Oleh: Triastuti Andajani
Menjalankan mandat Presiden RI dalam RPJMN 2020-2024 terkait pengembangan pertanian/peternakan berbasis korporasi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian pada tahun 2020 mencanangkan Program 1000 Desa Sapi sebagai program utama untuk mengakselerasi tujuan peningkatan produksi peternakan melalui pendekatan bisnis (usaha) berbasis korporasi. Pada tahun 2021 program 1000 Desa sapi dikoreksi menjadi Program Desa Korporasi Sapi (DKS). Salah satu dasar pelaksanaan program ini adalah Peraturan Menteri Pertanian No. 18 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani.
Konsep korporasi peternak merupakan sebuah pengelolaan usaha peternakan yang bertujuan untuk mengubah pola kerja peternak ke arah yang lebih modern, baik dalam pola pikir (paradigma), pengelolaan usaha budidaya maupun cara pengolahan dan pemasaran produk dengan menggunakan platform modern. Tentu saja perubahan ini berpotensi menimbulkan “goncangan” bagi masyarakat peternak yang menerima bantuan program 1000 Desa Sapi atau Desa Korporasi Sapi karena selama ini yang dinamakan peternak (kecil/rakyat) mengelola ternak secara subsisten 1-2 ekor/peternak atau berkelompok yang mengelola tidak lebih dari 20 ekor/kelompok, kemudian tiba-tiba harus mengelola 200 ekor sapi potong (100 ekor induk dan 100 ekor jantan bakalan) pada saat yang bersamaan.
Pengalaman ISPI memberi pendampingan dan bantuan agro-input sesuai kebutuhan kelompok dalam Program IP2FC (2019-2020) memberi pelajaran sangat berharga bahwa pengelolaan 20 ekor induk (Brahman Cross) dalam 1 kelompok pun masih menyulitkan peternak untuk bisa mempertahankan jumlah dan kondisi induk sesuai harapan. Masalah pakan (kemampuan penyediaan dalam jumlah cukup, kualitas memadai dan cara pemberian sesuai kebutuhan) adalah masalah utama bagi kelompok. Dampak dari adanya masalah pakan merembet kepada kondisi BCS induk yang semakin menurun dan dapat menyebabkan kematian ternak. Kita mengetahui bahwa kondisi BCS induk adalah salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan perkawinan dan kebuntingan. BCS 2,5-3 merupakan kondisi ideal bagi induk untuk keberhasilan IB dan kebuntingan.
Masih terdapat kendala lain dalam pengelolaan induk di kelompok yang menyebabkan tujuan pembiakan pada peternak rakyat berpotensi kurang berhasil, termasuk pengetahuan peternak bagaimana mengatur sistem penjualan anak dan re-stocking induk agar pembiakan masih bisa dipertahankan serta masalah non-teknis lainnya. Selama ISPI melakukan pendampingan pada program IP2FC di 17 kelompok di 5 Provinsi (Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) selama 8 bulan, kematian induk dan anak bisa ditekan serta kondisi BCS 1-2 induk bisa diperbaiki untuk mencapai kondisi ideal dilakukan perkawinan.
Berdasar pengalaman IP2FC tersebut di atas serta adanya pemikiran para pakar terkait dengan program Desa Korporasi Sapi yang mulai dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2020, maka sebagai organisasi profesi peternakan, ISPI ingin ikut berkontribusi secara positif pada program DKS ini.
Untuk mendapatkan gambaran kondisi awal terhadap pelaksanaan program DKS 2020, maka ISPI melakukan Rapid Assesment (RA) atau melihat secara cepat di lapangan bagaimana kondisi dan masalah teknis dan non-teknis yang dihadapi kelompok dan korporasi penerima program DKS di 4 Provinsi (Lampung, Jawa Timur, NTB dan Sulawesi Selatan)
Tim ISPI melakukan kegiatan RA pada tanggal 4-20 April 2021 dan Tim secara langsung mengunjungi 20 kelompok peternak sapi potong yang mendapat bantuan sapi induk dan sapi bakalan (lokal) dari APBN Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2020 yaitu:
- Kelompok Barokah Jaya, Sukamaju II, Sumber Rezeki, Sudi Makmur III dan Bumi Asih Sejahtera di Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
- Kelompok Baru Muncul, Margi Santoso III, Makmur III, Mukti Jaya I dan Genting Makmur Jaya, di Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.
- Kelompok Mekar Jati, Tunas Karya II, Tandur Desi, Mele Maju dan Dui Urip di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB.
- Kelompok Alerang I, Julu Ero, Cipta Wahana, Ballaparang dan Balumbungan di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tim ISPI juga berkunjung dan melakukan wawancara dengan Pengurus 4 korporasi yang masing-masing korporasi mempunyai anggota 5 kelompok penerima bantuan ternak tersebut di atas, yaitu:
- Koperasi Produksi Ternak Maju Sejahtera (KPT-MS) di Lampung Selatan.
- Koperasi Usaha Bersama Langgeng Basuki (KUB-LB) di Probolinggo
- Koperasi Produsen Syariah Mandalika Baren Sampi (KPS-BS) di Lombok Tengah
- PT. Bumi Berjaya Agrikultur (PT-BBA) di Gowa
Dalam pelaksanaannya tim ISPI didampingi oleh Dinas Peternakan Provinsi dan/atau Kabupaten (Lampung Selatan, Probolinggo, Lombok Tengah dan Gowa) serta perwakilan ISPI di masing-masing Provinsi. Kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada setiap kelompok dan korporasi dicatat dengan baik dan akan menjadi data awal bagi ISPI apabila kelak dapat melakukan pendampingan dan memberi bantuan pada kelompok dan korporasi tersebut sebagai wujud kontribusi pengabdian profesi.
Beberapa permasalahan teknis tentu saja memerlukan solusi yang tepat, sedangkan masalah non-teknis yang justru banyak ditemui di lapangan harus dicarikan solusi dengan pendekatan social dan structural dari Pemerintah (Pusat dan Daerah).
Selain melakukan pendataan pada saat RA sekaligus ISPI melaksanakan pendampingan. Konsultasi dan pendampingan diberikan untuk kelompok dan korporasi terkait bagaimana mengatasi masalah pakan hijauan dan konsentrat, air minum, perkandangan, pergudangan pakan, drainase, pengelolaan kotoran dan manajemen korporasi yang baik.
Hasil “temuan” ISPI pada kegiatan RA beserta saran masukan dan rekomendasi untuk perbaikan dan potensi risiko serta saran mitigasinya telah disampaikan secara resmi kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktur Jenderal PKH mengapresiasi langkah awal PB-ISPI dan selanjutnya diharapkan dapat melakukan kerjasama pendampingan pada kelompok dan Korporasi penerima Program Desa Korporasi Sapi. Rencana ini disambut baik oleh PB-ISPI dan berharap dapat segera terlaksana dalam waktu dekat agar ternak yang sudah didistribusikan kepada masyarakat dapat berkembang dengan baik, risiko kematian dapat ditekan dan program terwujud sesuai harapan.
Salam ISPI Mengabdi untuk Negeri
TAF, medio Mei 2021