Ketua Forum Masyarakat Peternakan Indonesia), Dr Drh Soehadji (Dirjen Peternakan) dan lain-lain.
Tidak lama bekerja di dinas peternakan Timor Timur, Hernani bertolak ke Portugal (1994). Setahun berselang, ia memperdalam pendidikan ekonomi Universitas Macau (1995-1999), sebelum bekerja sebagai peneliti di Institut of Agrarian Research, Portugal (1999-2001). Dua tahun bekerja sebagai peneliti, ia kemudian pindah ke United Nations Development Programme (UNDP) Timor Leste yang bertanggung jawab atas pekerjaan sosial, pelatihan dan perwakilan hak-hak pekerja staf PBB Timor Leste (2002).
Setahun kemudian ia diangkat menjadi Kepala Bagian Manajemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam UNDP (2003-2005) .Sukses menjalankan program di UNDP, menarik minat Menteri Luar Negeri Timor Leste kala itu untuk merekrut Hernani menjadi Managing Director untuk Hubungan Bilateral di Kementerian Luar Negeri Timor Leste (2005), dan pada (2006-2009) ia diangkat sebagai Duta Besar Timor Leste untuk Australia dan New Zeland.
Karir kepemerintahannya semakin cemerlang kala ia menjadi Wakil Ketua Delegasi Luar Negeri Timor Leste (2010-2012), dan kembali menjadi Duta Besar Timor Leste untuk Republik Korea (2013-2015).
Dua tahun kemudian, akhirnya ia dipercaya menduduki jabatan Menteri Luar Negeri Timor Leste (2015-2017), dan kemudian dipercaya menjabat sebagai Menteri Petroleum Timor Leste (2017-2018).
Setelah selesai menjabat sebagai Menteri petroleum, Kini Hernani berada di negara Mozambique benua Afrika, sebagai kepala perwakilan FAO di negara tersebut. Di lembaga ini, Hernani semakin dekat dengan ilmu yang diperoleh di Indonesia yaitu bidang pertanian dan peternakan.***
penulis Bambang Suharno
Sumber : Majalah Infovet , kafapet-unsoed.comdan Antara News
]]>Almarhum menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 26 Februari 2021 tadi malam sekitar pukul 21.00 karena penyakit diabetes yang telah lama diidapnya yang kemudian menyerang organ-organ tubuh lainnya terutama jantung. Menurut Ibu Dr. Maskamian Anjam atau Bu Mian, begitu kita memanggilnya, yang merupakan mantan Kepala Dinas Peternakan Kalimantan Selatan dan sekaligus atasannya sebelum almarhum pindah tugas ke Jakarta, Pak Djoko pernah periksa bersama Dr. Mian dan ternyata gula darah Pak Djoko sudah di angka 400. Suatu nilai yang mengagetkan karena usianya waktu itu baru 40 tahunan. Nilai normal orang dewasa paling tinggi 100.
Dari rekam jejaknya, almarhum begitu lulus dari Fakultas Peternakan IPB langsung bekerja di Dinas Peternakan Kalimantan Selatan (Kalsel). Puluhan tahun di Kalsel diawali sebagai Kepala Seksi Program ditekuninya hingga almarhum menjabat sebagai Kepala Sub Dinas Penyebaran dan Pengembangan Peternakan, lulus S2 dari IPB akhirnya sekitar tahun 2006, almarhum meminta pindah ke Jakarta ke Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan alasan ingin meniti karier lebih lanjut.
Rela dan mau terlebih dahulu menjadi staf di bagian Perencanaan beberapa saat, akhirnya almarhum secara resmi dilantik menjadi Kepala Bagian Perencanaan, suatu jabatan yang dia impikan selama ini. Saya sewaktu di bagian perencanaan memang pernah menyebut almarhum sebagai tenaga potensial untuk menjadi Kepala Bagian Perencanaan menggantikan saya, karena pendapat dan ide-ide yang brilian dari Pak Djoko selalu disampaikan sewaktu di forum-forum rapat perencanaan di Kementerian Pertanian.
Benar juga, sewaktu saya purna tugas digantikan oleh Dr. Riwantoro, Ir. Djoni Liano, kemudian oleh Dr. Mursyid Maksum, dan Ir. Wignyo Sadwoko akhirnya dijabat oleh Ir. Djoko Purwanto. Sehingga waktu beliau dilantik dan pada acara perkenalan pisah sambut, secara khusus beliau mengundang saya untuk hadir dan memberikan sepatah dua patah kata. Itu di tahun awal 2006.
Berbekal pengalaman sebagai Kepala Bagian Perencanaan Peternakan di Ditjen PKH dan mantan kepala sub Dinas Penyebaran dan Pengembangan Dinas Peternakan Kalsel akhirnya almarhum mencoba ikut seleksi Jabatan Tinggi Pratama di Ditjen PKH. Nasib belum berpihak padanya, sehingga almarhum di mutasikan jadi salah satu Kepala Sub Direktorat di Direktorat Pakan sampai purna tugas.
Sesudah purna tugas almarhum masih sempat saling berkabar berita dengan saya selaku seniornya. Tetapi selang tidak lama kemudian putus sama sekali tidak pernah memberi balasan pada setiap kabar singkat yang saya berikan. Ternyata saya dengar berita dari teman-teman perencanaan yang masih aktif, beliau sedang sakit di jantungnya sehingga dilarang menerima berita-berita yang mengingatkan pekerjaan perencanaannya dulu, supaya tenang.
Hampir dua tahun tidak ada kabar beritanya, tiba-tiba kami mendengar kabar bahwa Ir. Djoko Purwanto, MP. telah berpulang. Bagi Bu Mian yang telah ikut berjasa mengembangkan kariernya, almarhum dinilainya sebagai orang yang punya visi bersama Drh. Hari Bagio dan Drh. Tambunan tentang pembangunan Peternakan di Kalimantan Selatan sewaktu Bu Mian menjadi atasannya sebagai Kepala Dinas Peternakan Kalsel. Mereka itu trio pembangunan peternakan Kalsel yang saya andalkan sesungguhnya. Saya merasakan kehilangan saat Pak Djoko pamit mau pindah ke Jakarta saat itu.
Bagi teman-teman Perencanaan tentu merasa kehilangan akan sosok yang kebapakan, pengalaman, sopan dan tekun bekerja sampai malam sekalipun. Karena pada hakikatnya Perencanaan itu bekerja tidak pernah kenal waktu.
Kehidupan rumah tangganya yang tidak begitu mulus menyebabkan dia memulai hidup baru bersama istri tercintanya yang sekarang ini telah merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Pak Djoko kini telah menutup mata selama lamanya. Meninggalkan teman, para sahabatnya dan anak serta istri tercintanya. Meninggalkan juga jejak-jejak perencanaan yang memang tidak akan pernah tuntas selamanya karena setiap manusia itu masing-masing punya tujuan masa depan. Masa depan itu akan dijalani oleh almarhum.
Rumah duka di Jl. Pertengahan No. IC RT14 RW02 Cijantung, Jakarta Timur.
Selamat jalan sahabat perencanaan !
Innalilahi wa Inna Ilaihi Raji’un.
Depok, 27 Februari 2021
M. Chairul Arifin
]]>