Menyambut Hari Lahir Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang setiap tahun kita peringati pada setiap tanggal 26 Agustus diikuti dengan Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan, 26 Agustus-26 September, ada baiknya kita simak konsep berpikir para pendahulu kita tentang Peternakan. dan Kesehatan Hewan.
Paradigma adalah disiplin intelektual, cara pandang terhadap diri dan lingkungannya atau seperangkat asumsi , konsep, nilai dan praktik dalam memandang realitas dalam seluruh komunitas yang sama khususnya dalam disiplin intelektual seperti Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan jaman yang berlaku. Tentunya menarik untuk dicermati perkembangan pemikiran atau paradigma berpikir orang tentang peternakan dan kesehatan hewan dari waktu ke waktu dan perkiraan skenario masa depannya.
Jaman Penjajahan Belanda
Di jaman ini, tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1936, pemerintah jajahan Belanda telah mengeluarkan Undang-undang atau Staatblad No. 614 yang menyebutkan larangan untuk memotong hewan betina bertanduk besar (Slacht ordonantie de vrouwvelijke grootehornveee). Tanggal ini diambil sebagai tanda tentang campur tangan pemerintah dalam urusan kehewanan sekaligus sebagai Hari Peringatan Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia saat ini. Konsep berpikirnya tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan waktu itu adalah larangan memotong ternak betina produktif dalam rangka mengamankan ternak rakyat semata untuk kepentingan pemerintah jajahan Belanda untuk meningkatkan populasi sapi perah, sapi kerbau dan ternak ruminansia kecil. Selain itu pemerintah jajahan membentuk Jawatan Kehewanan (Burgelijke Veeartzen Dients) sebelumnya. Sehingga konsep berpikir saat itu lebih banyak pada hygiene dan sanitasi, dan pada aspek penyakit hewan Apalagi di waktu itu berkecamuk wabah Rinderpest. Dari pendekatan animal disease yang memandang penyakit sebagai singel faktor berkembang pemikiran bahwa penyakit itu ditimbulkan oleh banyak faktor (multiple factor) seiring dengan berkembangnya ilmu epidemi. Boleh dikatakan bahwa paradigma yang tadinya animal disease menjadi animal health.
Jaman Kemerdekaan
Pada jaman ini tepatnya ditahun 1965, pemikiran semata pada aspek kehewanan dan penyakit, berubah pula bersamaan dengan terbentuknya Direktorat Jenderal Peternakan pada Departemen Pertanian. Terbentuknya ini dilandasi pemikiran bahwa kesehatan hewan sudah merupakan bagian dari pembangunan peternakan selain perencanaan, produksi, dan usaha peternakan rakyat. Mulai dikembangkan paradigma baru yaitu peternakan dan kesehatan hewan sebagai bagian dari pembangunan pertanian.
Jaman Orde Baru
Di jaman orde baru ini berkembang konsep konsep bahwa pembangunan peternakan adalah peternakan terpadu (integrated) antar sesama peternakan yaitu aspek perbibitan, produksi, kesehatan hewan dan penyebaran ternak bersamaan dengan banyaknya bantuan teknik dari luar negeri yang membantu ternak terutama didaerah transmigrasi. Sehingga banyak proyek terpadu antara lain Gerbangserba bisa, Gemarampak dan banyak proyek terpadu lainnya.
Jaman Reformasi dan pasca Reformasi
Pada era ini muncul pemikiran di lingkup pertanian tentang paradigma agribisnis yaitu suatu pendekatan adanya integrasi dari segmen hulu (bibit, pakan dan permodalan), segmen on farm ( budidaya, kesehatan hewan dan pemberian pakan) dan segmen hilir yaitu pengolahan dan pemasaran. Melalui pendekatan agribisnis ini dimaksudkan agar usaha peternakan dan kesehatan hewan menjadi lebih efisien.
Berikutnya paradigma agribisnis yang belum mengaitkan dengan perwilayahan menjadi paradigma korporasi, artinya integrasi ini harus mempunyai besaran skala usaha yang berada dalam suatu skala usaha tertentu sesuai dengan jenis komoditinya. Pemikiran ini yang sedang berlaku dan sedang dikembangkan saat ini. Kegiatan Sikomandan dan 100 Desa Sapi, itu contoh dari pendekatan korporasi yang menghendaki partisipasi penuh para peternak. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator saja.
Skenario Paradigma Masa Mendatang
Dimasa mendatang di tahun 2045 saat kita memasuki tahun Indonesia Emas, diperkirakan penduduk berjumlah 310 juta dengan hampir 70% bermukim di perkotaan dan pendapatan perkapita kita dan PDB Indonesia sudah tergolong tipe pendapatan negara berpendapatan menengah atas. Pada waktu ini persaingan antara food, feed, fertilizer dan fuel akan semakin sengit. Akibatnya orang sudah mulai menoleh pada pemanfaatan bahan yang berbasiskan fosil semata menjadi berbasiskan sumberdaya hayati dan ramah lingkungan . Pada saat itu berkembanglah bio ekonomi dan bio industri sebagai dampak dari berubahnya pemikiran ekonomi yang berbasiskan fosil menjadi perekonomian yang berbasiskan sumberdaya hayati.
Akibatnya pembangunan peternakan dan kesehatan hewan hanyalah menjadi bagian yang terintegrasi dengan Tujuan Ekonomi Dunia, Sustainable Development Goals yang menghendaki perekonomian yang ramah lingkungan.
Dalam memperingati Hari lahir Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun ini ada baiknya kita memperhatikan perkembangan Paradigma berpikir para pendahulu kita, saat ini yang sedang kita melaksanakan pembangunan peternakan dan kesehatan serta skenario paradigma masa depan.
Singkat kata selama 85 tahun membangun peternakan dan kesehatan hewan terjadi pergeseran paradigma, konsep berpikir kita. Dimulai dari pendekatan animal disease bergeser ke animal health, selanjutnya menjadi peternakan dan kesehatan hewan. Dari pendekatan ini berubah jadi peningkatan produksi yang terpadu/swasembada yang mengarah pada pendekatan sistem dan usaha agribisnis. Tidak puas dengan ini maka saat ini memakai pendekatan kawasan yang disebutnya sebagai kawasan korporasi. Akhirnya dimasa mendatang timbul pemikiran paradigma bio-industri sebagai bagian dari Tujuan Pembangunan Global, Sustainable Development Goals yang ramah lingkungan
Selamat Hari Lahir Peternakan dan Kesehatan Hewan 2021
Jakarta, 26 Agustus 2021