Pada saat berdiri tanggal 20 Agustus tahun 1968, ISPI merupakan kependekan dari Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia. Dari namanya jelas mencerminkan bahwa organisasi ini adalah wadah berhimpun para sarjana peternakan. Namun dalam perjalanannya ISPI mengalami dinamika nama yang merupakan bagian dari dinamika di dalam organisasi. Bahkan tahun ini ISPI menggelar Kongres Luar Biasa yang salah satu agenda penting adalah soal nama.
Berikut ini catatan penulis mengenai dinamika nama organisasi sarjana peternakan.
Kongres Cipayung, Menambah Kata “Ilmu-Ilmu”
Kongres di Cipayung tahun 1974 adalah kongres ISPI Kedua, dimana sarjana peternakan waktu itu masih sedikit, hanya ada lulusan IPB dan UGM. Baroto Suranto, alumni fapet UGM salah satu pelaku sejarah kongres saat ini mengatakan, dilema muncul dalam kongres II di Cipayung Bogor tahun 1974 dimana jumlah sarjana peternakan masih sedikit
Menurut Baroto, dosen-dosen ilmu peternakan baik di IPB maupun UGM pada waktu itu sebagian besar adalah Dokter Hewan. Pengusaha yang menggeluti bisnis peternakan juga umumnya bukan sarjana peternakan.
Akhirnya, demi kepentingan membesarkan organisasi, sekat ikatan sarjana peternakan dibuka. Sarjana non peternakan dan pengusaha yang mempunyai interes tinggi pada bidang peternakan dibuka kesempatan untuk masuk dalam organisasi. Alhasil,Kongres II di Cipayung Bogor, 29 Juli-1 Agustus 1974 memutuskan mengubah nama dari Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia menjadi Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia dengan singkatan masih sama, ISPI
Erwin Soetirto (alm) dalam buku “40 Tahun ISPI” menjelaskan, dengan adanya tambahan ”ilmu-ilmu”, maka anggota ISPI bukan hanya sarjana peternakan, melainkan sarjana lain yang berminat dalam ilmu peternakan, misalnya sarjana biologi, dokter hewan, sarjana ekonomi, sarjana ilmu sosial dan sebagainya. Bagi Erwin, ISPI sebaiknya bukan hanya milik orang yang bergelar sarjana peternakan tapi juga sarjana lain misalkan sarjana ekonomi , sarjana biologi, sarjana sosial ataupun yang lainnya namun mendalami peternakan.
Mungkin pemikiran Erwin kala itu mirip dengan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) yang anggotanya ada yang sarjana pertanian, peternakan, ekonomi.
Erwin Soetirto (alm) adalah salah satu pendiri ISPI dan sebagai tokoh ISPI yang menjadi sarjana peternakan pertama yang menjabat sebagai Dirjen Peternakan.
Kongres Cisarua, Usul Penghapusan Kata Ilmu-ilmu
Dua puluh empat tahun kemudian, pada kongres ISPI VII di Cisarua, Bogor tahun 1998 mulai terjadi perubahan pandangan mengenai nama ISPI. Waktu itu diusulkan agar nama ISPI dikembalikan ke nama semula yakni Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia.
Alasan yang mengemuka waktu itu antara lain adalah karena secara umum organisasi yang menghimpun gelar sarjana menamakan dirinya sesuai nama gelar sarjana yang disandang. Misalnya organisasi sarjana ekonomi, menamakan dirinya Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Alasan kedua, kategori di Depdiknas nama sarjana tidak pakai tambahan ”ilmu-ilmu”, tapi cukup sarjana peternakan, sarjana pertanian, sarjana ekonomi dan lain-lain.
Perihal keberatan sebagian pihak bahwa menghilangkan kata ”ilmu-ilmu” akan membuat sarjana bidang lain tidak berminat bergabung dengan ISPI, menurut pihak yang mendukung penghapusan kata ”ilmu-ilmu” hal itu tidak menjadi masalah, karena dalam AD/ART dapat diatur mengenai anggota luar biasa dan anggota kehormatan. Melalui AD/ART ini jika ada sarjana lain yang berminat menjadi anggota ISPI, dapat mendaftar sebagai anggota luar biasa.
”ISPI sebagai Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia tidak berarti tidak menerima sarjana lain menjadi anggota. Mereka yang berminat masuk ISPI bisa diterima sebagai anggota luar biasa,” kata Muladno, Dirjen PKH 2015-2016 , yang aktif di ISPI sejak 1990an, menirukan pernyataan pihak yang mendukung penghapusan kata ”ilmu-ilmu”, sebagaimana disebut dalam buku “Catatan Perjalanan 40 Tahun ISPI”
Dalam kongres itu, pihak yang mengusulkan penghapusan kata ”ilmu-ilmu” kurang mendapat dukungan, sehingga sampai akhir kongres, nama ISPI tetap merupakan kepanjangan dari Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia.
