Penampilannya menunjukkan dia seorang wanita yang bekerja cekatan, pekerja keras, tegas dan cepat dalam mengambil keputusan, sekaligus berteman dengan banyak kalangan dari level atas hingga para petani di desa. Dialah DR. Ir. Hj. Endang Setyawati Thohari, DESS, M.Sc .
Lebih dari 10 tahun lalu, penulis sempat bertemu dan berdiskusi dalam sebuah kesempatan. Waktu itu ia menjabat sebagai Direktur Pembiayaan di Direktorat pengolahan dan Pemasaran Pertanian Kementan. Lama tidak bertemu, terdengar kabar ia masuk ke dunia politik dan di karir baru ini tampaknya Endang tidak salah pilih. Terbukti ia terpilih sebagai anggota DPR dari Partai Gerindra dan berada di Komisi IV yang membidangi Pertanian, Perikanan dan kehutanan, bidang yang memang telah menjadi keahliannya.
Endang lahir di Cirebon, 24 Agustus 1949. Mengenyam pendidikan SD di Sekolah Rakyat Negeri Pegambiran pada tahun 1954. Menamatkan SMP dan SMA di Cirebon. Kuliah S1 di Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Diponegoro Semarang tahun 1968-1973
Menyandang gelar sarjana, Endang sempat bekerja di swasta selama satu tahun dan sempat mengambil S2 di IPB tapi belum selesai langsung ke Perancis dan afiliasi di IPB 1973 sampai 1975. Di Perancis mengambil kuliah S2 di dua tempat yaitu di Universitas Montpellier I dan Institute Agronomique, dilanjutkan program doktoral (S3 ) di Universitas Montpellier I lulus tahun 1990
Sepulang dari Perancis, pada tahun 1990 Endang mendapat amanah sebagai Sekretaris Direktur ARM I , selanjutnya menjadi Direktur ARM I tahun 1994-1995 dan diteruskan sampai ARM II hingga tahun 2000.
Endang menjelaskan, ARM (Agriculture Research Management) merupakan lembaga yang sumberdana nya dari grant dan pinjaman Bank Dunia. Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) nya adalah mengembangkan hasil penelitian ke masyarakat luas yang dihasilkan oleh para peneliti dari perguruan tinggi dan balai-balai Penelitian . ARM juga Membiayai para peneliti yang akan melanjutkan pendidikan ke S2 dan S3 di dalam dan Luar Negeri , serta yang tak kalah pentingnya adalah mendirikan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Seluruh Indonesia
Usai menjadi pimpinan ARM, Endang dipercaya sebagai Direktur Pembiayaan, jabatan eselon 2 di Kementan sampai 2006 dan dilanjutkan sebagai Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian hingga 2008. Jabatan ini sesuai dengan bidang ilmunya di Perancis dimana Endang mendalami ilmu Bank Pertanian.
Ada peristiwa menarik pada tahun 2001 yang sampai sekarang masih diingat. Endang ditugaskan Menteri Pertanian memproses grant dari Pemerintah Perancis tepatnya dari Bank Credit Agricole yang harus diproses oleh alumnus Perancis dan Endang berhasil membawa grant tersebut sebagai embryo nya Bank Pertanian di Indonesia karena kebetulan Endang pernah menjadi Presiden de L ‘APER ( Assotiation de promotion Economie Rurale ) 1983 sd 1986 di Faculte Economie Universitas Montpellier 1 Perancis dan sesuai dengan disertasi yang ditulis nya tentang Ròle de Credit Agricole .
Endang menjelaskan , pada waktu presentasi di DPR komisi 4 tentang grant dari Bank Credit Agricole, disarankan untuk mengkoordinir Pembiayaan di Kementrian Pertanian , Perikanan dan Kehutanan. Sayang nya di Kementerian Pertanian ada perubahan kebijakan sehingga embryo bank Pertanian melalui BLU (Badan Layanan Umum) hanya bisa direalisasikan di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang berjalan sampai sekarang .
Hal ini yang mendorong Endang untuk terjun ke politik , dan saat ini dia sedang menggali kembali strategi pembiayaan di sektor Pertanian yang berpihak dan melindungi petani kita dari rentenir . “Dua hari yang lalu konsep ini saya diskusikan dengan para peneliti senior di PSEKP , sebetulnya bagi saya ini seperti menggali luka lama karena dengan tidak diteruskannya program tersebut di Kementrian Pertanian pada waktu itu, saya yang dikenal sebagai konseptor nya hampir masuk penjara,” tutur Endang mengenang peristiwa lalu.
Terus Memperjuangkan Petani
Pensiun dari Kementan tahun 2008, Endang tidak berhenti memperjuangkan petani. Ia menjadi advisor Induk Koperasi Tani dan nelayan, lantas dipercaya sebagai sekretaris eksekutif Institut Garuda Nusantara yang kemudian membawanya ke dunia karir politik. Endang juga menjadi tenaga ahli MPR dalam waktu yang cukup lama tahun 2009 hingga 2019.
Pada Pemilu 2019, sarjana peternakan Undip ini berhasil masuk ke Senayan sebagai Anggota DPR RI dari Partai Gerinda dari daerah pemilihan Jawa Barat III yang meliputi wilayah Kota Bogor hingga Kabupaten Cianjur.
Di kursi DPR RI ini, Endang S Tohari akan melanjutkan upaya memperjuangkan nasib petani dan peternak Indonesia. “Insya Allah saya akan amanah untuk tidak berbisnis yang merugikan dan mensengsarakan petani kita,” tambahnya, ujar Endang sebagaimana dikutip Tabloidsinartani.com. Dia tidak mau berbisnis atau bergabung dengan mereka yang gemar impor produk pertanian namun tidak menyadari hal itu turut menyengsarakan petani.
Endang juga tercatat banyak berkiprah di berbagai organisasi antara lain penasehat di Induk Koperasi Tani dan Nelayan, Pendiri Koperasi Indonesia Mawar Melati, Pendiri Gerakan Lembaga Keuangan Mikro, Ketua Ikatan Alumni Perancis, Majelis Pakar Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) serta aktif kegiatan politik melalui Partai Gerindra. Ia juga handal dalam berbagai pergerakan untuk membela dan memberdayakan petani peternak antara lain melalui pengembangan pembiayaan syariah untuk pertanaian, konsep sistem tunda jual gabah bersama pegadaian dan beberapa kegiatan lainnya.
Sejumlah penghargaan ia terima selama perjalanan karirnya antara lain Woman Karir Award, Kartini Award, Satya lencana Pembangunan, Karya Pembangunan 30 Tahun dan lain-lain.
Mendampingi Presiden Soeharto
Selama perjalanan karir birokrat maupun politik, ada satu peristiwa yang sangat mengesankan dan selalu dikenang Endang, yaitu saat menuntut ilmu di Perancis, ia ditunjuk mendampingi Presiden Soeharto yang sedang berada di Roma Italia untuk menjadi penterjemah Bahasa Perancis dalam sesi pertemuan dengan pimpinan negara Afrika yang berbahasa Perancis. Waktu itu tahun 1986 Presiden mendapat penghargaan Swasembada Pangan dari FAO dan di tengah-tengah kunjungan tersebut, Presiden memberikan sumbangan beras ke negara Afrika yang sedang krisis pangan.
“Hari ini saya dapat kiriman foto dari sahabat yang masih aktif bekerja di Kementan, rasa bahagia bangga , dan haru menjadi satu teringat pada waktu di Roma Italia saya dapat tugas mendadak menjadi penterjemah Bapak Presiden Soeharto yang bertemu para Presiden Afrika yang berbahasa Perancis , dan pada waktu itu Indonesia telah menyumbangkan beras satu juta ton kepada masyarakat Afrika yang sedang krisis pangan , selain mendapat penghargaan dari FAO . Ya Alloh ya Robb, semoga Alloh SWT melindungi kami semua , untuk bisa mengembalikan kejayaan kami sebagai Negara yang berhasil menjaga KEDAULATAN PANGAN, Alfatihah , Aamiin,” demikian Endang dalam status facebooknya tanggal 11 September 2020 lalu.
Dalam catatan penulis, beberapa sarjana peternakan sukses berkarir di politik sebagai pimpinan daerah dan anggota DPRD kabupaten dan provinsi, namun hanya sedikit yang berada di anggota DPR Pusat. Selain Endang Thohari pada periode sebelumnya ada Eddy Wahyudin alumni Fakultas Peternakan Unud yang juga pengurus Pinsar. Ia aktif di Partai Bulan Bintang (PBB) dan sempat menjadi anggota DPR RI.***
Penulis : Bambang s
Sumber foto dari narasumber