Ekologi dan Kesehatan Rumen

Disusun oleh: Suhubdy (Ruminant Nutritionist, Recent Trend and Gaps Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Mataram NTB)

#RuminantCybrary, I (4), 07-01-2022

Secara ilmiah, dapat dituliskan disini bahwa mati-hidup ruminansia sangat ditentukan oleh kesehatan rumennya. Agar rumen tetap sehat maka diperlukan suatu kondisi yang stabil dan secara ekologis mendukung pertumbuhan mikroba dan proses metabolisme secara menyeluruh. Diskusi pada edisi ini bertujuan mengajak pembaca untuk memahami ekologi dan kesehatan rumen.

Dalam kehidupan ruminansia, rumen adalah bioreaktor yang bekerja tanpa hentinya. Di sanalah semua pakan yang masuk diproses dan diektrak zat gizinya oleh mikroba yang hidup bersimbiosis dengan ternak induk semangnya. Rumen merupakan bagian dari organ pencernaan ruminansia yang secara ekologis memungkinkan mikroba hidup dan berkembang menghasilkan protein, energi, mineral, dan vitamin yang dibutuhkan oleh induk semang. Rumen sebagai fermentation vat mempunyai kapasitas antara 3 hingga100 liter (dari domba hingga sapi). Untuk proses biosintesis yang kontinum dan sehat, rumen didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut.

Suhu atau temperatur secara relatif konstan, berkisar antara 38 hingga 40 ⁰C (39 ⁰C). Tingginya suhu rumen berkaitan dengan terjadi fermentasi yang relatif cepat. Suhu rumen dapat meningkat hingga 41⁰C terutama 2 jam setelah makan. Suhunya juga bisa turun jika induk semang menum air dingin atau mengkonsumsi pakan yang beku. Ini biasanya terjadi pada kondisi dunia yang dipengaruhi oleh terjadinya musim dingin. Jika suhu meningkat melebihi batas atas maka protozoa akan mati dan ini mengganggu kerja konsorsium mikroba.

Ilustrasi bersumber dari Nagaraja (2016)

pH, faktor ini juga menetukan. pH rumen yang ideal adalah 6,8. pH menunjukkan tingkat kebasahan dan/atau keasaman kondisi dalam rumen. Perubahan pH dipengaruhi oleh jenis pakan, frekuensi pemberian pakan, dan waktu sesudah pemberian pakan. Jika kondisi pH tetap stabil maka fermentasi berlangsung secara normal. Perubahan pH akan mempengaruhi tumbuhkembang mikroba. Jika pH turun maka bakteri bisa mati. Andaikan situasi memungkinkan, pH rumen harus direkam secara kontinyu. Namun hal ini sulit dilakukan apalagi di kondisi petani.

Kapasitas buffer (buffering capacity) adalah kemampuan meneteralisir. Disinyalir bahwa daya buffer rumen sangat kuat hal ini dimungkinkan terjadi krn adanya aktivitas ruminasi dan salivasi. Selama ruminasi berlangsung, saliva akan tetap mengalir ke rumen. Kondisi itulah yang menyebkan pH dapat dipertahankan normal. Untuk mempertahankan buffering capacity itu maka sebaiknya ruminansia harus dipertahankan kadar serat pakannya dalam artian mereka harus mengkonsumsi hijauan semisal hay, jerami, dll. Dengan pakan sejenis itu akan meransang untuk tetap ruminasi. Selain itu dilaporkan dari berbagai sumber bahwa bikarbonat dan VFA adalah komponen utama dalam sistem daya netralitas dalam rumen.

Tekanan osmotik (Osmotic Pressure, OP) isi rumen. Kondisi ini mempengaruhi kelancaran fermentasi. Sebelum makan, OP-nya cenderung hipotonik. Osmolitas cairan rumen dilaporkan berkisar 250 mOs/kg sementara plasma sebesar 300 mOs/kg. Setelah makan, osmolalitas rumen meningkat sekali hingga mencapai 400 mOs/kg. Unsur Kalium dilaporkan mempengaruhi tekanan osmotik rumen. Jika tekanan osmotik tinggi maka dapat menurunkan feed intake. Terlaporkan secara in vitro bahwa jika OP melebihi 400 mOs/kg maka akan menghambat pencernaan selulosa. Untuk itu kondisi osmolalitas rumen harus dipertahankan normal agar fermentasi dpt berlangsung secara normal.

Kandungan bahan kering (BK, dry matter) juga sangat penting dipertahankan ideal. Kadas BK dalam rumen dipengaruhi oleh jenis pakan, tabiat minum, dan waktu mengukyrnya. Hasil penelitian umumnya dilapirkan 10-13%, kisaran antara 7 hingga 16% juga dilaporkan. Untuk itu, agar status BK rumen tetap stabil maka sebaiknya pakan harus selalu tersedia dalam wadah pakan.

Rumen sebagai rumah buat mikroba (tentara rumen) maka sebaiknya kondisi dan foktor yang sudah diungkapkan sebelumnya agar tetap diperhatikan dalam budidaya agar rumen selalu sehat dan pada gilirannya aktivitas fermentasi akan berlangsung secara normal. Normalnya rumen itu akan mempengaruhi kesehatan dan produktivitas ruminansia. Rumen Sehat, Negara Kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *