PROSPEK USAHA PETERNAKAN DOMBA DI JEMBER

Usaha Peternakan Domba Berbasis Kemitraan Menembus Pasar Ekspor

(Partnership-based sheep farming penetrates the export market)

Agus Sholehul Huda*

*)   Gumukmas Multifarm, Jl. Sultan Agung No 42 Purwoasri-Gumukmas Jember 68165,

email : gustop9@gmail.com

ABSTRACT

Sheep and goats become the culture of society, almost every household can be found goats that are kept as businesses or savings.The need for consumption of goat products in the form of meat, milk and skin along with the by-products are increasing every year.Indonesia is aremoeslem majority country, sheep and goats are mandatory animals for islamic religious worship activities like aqiqah and Qurban. The higher the level of religious awareness, the higher the need for goats.Besides such a large domestic market, the international market also still very open for sheep marketing.Malaysia neighbor country, each month needs 5,000 sheep or 60,000 sheep every year and only 3000 sheep are fulfilled in 2018.The need for consumption of lamb products consisting of meat, milk and leather of the following products increases every year. However, up to now the sheep goats have not been able to provide benefits because the management still partial and traditional, which does not pay attention to technical governance and a good system farming.The need for structuring the production system, with the partnership pattern between goats will create an integrated production system between natural resources, seed sources, feed sources, managers, quality assurance systems, marketing, promotion, and government supportregullation.four pillars must work together to develop namely the Joint business group (implementing partnership), banking, academics, and the government.With this sheep partnership can be organized production so that productivity, quality and product continuity are guaranteed. The arrangement of the system with the partnership pattern is expected that goat sheep can be used as a superior commodity and to take a big portion of the international market and be able to prosper the rural community by increasing the household economy of farmers.

Key word : Sheep, Goat, Production, Partnership, Export

ABSTRAK

Domba dan kambing sudah menjadi budaya masyarakat perdesaan, hampir disetiap rumah tangga petani dapat ditemui domba kambing yang dipelihara sebagai usaha ekonomis atau tabungan. Kebutuhan konsumsi produk domba kambing yang berupa daging, susu dan kulit berikut hasil ikutannya semakin meningkat setiap tahunnya. Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, domba dan kambing merupakan hewan wajib untuk kegiatan ibadah keagamaan yaitu aqiqah. Semakin tinggi tingkat kesadaraan beragama, semakin tinggi pula kebutuhan domba-kambing. Disamping pasar domestik yang demikian besar, pasar internasional juga masih sangat terbuka untuk pemasaran domba. Negari jiran, Malaysia, setiap bulannya membutuhkan 5.000 ekor domba atau 60.000 ekor per tahun dan hanya terpenuhi 3000 ekor domba di tahun 2018. Pemintaan pasar yang demikian besar, baik pasar domestik maupun pasar ekspor, dan ditunjang dengan sumber daya alam yang melimpah merupakan peluang yang sangat potensial dalam meningkatkan nilai manfaat dari ternak domba tersebut. Akan  tetapi, sampai dengan saat ini ternak domba kambing belum bisa memberikan nilai manfaat dikarenakan pengelolaannya masih partial dan tradisional yang tidak memperhatikan teknis tata kelola yang baik dan tersistem. Perlu adanya penataan sistem produksi, dengan pola kemitraan domba-kambing akan menciptakan sistem produksi yang terintegrasi antara sumber daya alam, sumber bibit, sumber pakan, managemen, sistem penjaminan mutu, pemasaran, promosi, dan didukung regulasi pemerintah. Empat pilar harus bersinergi, yaitu Kelompok Usaha Bersama (pelaksana kemitraan), Perbankan, Akademisi, dan Pemerintah. Dengan adanya pola kemitraan domba tersebut, produksi ternak domba dapat tertata secara menyeluruh sehingga terjamin produktivitas, kualitas dan kontinuitas produk.  Penataan sistem dengan pola kemitraan tersebut diharapkan ternak domba kambing dapat dijadikan komoditas unggulan dan mengambil porsi yang cukup besar di pasar internasional serta mampu mensejahterakan masyarakat perdesaan dengan meningkatnya ekonomi rumah tangga petani.