Kongres Bandung, Kembali Ke Khitah
Selanjutnya, dalam kongres ISPI VIII tahun 2002 di Bandung, pendukung penghapusan kata ”ilmu-ilmu” makin banyak, namun penghapusan kata ”ilmu-ilmu” tidak dapat dilakukan secara aklamasi. Akhirnya kongres memutuskan diadakan voting untuk menetapkan apakah kata ”ilmu-ilmu” dihapus atau tidak. Hasilnya, butir keputusan penting dari kongres ISPI di Bandung tahun 2002 adalah penghapusan kata ”ilmu-ilmu” alias kembali ke “khitah” alias nama saat berdirinya ISPI tahun 1968. Sejak itulah sampai tulisan ini disusun, ISPI secara resmi merupakan kepanjangan dari Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia.
Menurut catatan penulis, Erwin Soetirto dalam beberapa kesempatan pasca kongres VIII di Bandung menyampaikan bahwa dirinya mendukung nama ISPI tetap sebagai Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan indonesia, namun apa boleh buat, kongres sudah memutuskan ISPI menjadi Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia.
Kongres Malang, Usulan Nama Baru
Perkembangan baru terjadi lagi khususnya sejak dihidupkan kembali gelar Insinyur Peternakan sebagai gelar profesi. Ini adalah kelanjutan dari terbitnya Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran yang disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 22 Maret 2014. Gelar insinyur peternakan diakui sebagai profesi , sehingga kemudian ada gelar Spt (sarjana peternakan) dan gelar Insinyur Peternakan sebagai gelar profesi yang dapat diperoleh Spt setelah mengikuti serangkaian program.
Pada saat yang bersamaan organisasi perlu mendaftarkan legalitas ke Kemenhukham. Kongres XII di Malang, 6-8 Desember 2018 menghasilkan Garis-garis Besar Haluan Organisasi yang salah satu keputusannya adalah agar pengurus segera menyelesaikan legalitas ISPI di Kemenhukham. Dalam kongres itu diusulkan beberapa alternatif nama yaitu :
Kongres Luar Biasa 2021 Meresmikan Nama Baru?
- Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) Indonesia
- Ikatan Sarjana-Sarjana Peternakan Indonesia (ISSPI)
- Ikatan Insinyur Peternakan Indonesia (IIPI)
- Persatuan Sarjana Peternakan Indonesia (PSPI)
- Perhimpunan Sarjana Peternakan Indonesia (PSPI)
Kongres Luar Biasa (KLB) yang akan diselenggarakan Januari 2021 ini menurut Sekjen ISPI Joko Susilo adalah amanah dari Kongres Malang 2018 dan diperkuat Rakernas PB ISPI 2019 di Hotel Aston Jakarta. Hasil Rakernas 2019 memutuskan Kongres Luar Biasa diagendakan bulan Maret 2020 di Bali. Namun karena terjadi pandemi Covid-19 maka agenda KLB ditunda dan baru akan dilakukan Januari 2021 ini.
KLB direncanakan akan menuntaskan soal perubahan nama agar bisa mendapatkan legalitas di kemenhukham. Selain itu juga akan membahas penyempurnaan AD/ART dan mendiskusikan tantangan masa depan dan daya saing profesi peternakan dalam kontribusinya untuk pembangunan peternakan .
Semoga KLB ISPI menghasilkan keputusan terbaik untuk para sarjana dan insinyur peternakan di seluruh Indonesia, dan juga untuk kemajuan peternakan nasional.***
Daftar Kongres ISPI 1968-2020
- Kongres I di Ciawi, Bogor, 20 Agustus 1968
- Kongres II di Cipayung, Bogor, 29 Juli-1 Agustus 1974
- Kongres III di Denpasar Bali, 22-24 februari 1979
- Kongres IV di Batu-Malang, Jatim, 28-30 Oktober 1983
- Kongres V di Yogyakarta, 22-23 Desember 1988
- Kongres VI di Denpasar-Bali, 12-14 Juli 1994
- Kongres VII di Cisarua-Bogor, 25-27 Nopember 1998
- Kongres VIII di Lembang-Bandung, 24-26 September 2002
- Kongres IX di Yogyakarta , 30-31 Agustus 2006
- Kongres X di Makassar, 5-6 Oktober 2010
- Kongres XI di Jogjakarta, 14-15 November 2014
- Kongres XII di Malang, 6-8 Desember 2018
Ditulis oleh Bambang Suharno, penulis “Buku 40 Tahun ISPI” dan “Refleksi 50 Tahun ISPI”. Jika pembaca menemukan informasi yang kurang tepat di artikel ini, harap menyampaikan ke pengurus PB ISPI untuk disempurnakan.
Bravo ispi
Ispi berdaulat dan merdeka