Peternak Ayam Demo (lagi) Tuntut Perbaikan Harga

Satu bulan pasca tsunami anjloknya harga ayam hidup (live bird/LB) Juni lalu, kembali harga LB menyentuh harga terendah dibulan Agustus 2019 yakni 8.000 rupiah per kg. Tercatat selama kurun waktu 9 bulan di 2019, usaha perunggasan mengalami dua kali “gelombang tsunami” anjloknya harga LB ditingkat peternak. “Dan lagi – lagi sebab musababnya disebabkan oleh over supply produksi LB. Hal ini terkonfirmasi dengan fakta harga LB jauh melorot dibawah harga pokok produksi (HPP) peternak,” terang Sugeng Wahyudi, peternak bogor.

Sementara itu riak – riak gelombang pembentuk gejolak tsunami jatuhnya harga LB tercatat sudah terjadi sejak Agustus 2018. Harga LB selalu dibawah HPP peternak yang puncaknya terjadi di Juni 2019 dan kembali terjadi di Agustus 2019. Berbagai upaya dilakukan dan disuarakan peternak kepada pemerintah, termasuk upaya antisipasi untuk menjaga kestabilan harga LB. Namun tak pernah ada solusi yang jitu dan berkepanjangan. Tercatat puluhan rapat koordinasi dan evaluasi yang melibatkan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perekonomian sampai Bareskrim Polri semua upaya “mentok”, peternak broiler kembali menelan pil pahit merasakan buruknya penataan perunggasan nasional. 

Disisi lain, kata Sugeng, berbagai permasalahan ikut memperburuk kondisi peternak broiler. Disaat harga selalu jauh dibawah HPP peternak bahkan anjlok dititik terendah, harga – harga sapronak (sarana produksi ternak) terus stabil dilevel tertinggi. Tercatat sejak awal 2019 sampai saat ini harga pakan terus bertengger diharga 6.800 – 7.400 per kg. Padahal pemerintah selalu gembar – gembor produksi jagung sebagai bahan utama pakan ternak diposisi surplus bahkan sampai dilakukan ekspor. Namun kondisi ini tidak ikut menggerek penurunan harga pakan. Sementara seperti diketahui pakan merupakan komponen terbesar dalam usaha budidaya broiler. 

Selain pakan, harga DOC (Day Old Chick/anak ayam umur 1 hari) juga mengalami hal yang sama. Tercatat sejak Agustus 2018 harga DOC selalu bertengger diharga 6.600 – 6.100. Baru dibulan Juni – Agustus 2019 harga DOC bergerak turun rata – rata diharga 4.000 dan itu pun belum membantu dikarenakan harga LB anjlok ke titik terendah. Sementara disisi lain upaya penyeimbangan supply dan demand melalui pengurangan produksi DOC selalu berdampak lebih dulu terhadap kenaikan harga dan ketersediaan DOC bagi peternak. 

“Benang kusut” ini lah yang selalu tidak bisa diurai pemerintah dan pelaku industri perunggasan (perusahaan integrasi) yang memakan korban terlebih dahulu peternak broiler. Berdasarkan kondisi tersebut dan kejadian yang selalu berulang, kami peternak menuntut kepada pemerintah : 

1.Jangka pendek naikan harga ayam hidup (LB) minimal di HPP peternak rakyat mandiri. 

2.Perlu diterbitkan Perpres untuk penataan iklim usaha perunggasan nasional yang berkeadilan dan melindungi peternak rakyat mandiri. 


3.Perlindungan dan segmentasi pasar ayam segar hanya untuk peternak rakyat mandiri. 


4.Pembenahan dan penataan hilirisasi usaha perunggasan melalui upaya kewajiban memiliki Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) bagi perusahaan integrasi, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri (Permentan) 32 Tahun 2017. 


5.Membubarkan tim Komisi Ahli Unggas Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. 
 IT & Media ISPI