MISLEADING TELUR FERTIL VS INVERTIL UNTUK KONSUMSI MASYARAKAT

Edukasi Telur Fertil dan Infertil untuk Konsumsi Masyarakat

            Pandemi covid-19 yang melanda telah berimbas nyata pada bidang perunggasan. Baik komoditas telur maupun daging ayam ras mengalami penurunan daya beli dan terlalu banyaknya  produksi. Tentu fenomena ini perlu segera disiasati. Salah satu langkah yang dilakukan oleh industri adalah melakukan afkir dini parent stock dan cutting setting telur tertunas (HE) yang sekarang ini jumlahnya hampir 40% dari total produksi HE perusahaan pembibitan. Langkah alternatif lain yang dapat diambil adalah mengedarkan atau memasarkan telur HE cutting ke masyarakat baik untuk CSR maupun diperjualbelikan.

Akan tetapi, langkah alternatif ini nampaknya tidak bisa berjalan dengan mulus. Pasalnya peredaran telur HE di masyarakat yang terjadi beberapa waktu ini menimbulkan berbagai respon dari masyarakat dan media. Kecemasan akan asal usul serta keamaan pangan dari telur tersebut sempat menjadi isu yang sering dibicarakan. Merespon keresahan yang terjadi, Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor mengadakan edukasi online degan tema “Misleading Telur Fertil vs Infertil untuk Konsumsi Masyarakat” via aplikasi zoom meeting di Jakarta (21/5).

Wayan Suadnyana S.Pt, Ketua ISPI PC Bogor mengungkapkan bahwa banyak informasi yang kurang tepat beradar di masyarakat saat ini terkait telur HE. Sebagai praktisi, dirinya menjelaskan secara teknis asal usul dari telur tetas (HE) dan telur konsumsi yang saat ini tengah beredar dimasyarakat. “Telur HE merupakan telur yang dibuahi oleh pejantan, sedangkan telur konsumsi tidak dibuahi, sangat tidak benar ketika ada anggapan bahwa telur HE akan menetas apabila dibiarkan pada kulkas atau dalam ruangan terbuka,” ungkapnya.

Dalam sambutannya Ketua Umum Pengurus Besar ISPI, Ir Didiek Purwanto, IPU mengapresiasi acara yang telah dilaksanakan ISPI PC Bogor. Dirinya mengku paham betul bahwa sektor perunggasan dalam negeri selalu mengalami pergejolakan yang tidak kunjung berhenti. “Acara ini dapat membuka wawasan bagi masyakat terkait isu yang beberapa waktu ini viral dibicarakan,” jelas Didiek. Pada sambutan yang lain Hj Yane Ardian Bima Arya, Ketua PKK Kota Bogor menyampaikan bahwa setiap bulan ramdahan selalu saja terdapat isu terkait pangan yang marak diperbincangkan masyrakat. Dan untuk saat ini isu peredaran telur HE sedang viral dibicarakan. “Saya sangat mengapresiasi dan berterimakasih acara ini, sebagai upaya untuk mengedukasi dan menambah wawasan masyarakat atas isu yang saat ini beredar,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama Ir Ahmad Dawami selaku Dewan Pertimbangan Organisasi PB ISPI dan sekaligus Ketua Umum Gabungan Perusahan Pembibitan Unggas (GPPU) mengungkapkan keprihatinan informasi yang akhir-akhir ini beredar dimasyarakat terkait posisi telur tetas yang tidak layak dikonsumsi oleh masyarakat. Dirinya menyayangkan bahwa saat ini ilmu pengetahuan dicampur adukan dengan kepentingan dagang sehingga fenomena tersebut bisa terjadi. “Memang benar di peraturan pemerintah, telur tetas tidak boleh diedarkan atau dijual belikan, tetapi tidak diketahui alasan rasional tentang pelarangan ini,” ungkapnya. Secara tegas Dawami menyampaikan bahwa telur tetas atau breeding layak dikonsumsi dan banyak negara yang menerapkan hal itu.

Prof. Dr. Ir. Niken Ulupi, MS. Guru Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan IPB, menambahkan bahwa perlu adanya upaya pelurusan informasi yang kurang tepat dan telah luar biasa menyebar dimedia saat ini terkait telur tetas. “Sebenarnya dalam proses pembentukan telur, baik berasal dari petelur komersial atau industri pembibitan, selama ayam yang menghasilkan sehat, maka telur itu layak dikonsumsi,” tegasnya. Dirinya juga mengingatkan untuk lebih memperhatikan cara penyimpanan dan pemasakan telur untuk menghindari cemaran yang mungkin terjadi. SEKJEN PB ISPI