
Pembangunan peternakan di Indonesia sangat penting, karena peranannya yang vital dalam peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia (SDM) bangsa di era global sekarang ini. Ini terkait dengan komposisi dan kualitas produk peternakan yang prima, utamanya untuk kecerdasan dan vitalitas SDM, dalam menyongsong kompetisi dengan bangsa lain.
Undang-undang dasar 1945 mengamanatkan agar pemerintah Indonesia mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Pemerintah RI mempunyai kewajiban penyediaan pangan hewani asal ternak yang bergizi tinggi dalam jumlah cukup, terjangkau penduduk, aman dan halal.Kekurangan protein hewani akan berakibat fatal bagi perkembangan manusia terutama perkembangan otaknya.
Pada susu, rangkaian polipeptida (10-20 asam amino) kadang banyak terhindar dari enzim pencernaan dan dapat diserap di saluran intestinal yang bersifat aktif dan memberi fungsi secara khusus (functional proteins). Fraksi protein yang dikenal sebagai protein atau peptida fungsional terkait: – sistem kardiovaskular (antihipertensi, antithrombotik, hipokolesterolemik), – sistem syaraf (bersifat opium: aktifitas agonis dan antagonis), – sistem pencernaan (pengikatan mineral, gerakan intestinal, antibakteri, pengurangan nafsu makan), dan– sistem kekebalan tubuh (immunomodulator, citomodulator).
Di luar protein hewani, maka susu menyediakan Conjugated Linoleic acid (CLA) LEMAK dikenal sebagai fraksi lemak, yang sifat-sifat biologinya menarik minat banyak pihak sebagai senyawa antidiabetes, antikanker, antiatherogenic, modulasi kekebalan tubuh, perangsang pertumbuhan dan anti kegemukan (Danagh et al., 1999). Secara alami, CLA dihasilkan pada ternak ruminansia (sapi, kambing, domba) dan sebagai hasilnya lemak susu adalah sumber alami terkaya dari CLA. Kalsium susu adalah satu-satunya sumber kalsium dengan tingkat penyerapan > 30 % -40 % pada susu dan olahan susu lainnya termasuk khususnya susu fermentasi dibanding < 20 % pada sumber pangan selain susu.
Fungsi kognitif orang dewasapun masih dipengaruhi oleh konsumsi susunya. Sehingga sangat dianjurkan jangan berhenti minum susu setelah remaja. Mahasiswa, mengkonsumsi susu > 1 x/ hari punyai nilai kognitif berbagai bidang (verbal episodic memory, visual-spatial memory and organization, scanning and tracking, working memory, and excecutive function) lbh baik dr yg mengkonsumsi susu < 1 x/ hari.
Kehilangan kesempatan mengkonsumsi protein hewani yang cukup,terutama pada masa balita,tak dapat digantikan dengan yang lainnya ketika mereka dewasa. Jika hal ini terjadi maka dapat berakibat pada hilangnya satu generasi manusia (loss generation).Dampak kurang gizi dimengerti dapat menjadikan bonus demografi berubah menjadi petaka.
Jika kekurangan gizi tersebut pada awal kehidupan manusiam dapat menunjukkan beberapa hal, antara lain: Gagal Tumbuh: berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus, daya tahan rendah; Hambatan perkembangan kognitif, nilai sekolah dan keberhasilan pendidikan; Menurunkan produktivitas:Gangguan metabolik, risiko PTM (diabetes tipe II, stroke, penyakit jantung, dll) pada usia dewasa.
Pemerataan gizi bangsa
Pembangunan gizi bangsa ternyata menunjukkan ketidakrataan pasokan gizi ke seluruh nusantara, dimana terjadi kesenjangan antarkawasan. Daerah yang kurang gizi masih identik dengan kepadatan sumber gizi asal peternakan yang masih rendah.
Pola pembangunan peternakan yang bermasalah
Budidaya ternak perah mempunyai berbagai masalah ditinjau sejak hulu (input) sampai hilir (konsumen). Pada proses produksi itu terlibat banyak fihak yang harus bekerjasama dalam sistem sehingga menghasilkan outputdan outcomesesuai tujuan pengembangannya. Namun, jika ditinjau dari pola pengembangannya yang melibatkan banyak pihak, terasa tidak berjalan dalam satu sistem yang baik,namun hanya mencerminkan kegiatan bersama dan bukan kegiatan kerjasama antara berbagai stake holderyang ada, baru mencerminkan pendekatan multidisiplin (banyak pihak bekerja sendiri secara bersamaan) dan belum interdisiplin (banyak pihak bekerja bersama-sama), apalagi dalam pendekatan sistem yang saling terkait.
Analisis SWOT
Pendekatan analisis SWOT dipakai untuk mengetahui kondisi kekuatan dan kelemahan yang menjadi kondisi internal dari industri persusuan nasional, sementara peluang dan tantangan merupakan kondisi eksternalnya. Dengan menyajikan kodisi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan tersebut maka dapat dirumuskan strategi pengembangannya, yaitu strategi revitalisasi persusuan nasional.Analisis SWOT merupakan identifikasi sistematis dari faktor dan strategi yang merefleksikan keduanya. Berdasarkan Analisis SWOT dapat dipilih strategi SO (kekuatan-kesempatan), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman).
1. Kekuatan
- Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar yaitu +250 juta jiwa merupakan potensi pasar yang sangat baik menjanjikan dukungan SDM handal
- Dukungan pemerintah untuk pengembangan industri pengolahan susu yang termasuk dalam skala industri prioritas.
2. Kelemahan
- Kondisi skala usaha ternak perah (belum ekonomis (2-3 ekor/KK), karena peternak kurang modal dan sulit mencari pakan, usaha budidaya menjadi tidak efisien sehingga pendapatan peternak relatif rendah berakibat produktivitas ternak perah yang masih rendah yaitu sapi perah 8-12 lt/ekor/hr dibandingkan luar negeri yang sudah mencapai 20 lt/hr.
- Kurangnya kesadaran peternak dalam menerapkan Good Farming Practices(GFP) sehingga mengurangi kualitas susu segar dalam negeri.
- Produk susu dari jenis ternak perah lain (susu kambing, susu kerbau, dan susu kuda) belum popular dan belum dikembangkan
3. Peluang
- Tingkat rata-rata konsumsi susu penduduk Indonesia yang masih rendah dapat ditingkatkan melalui school milkyang dapat menjadi salah satu lokomotif pemasaran susu dengan kemasan yang menarik.
- Potensi pengembangan ternak perah sapinon FHdannon sapi perah seperti kerbau, kambing dan kuda di luar Jawa masih cukup besar, sehingga dapat meningkatkan sentra baru produksi susu.
c. Secara khusus jika dikaji secara mendalam kerbaumempunyai keunggulan istimewa yang memberikan peluang pasokan susu dalam negeri mencapai 1.000 ton/hari, sementara kambing 1.200 ton/hari.
4. Ancaman
- Keterbatasan lahan untuk penyediaan pakan hijauan, khususnya di Pulau Jawa, karena tidak adanya kepastian penanaman lahan. Di luar Jawa lahan tersedia, namun investor tidak berminat menanamkan modal.
- Penyakit reproduksi seperti Brucellosis, IBR, BVD akibat tingkat kelahiran rendah dan tingginya kasus mastitis subklinis menyebabkan kerugian ekonomis (penurunan produksi) disamping jumlah sel somatik yang juga berpengaruh terhadap kualitas produk susu olahan.
- Masih tingginya impor produk-produk susu olahan legal maupun ilegal.
Beberapa isu strategis yang ada,memerlukan keterlibatan beberapa stake holderpembina untuk menghadapi permasalahan bersama ditinjau dari ragam pandang. Secara umum permasalahan pengembangan persusuan meliputi permasalahan peternakan (budidaya dan pasca panen), non peternakan (wilayah industri, perdagangan dan permodalan). Permasalahan tersebut memerlukan sinergi antara stake holderpersusuan yang ada:- bibt/ keswan, imor, sdm kelembagaan, lahan-pakan dan air, wilayah produksi, tata niaga- pemasaran yang jujur, pasar yang mantap, sistem distribusi dan teknologi alternatif, industrialisasi susu rakyat, menuju: kesejahteraan peternak, perlindungan konsumen, kenaikkan konsumsi gizi prima, kenaikkan kecerdasan dan produktifitas bangsa, moneytisasi desa dan penurunan urbanisasi tanpa keahlian dan keterampilan memadai.
Permasalahan itu mencerminkan permasalahan non teknis peternakan dan teknis peternakan yang saling terkait dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.
Permasalahan non teknis peternakan antara lain:
- Kebijakan Pemerintah yang utama diperlukan adalah menempatkan susu sebagai pangan strategis untuk kecerdasan SDM menuju kepada Ketahanan dan Keberlangsungan bangsa di masa datang yang penuh kompetisi ini
- Sistem tata niagayang monopsoni dirasa tidak baik, menghambat keberlanjutan usaha yang dapat merugikan tidak saja produsen,namun juga bagi industri pengolah susu di dalam negeri itu sendiri
- Pemihakan pemerintah, untuk bea masuk yang kurang adil terkait raw material/produk akhir, bahan pendukung, dan kekuatan peternak kecil.
- Ketiadaan program CSR yng terprogram baik dengantolok ukur yang jelas.
- Ketrampilan manajerialkelompok/koperasi susu yang kurang.
Permasalahan teknis peternakan secara khusus terkait adanya keterlibatan beberapa pihak dalam rangkaian nilai pasokan susu (value chain) dari hulu sampai hilir.
Permasalahan Peternakan
Landasan (platform) di bidang peternakan yang perlu sekali dipikirkan meliputi beberapa hal, antara lain:
1. Permasalahan di bidang input produksi dan sumber daya
Input produksi meliputi bibit, pakan hijauan, pakan konsentrat, obat hewan, inseminasi buatan, lahan dan wilayah produksi.
a. Bibit ternak perah yang digunakan baru terbatas sapi FH asal negara subtropika warna hitam putih. Sapi FH juga ada berwarna merah putih. Perkawinan dilakukan dengan cara IB berasal dari 2 sentra utama penghasil semen, yakni BIB : Lembang dan Singosari. Banyak terjadi kasus perkawinan silang dalam (inbreeding) yang sangat dimungkinkan karena keterbatasan pejantan unggul dan pengawasan lapanganyang kurang. Bibit ternak perah lainnya seperti sapi perah non FH (Jersey), sapi tropika ( Red Sindhi, Sahiwal), kerbau (Murrah, Nilli-Ravi), dan kambing (Jawa randu, Bligon, Saanen dan persilangannya, Ettawah dan persilangannya) belum dimanfaatkan dan disediakan bibitnya dengan sistem yang terkoordinasi. Pusat bibit nasional dan subdistributornya harus dibentuk jelas untuk semua ternak perah(sapi perah FH dan non FH, kerbau,kambing,domba dan kuda).
b. Pakan hijauan bermutu tinggi kurang disebarkan secara merata, khususnya leguminosa dan pemanfaatannya seperti (hijauan kacang-kacangan limbah, desmodium rensonii, turi dll). Sementara itu, pakan konsentrat tidak dibuat secara standar sesuai kebutuhan untuk ternak perah dengan kadar protein setidaknya 14 % dengan TDN 70 % yang dibuat oleh formulator/unit usaha pakan yang tersertifikasi jelas.
c. Pemakaian obat hewan sering tidak cukup jelas dilihat efek sampingan, khususnya mastititsbagi kesehatan manusia dan cemaran lingkungan.
d. Penyebaran ternak perah masih pada wilayah kurang tepat, seperti sulit air. Ternak perah seharusnya dikembangkan pada masing-masing sesuai ciri khas ternak perah, dimana sapi perah pada dataran tinggi/ rendah dengan air, rumput dan leguminosa memadai. Sementara kerbau (perah)dapat dikembangkan di daerah rendah/rawa dimana banyak limbah pertanian, dan kambing pada dataran sedang dengan ketersediaan legum memadai. Kondisi seperti itu ditemukan merata di Indonesia.
2. Permasalahan budidaya dan produksi susu
Kondisi cuaca, pascapanen, sarana pendinginan, transportasi, sistem pengujian dan pembayaran serta tataniaga adalah hal penting yang perlu diperhatikan.
- Cuaca sering berubah sehingga menimbulkan permasalahan pada penyimpanan dan kualitasnya.
- Rendahnya pengetahuan dan keterampilan peternak dalam pemanenan susu
- Sedikitnya sarana pendinginan/ tranportasi berpendingin menurunkan mutu
- Sistem pengujian kualitas yang belum standar sama menyulitkan peternak
- Sistem pembayaran susu yang tidak seragam merugikan peternak
- Tataniaga yang monopolistik dan monopsoni formal dengan pelayanan jelek merugikan peternak dan memunculkan pemalsuan susu skala luas.
3. Permasalahan pengolahan susu segar dan olahan lain
- Pasar susu segar belum stabil dan terbatas
- Belum ada program minum susu untuk anak sekolah nasional merataberlanjut
- Ketidakseimbangan pasokan terhadap permintaan susu segar oleh IPS(Industri Pengolahan Susu)
- Ketidakseiimbangan kekuatan kelembagaan peternak berhadapan IPS
- Pajak BBM impor susu rendah mengurangi kompetisi produksi susu DN(Dalam Negeri)
- Keterbatasan susu olahan yang disediakan baik untuk pasar DN atau ekspor
- Permasalahan ekspor- impor.
4. Peluang besar ekspor di negara Asia yang mempunyai pasar susu tumbuh, namun belum mampu diimbangi dari pemenuhan sesuai standar kualitas yang ketat.
5. Bea masuk susu impor yang terlalu rendah di Indonesia kurang sebanding di negara Asia lainnya,sehingga membatasi peluang ekspor olahan susu.
6. Fluktuasi harga susu dunia yang sangat volatil menimbulkan kesulitan industri.
a. Permasalahan dan Peluang pemasaran domestik
b. Tumbuh berkembangnya supermarket yang cepat dengan rantai pendinginan membuka peluang aneka olahan seperti susu fermentasi, keju, mentega, dan minuman susu. Namun hal ini masih terkendala kemampuan pasok energi listrik yang belum merata di seluruh Indonesia.
c. Kenaikkan populasi dan pendapatan memunculkan klas menengah semakin banyak dan perubahan orientasi makan di luar rumah yang bisa diisi olahan susu.
d. Harga susu sama di pasar retail, kesadaran gizi meningkat dan inflasi dan nilai tukar uang rupiah-dolar rendah, menyebabkan peluang eksporatau diversifikasi susu DN meningkat.
Harapannya dengan pembenahan serius dan terkoordinasi, maka akan segera tercapai tujuan Kedaulatan Pangan, Peningkatan Kesehatan, Peningkatan Kualitas SDM, Peningkatan Ekonomi Daerah Tertinggal, Peningkatan Ekonomi Wilayah perbatasandan Peningkatan Kesejahteraan peternak. Tridjoko Wisnu Murti (Dewan Pakar PB ISPI dan Guru Besar Fapet UGM) IT & Media ISPI