Memoar: DJOKO PURWANTO PERENCANAAN TELAH BERPULANG

Bagi kami orang Perencanaan Peternakan dan Kesehatan Hewan, nama Ir. Djoko Purwanto, MP., bukan nama yang asing, karena sejatinya beliau itu memang dilahirkan untuk ‘mencintai’ Perencanaan. Almarhum dilahirkan di Ngawi tanggal 9 Desember 1959, berarti Pak Djoko wafat pada usia 62 tahun kurang 9 bulan, suatu usia yang ‘relatif’ masih muda sebenarnya untuk ukuran rata-rata orang Indonesia.

Almarhum menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 26 Februari 2021 tadi malam sekitar pukul 21.00 karena penyakit diabetes yang telah lama diidapnya yang kemudian menyerang organ-organ tubuh lainnya terutama jantung. Menurut Ibu Dr. Maskamian Anjam atau Bu Mian, begitu kita memanggilnya, yang merupakan mantan Kepala Dinas Peternakan Kalimantan Selatan dan sekaligus atasannya sebelum almarhum pindah tugas ke Jakarta, Pak Djoko pernah periksa bersama Dr. Mian dan ternyata gula darah Pak Djoko sudah di angka 400. Suatu nilai yang mengagetkan karena usianya waktu itu baru 40 tahunan. Nilai normal orang dewasa paling tinggi 100.

Dari rekam jejaknya, almarhum begitu lulus dari Fakultas Peternakan IPB langsung bekerja di Dinas Peternakan Kalimantan Selatan (Kalsel). Puluhan tahun di Kalsel diawali sebagai Kepala Seksi Program ditekuninya hingga almarhum menjabat sebagai Kepala Sub Dinas Penyebaran dan Pengembangan Peternakan, lulus S2 dari IPB akhirnya sekitar tahun 2006, almarhum meminta pindah ke Jakarta ke Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan alasan ingin meniti karier lebih lanjut.

Rela dan mau terlebih dahulu menjadi staf di bagian Perencanaan beberapa saat, akhirnya almarhum secara resmi dilantik menjadi Kepala Bagian Perencanaan, suatu jabatan yang dia impikan selama ini. Saya sewaktu di bagian perencanaan memang pernah menyebut almarhum sebagai tenaga potensial untuk menjadi Kepala Bagian Perencanaan menggantikan saya, karena pendapat dan ide-ide yang brilian dari Pak Djoko selalu disampaikan sewaktu di forum-forum rapat perencanaan di Kementerian Pertanian.

Benar juga, sewaktu saya purna tugas digantikan oleh Dr. Riwantoro, Ir. Djoni Liano, kemudian oleh Dr. Mursyid Maksum, dan Ir. Wignyo Sadwoko akhirnya dijabat oleh Ir. Djoko Purwanto. Sehingga waktu beliau dilantik dan pada acara perkenalan pisah sambut, secara khusus beliau mengundang saya untuk hadir dan memberikan sepatah dua patah kata. Itu di tahun awal 2006.

Berbekal pengalaman sebagai Kepala Bagian Perencanaan Peternakan di Ditjen PKH dan mantan kepala sub Dinas Penyebaran dan Pengembangan Dinas Peternakan Kalsel akhirnya almarhum mencoba ikut seleksi Jabatan Tinggi Pratama di Ditjen PKH.  Nasib belum berpihak padanya, sehingga almarhum di mutasikan jadi salah satu Kepala Sub Direktorat di Direktorat Pakan sampai purna tugas.

Sesudah purna tugas almarhum masih sempat  saling berkabar berita dengan saya selaku seniornya. Tetapi selang tidak lama kemudian putus sama sekali tidak pernah memberi balasan pada setiap kabar singkat yang saya berikan. Ternyata saya dengar berita dari teman-teman perencanaan yang masih aktif, beliau sedang sakit di jantungnya sehingga dilarang menerima berita-berita yang mengingatkan pekerjaan perencanaannya dulu, supaya tenang.

Hampir dua tahun tidak ada kabar beritanya, tiba-tiba kami mendengar kabar bahwa Ir. Djoko Purwanto, MP. telah berpulang. Bagi Bu Mian yang telah ikut berjasa mengembangkan kariernya, almarhum dinilainya sebagai orang yang punya visi bersama Drh. Hari Bagio dan Drh. Tambunan tentang pembangunan Peternakan di Kalimantan Selatan sewaktu Bu  Mian menjadi atasannya sebagai Kepala Dinas Peternakan Kalsel. Mereka itu trio pembangunan peternakan Kalsel yang saya andalkan sesungguhnya.  Saya merasakan kehilangan saat Pak Djoko pamit mau pindah ke Jakarta saat itu. 

Bagi teman-teman Perencanaan tentu merasa kehilangan akan sosok yang kebapakan, pengalaman, sopan dan tekun bekerja sampai malam sekalipun. Karena pada hakikatnya Perencanaan itu bekerja tidak pernah kenal waktu.

Kehidupan rumah tangganya yang tidak begitu mulus menyebabkan dia memulai hidup baru bersama istri tercintanya yang sekarang ini telah merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Pak Djoko kini telah menutup mata selama lamanya. Meninggalkan teman, para sahabatnya dan anak serta istri tercintanya. Meninggalkan juga jejak-jejak perencanaan yang memang tidak akan pernah tuntas selamanya karena setiap manusia itu masing-masing punya tujuan masa depan. Masa depan itu akan dijalani oleh almarhum.

Rumah duka di Jl. Pertengahan No. IC RT14 RW02 Cijantung, Jakarta Timur.

Selamat jalan sahabat perencanaan !

Innalilahi wa Inna Ilaihi Raji’un.

Depok, 27 Februari 2021

M. Chairul Arifin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *