DOKAWB Solusi Penuhi Pasokan Bibit

Pembibitan sejak dulu menjadi problematika tersendiri bagi sub sektor peternakan. Tidak hanya di ternak sapi, unggas dan doka (domba kambing) juga mengalami masalah yang sama. Ketersediaan pasokan bibit telah membuat sebagian pelaku peternakan mengalami kegusaran, karena tidak hanya pasokan melainkan juga sisi harga. 

Terkait dengan masalah ini, Direktur Operasional PT Inkopmar Cahaya Buana, Harun Al Rasyid menyarankan, untuk menerapkan Domba Kambing Wajib Bunting (DOKAWB) dalam mengatasi populasi Doka.

“Jika disapi ada program SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting), harusnya adapula DOKAWB di Doka. Hal ini diharapkan dapat membantu mengatasi populasi Doka,” katanya di Sentul (Rabu, 30/1).

Harun menyarankan adanya program DOKAWB, setelah perusahaannya melakukan ekspor Doka ke beberapa negara. Langkah ekspor tersebut dituduh sebagai penyebab masalah berkurangnya populasi Doka di tanah air. Dengan berkurangnya populasi, beberapa peternak Doka menyatakan merasa kesulitan dalam mendapatkan Doka. Selain itu, tingginya harga Doka, juga menjadi masalah bagi para peternak Doka.

Data populasi Doka yang diakui oleh peternak Doka adalah sekitar 18 juta ekor, sedangkan data dari Kementerian Pertanian RI sekitar 35 juta ekor.

Harun sendiri memilih angka populasi di antara kedua data tersebut, yaitu sekitar 23 juta ekor.

Sejauh ini, PT Inkopmar Cahaya Buana telah melakukan ekspor Doka ke beberapa negara seperti Malaysia (60.000 ekor/tahun), Brunei Darussalam (2.000 ekor/tahun) dan Abu Dhabi (300 ekor/tahun). “Seharusnya dengan total jumlah Doka yang saya ekspor, tidak menjadi masalah harga dan mengganggu populasi Doka di dalam negeri,” tegas Harun.

Sejahterakan peternak

Menurut alumni Universitas Padjajaran ini, harga jual Doka di tingkat peternak mengalami kenaikan, setelah adanya ekspor dan bukan karena suplai yang terganggu. Memang benar, ada hukum dasar ekonomi mengenai supply demand. Namun situasi harga saat ini, bukan karena berkurangnya suplai, melainkan lebih kepada kepastian harga dan keinginan peternak untuk sejahtera.

Buktinya, Harun masih bisa mendapatkan pasokan Doka dari Jawa Timur  dan dari daerah lain setiap bulannya. Jadi bukan karena suplainya, melainkan peternak mau untung juga. Jika memang ada pembeli yang mau bayar Doka lebih mahal, pasti mereka akan memberikan kepastian pasokan.

2 tahun lalu, situasi harga Doka terpuruk. Dengan uang 1 juta, bisa mendapatkan  3-4 ekor. Namun sekarang, dengan harga yang melambung, harga satu ekor Doka bisa mencapai Rp 1 juta.

Ekspor karkas

PT Inkopmar Cahaya Buana telah menandatangi sales contract terkait dengan ekspor 300 ekor Doka yang dipesan oleh Private Department of Sheikh Mohamed Bin Khalid Al Nahyan (Ruling Family) Abu Dhabi dengan nilai transaksi USD 319.910 atau setara dengan Rp 4,8 miliar.

Harapannya tidak hanya ekspor dalam bentuk hidup saja, melainkan juga bisa ekspor dalam bentuk karkas. Tahun 2019 merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk menggarap pasar Doka ekspor, karena negara Australia sebagai kompetitor terbesar, telah menutup ekspornya, karena masalah yang terjadi selama 2018 lalu. PT Inkopmar Cahaya Buana juga akan bekerjasama dengan Lulu Hypermart Timur Tengah.

Artinya, kata Harun, jadikan kemampuan ekspor ini sebagai trigger untuk mencari solusi-solusi atas setiap masalah peternakan tradional menuju industry peternakan Doka. Di India saja, tidak ada pabrik pemotongan yang memiliki peternakan sendiri, mereka hanya menerima dari peternak yang menjadi binaan mereka. “Didukung dengan Rumah Potong Hewan (RPH) yang sangat modern, buktinya sekarang India termasuk pemasok daging terbesar.”

Senada dengan Harun, peternak Doka yang tinggal di Bandung, Yudi Guntara mengatakan, “permasalahan di Doka hampir sama dengan permasalahan dibidang peternakan pada umumnya. Yaitu tidak terintegrasinya antara hulu dan hilir.”

Menurutnya, sektor pembibitan dan pembiakan Doka yang dilakukan oleh para peternak skala kecil akan menjadi tantangan tersendiri pada saat hilirnya menjadi sebuah industry. Ketersediaan bibit yang baik didukung lahan untuk pakan yang mencukupi, serta dilaksanakan dengan pendekatan industry peternakan adalah sebuah keniscayaan.  IT & Media ISPI