Kata Kunci : Domba, Kambing, Produksi, Kemitraan, Ekspor

PENDAHULUAN

Peternakan domba memiliki peluang bisnis yang cukup bagus, dikarenakan produk peternakan domba merupakan penunjang pemenuhan konsumsi protein hewani yang dibutuhkan dalam hidup keseharian manusia. Domba merupakan ternak ruminasia kecil yang sudah sangat familiar bagi masyarakat Indonesia. Domba adalah ternak yang sangat mudah dibudidayakan dan disenangi masyarakat petani sebagai tabungan, karena domba mudah diperjualbelikan. Hampir 95% domba dalam penguasaan petani atau peternak skala rumah tangga. Menurut data sensus Badan Pusat Statistik tahun 2017, domba dipelihara oleh sebanyak 645.561 rumah tangga dengan kepemilikan rata-rata 2-6 ekor per rumah tangga. Sedangkan perusahaan yang berkecimpung di usaha domba hanya ada 4 perusaaan (BPS, 2013).

Dengan penguasaan petani yang demikian besar dengan pola budidaya yang masih tradisional, struktur pasar domba menjadi tidak seimbang. Sebagai ternak yang dibudidayakan untuk tabungan, selama petani tidak membutuhkan uang untuk keperluan rumah tangga, domba-kambing tidak akan dijual, tetapi disaat petani membutuhkan untuk keperluan seperti anak sekolah contohnya, domba akan dijual dengan harga berapapun asal jadi uang. Bila dikelola dengan baik dan tersistem dengan berbasis budaya, domba merupakan ternak yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, pohon industri domba demikian luasnya, kambing-domba memiliki produk turunan selain daging yaitu kulit dan bulu, disamping itu kotoran dan air kencing domba bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, tidak ada yang tidak termanfaatkan semua yang diproduksi kambing-domba. Dalam keseharian masyarakat kita, yang mayoritas muslim, domba menjadi produk yang tidak tergantikan dalam kegiatan keagamaan yaitu Aqikah, dalam perayaan iedul adha, domba juga menjadi salah satu hewan qurban selain sapi dan kerbau, semakin tinggi kesadaran agamanya maka semakin tinggi pula kebutuhan akan domba-kambing . Dengan struktur budidaya dan pasar yang tidak berkembang, populasi domba-kambing masih fluktuatif. Peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran akan ibadah keagamaan (aqikah) juga mempengaruhi terhadap populasi domba nasional termasuk pemotongan betina untuk kebutuhan rumah makan maupun kegiatan keagamaan.

Selama ini, pola budidaya usaha domba masih menggunakan cara ekstensif atau dengan sistem penggembalaan. Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan pemeliharaan domba dengan sistem dilepas sehingga tergantung dengan lingkungan sekitar. Sistem pemeliharaan semi intensif bisa juga dikatakan dengan model di gembala di lapang pada pagi sampai sore hari, saat menjelang petang domba di kandangkan dengan diberikan tambahan sedikit pakan didalam kandang domba. Hal ini sangat tergantung pada kondisi hijauan atau membutuhkan ladang gembalaan yang cukup luas. Dengan demikian peternak tidak dapat memelihara domba dalam jumlah banyak. Pemeliharaan domba di Indonesia masih bersifat subsistem dan tidak memperhitungkan faktor biaya dan kualitas dalam pemeliharaannya. Skala pemeliharaan masih kecil sampai menengah dan belum banyak pemeliharaan ternak dalam bentuk industri. Sebenarnya domba memiliki kelebihan dibandingkan hewan ternak penghasil daging lainnya, menurut Sudarmono (2007) domba memiliki sifat lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya, lebih mudah dalam perawatan, dan modal yang diperlukan untuk membuka usaha peternakan domba relatif lebih kecil. Sehingga penataan hulu-hilir peternakan domba memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan berbasis kemitraan.  

Dengan permintaan pasar kian hari semakin meningkat, baik pasar domestik maupun pasar eksport ke beberapa negara, sudah seharusnya peluang ini ditangkap dengan penataan hulu-hilir budidaya peternakan domba. Permintaan pasar domba dan kambing tahun 2018 mencapai 5 ribu ekor perbulan ke Negara Malaysia, peluang tersebut masih belum mampu ditangkap peternak kambing domba Indonesia (Tabloid Sinar Tani, 2019). Banyak sekali tantangan seperti kontinuitas pasokan, bibit dan pakan yang belum terintegrasi satu sama lain yang menjadikan banyak problem yang harus dihadapi oleh para peternak domba. Pada tahun 2018 bekerjasama dengan mitra eksportir Inkopmar Cahaya Buana, Gumukmas Multifarm (GMF) mampu memasok kebutuhan eksport domba ke Malaysia sebanyak 3000 ekor. Pasar eksport lebih kompetitif dalam hal harga dibanding pasar domestik terutama domba jantan. Pasar domestik hanya bagus dibulan-bulan tertentu dan kecenderungan pasar domestik memotong domba betina dibandingkan domba jantan, karena disparitas harga antara domba jantan dengan betina sangat tinggi.

Dalam upaya merubah pola pikir masyarakat dari budidaya yang hanya sebagai tabungan menjadi budidaya yang berorientasi bisnis, GMF merupakan kelompok usaha yang sudah berbadan hukum, menjawab potensi tersebut. Pola kemitraan adalah bentuk yang tepat untuk dikembangkan, karena potensi yang sudah ada dan masyarakat pada umumnya sudah memiliki domba dalam jumlah kecil. Dengan membentuk pola kemitraan atau gotong royong yang saling menguntungkan dengan mengumpulkan peternak-peternak kecil untuk lebih mengintensifkan pola budidayanya dari hulu sampai hilir, dengan penataan-penataan per bagian budidaya; pembibitan dan fattening serta pengkoordinasian pasar sehingga nilai tawar peternak menjadi lebih baik. Pola peternakan yang mengarah ke industrialisasi bisa diwujudkan dengan pola kemitraan tersebut. Dukungan dari pemerintah terkait termasuk lembaga keuangan dalam mensupport usaha ini merupakan keharusan.

Domisili usaha GMF berada di Kabupaten Jember, yang merupakan wilayah potensial untuk pengembangan domba, yang mana jumlah penduduk kurang lebih 2,419,000 jiwa dengan sumber ekonomi masyarakat adalah sektor pertanian dan sektor perternakan, khususnya ternak domba, sudah menjadi bagian dari rumah tangga petani. Populasi domba Jember menurut Badan Pusat Statistik (2018) berjumlah 79.021 ekor yang merupakan urutan ke 5 di Jawa Timur, meskipun urutan ke-5 Jawa Timur, jember tetap menjadi tujuan sumber bibit nasional dengan kualitas domba yang bagus dan sebagian besar petani lebih senang memelihara indukan untuk dijual anaknya. Potensi sumber daya alam Jember sangat mendukung untuk usaha peternakan domba dengan sumber pakan dari limbah pertanian yang melimpah. 

Permintaan domba kambing yang terus meningkat, tentunya memerlukan perbedaan tatacara pemeliharaan, supaya standar yang ditentukan dapat tercapai. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara manajemen pemeliharaan yang lebih intensif. Salah satu yang sudah berubah dari pemeliharaan domba dan merupakan inovasi dari GMF adalah dari segi pakan. Pakan yang diberikan pada domba umumnya berupa hijauan, dirubah dengan pakan komplit yang bersumber dari limbah pertanian dan diformulasikan sesuai dengan kebutuhan nutrisi domba. Sehingga efisiensi dalam budidaya dapat tercapai.

Saat ini GMF menjalin kerjasama dengan peternak-peternak dan kelompok ternak dengan pola kemitraan. Kemitraan domba yang sudah dikelola GMF sebanyak 105 peternak dengan populasi masing-masing peternak dikisaran 10 sampai 100 ekor dan juga bermitra dengan koperasi ternak yang juga menerapkan pola kemitraan di daerah Bondowoso dengan jumlah mitra lebih dari 100 orang. Sebaran mitra GMF ada di 4 daerah yaitu Jember, Lumajang, Banyuwangi, dan Bondowoso. Keempat daerah tersebut memiliki potensi pengembangan domba yang sangat baik.

PEMBAHASAN

Kemitraan Domba

Keberadaan peternak kecil dituntut untuk dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya, dalam konteks ini, langkah kerjasama dalam bentuk kemitraan merupakan strategi untuk mengembangkan peternak kecil lebih berdaulat. Beternak domba dapat berperan dalam peningkatan ekonomi kerakyatan, banyak dilakukan dimasyarakat karena sumber daya alam mendukung. Harus diakui bahwa peternak kecil tidak lepas dari tantangan dan hambatan baik dari segi permodalan, sumber daya manusia, managemen, minimnya penguasaan teknologi informasi, dan pemasaran produk yang dihasilkan. Empat pilar harus berperan disini, yaitu : pemerintah, pengusaha/kelompok usaha/koperasi, lembaga keuangan, dan akademisi.

            Korporasi peternakan domba bisa terwujud dengan pola kemitraan untuk meningkatkan produktifitas, kontinuitas produksi, dan kesejahteraan peternak domba melalui adopsi managemen usaha dan teknologi industri. Sehingga tercapai tujuan efisiensi dan meningkatkan produktifitas usaha budidaya domba yang selama ini masih bersifat tradisional. Prinsip dari kemitraan adalah saling menguntungkan, baik disisi peternak (plasma) maupun dipihak koperasi/perusahaan (inti). Bila peternak untung, keberlangsungan usaha akan berjalan dengan baik, begitu pula sebaliknya.

            Dengan bekerjasama (bermitra), peternak kambing domba akan lebih kuat bersaing baik pasar domestik maupun pasar eksport. Peternak yang tergabung dalam kemitraan akan dapat menciptakan produk dengan harga yang lebih rendah, kompetitif dan menguntungkan. Melalui sistem budidaya berjenjang, yaitu peternak A memelihara domba selama 2 bulan, dilanjutkan kepada peternak B dengan budidaya 2 bulan juga dan seterusnya, kemudian saat tercapai berat dan harga yang dikehendaki maka hasil budidaya dijual ke pasar baik domestik maupun ekspor.

Pola kemitraan mampu menciptakan harga yang di kehendaki pasar sebagai contoh dari harga Rp 60.000,- per kg menjadi harga Rp 51.000,- per kg pada saat dilepas ke pasar. Hal tersebut juga akan terkait dengan kemitraan pembibitan atau pembiakan, untuk menentukan harga yang menguntungkan bagi peternak agar produksi yang dihasilkan yaitu hasil fattening bisa bersaing harga di pasar domestik maupun ekspor. Tidak akan sulit peternak menentukan harga bila tertata dengan baik, tersistem dan terencana. Yang terpenting adalah pasar bisa dipenuhi secara kontinyu sesuai dengan harga yang berlaku dan bersaing. 

Konsep dasar kemitraan domba dalam menembus pasar ekspor, dengan pola tersebut akan terkoordinasi dengan baik mulai dari harga produksi yang dihasilkan hingga populasi yang harus disediakan secara kontinyu untuk memasok pasar ekspor. Pada tahapan yang lebih panjang lagi, korporasi yang berbasis kemitraan peternak domba rakyat ini, akan bisa menentukan berapa harga bakalan yang layak dan menguntungkan serta berapa harga jual yang kompetitif dan mampu bersaing di pasar internasional.

Sumber Bakalan (Breeding)

Breeding memegang peranan utama dalam menyediakan bibit baik kuantitas maupun kualitas. Pekerjaan ini sangat menjemukan dan margin keuntungan yang tidak banyak dibanding fattening dan pengolahan hasil. Ungkapan “breeding is bleeding” sudah bukan asing lagi, harus berdarah-darah untuk mengelola kegiatan breeding. Tetapi dengan pengelolaan yang tersistem, breeding menjadi usaha yang sangat menguntungkan. Pembibitan atau pembiakan harus ada campur tangan dari pemerintah berupa insentif berupa lahan dan permodalan yang disesuaikan dengan masa atau waktu panen. Dalam hal ini pemerintah bekerjasama dengan pihak lain/stakeholder peternakan domba yang dapat melakukan pengawasan atas insentif pembibitan yang telah disalurkan.

Untuk mendapatkan domba yang dikehendaki pasar eksport, kualitas bibit menjadi hal yang penting untuk mendapatkan capaian bobot badan yang lebih cepat. Menurut Sudarmono & Sugeng (2007), di Indonesia terdapat berbagai tipe domba yaitu : (1) Domba asli Indonesia atau disebut dengan domba kampung atau lokal. Ciri-cirinya, berbadan kecil, lambat dewasa, warna bulu tidak seragam dan karkasnya rendah; (2) Domba priangan atau disebut domba garut yang merupakan persilangan antara domba asli, merino dan ekor gemuk dari Afrika Selatan. Domba garut banyak terdapat di Garut sebagai domba laga dengan ciri-ciri mempunyai tubuh besar dan lebar (60 kg untuk jantan dan 35 kg untuk betina); jantan bertanduk dan melengkung kebelakang daun telinga ramping; warna bulu kombinasi putih, hitam dan coklat atau campuran; (3) Domba ekor gemuk banyak terdapat di Jawa Timur, Madura, Sulawesi dan Lombok. Ciri-cirinya, bentuk badan besar (50 kg untuk jantan dan 40 kg untuk betina), bertanduk pada yang jantan dan berekor panjang (pada bagian pangkalnya besar dan menimbun lemak banyak, ujung ekornya kecil dan tidak berlemak).

Beberapa jenis domba yang terdapat di Indonesia terbukti mempunyai kemampuan adapatasi yang tinggi terhadap lingkungan, tahan terhadap ektoparasit maupun pakan berkualitas rendah. Keunggulan daerah asal ini yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan genetik dengan cara disilangkan dengan domba-domba yang memiliki pertumbuhan yang lebih baik (domba unggul).

            Perbaikan genetik akan mempercepat proses fattening dan tidak kesulitan dalam memenuhi stardard berat badan yang diinginkan pasar eksport, contohnya pasar eksport ke Malaysia, yang dikehendaki adalah domba yang memiliki berat badan minimal 30 kg. Untuk mendapatkan berat badan tersebut, bila menggunakan domba lokal membutuhkan waktu 2 (dua) kali lebih lama dibanding dengan domba yang memiliki genetik pertumbuhan yang baik. Nuraliah et al. (2014) melaporkan bahwa domba ekor tipis yang diberi pakan komplit dengan sumber protein bungkil kedelai yang terproteksi tanin yang hanya berkisar antara 42,70-55,70 g/ekor/hari. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian domba ekor tipis mencapai 92,5 g/ekor/hari (Mathius et al, 2001).

            Pola kemitraan yang diterapkan dalam budidaya pembibitan/pembiakan akan memperpendek perputaran keuangan, sehingga hal ini memungkinkan peternak mendapatkan support permodalan dari lembanga keuangan atau perbankan. Pola pemeliharaan ini bisa dibagi dalam 3 fase budidaya yang terbagi dalam 3 kelompok ternak, dimana masing-masing kelompok berbudidaya setiap tahapan breeding/pembiakan, mulai dari proses perkawinan hingga anak lepas sapih. Dengan sistem ini, semakin banyak masyarakat yang dilibatkan, sehingga kesejahteraan petani/peternak semakin membaik.  

TATA LAKSANA PAKAN

Pakan memberi kontribusi biaya terbesar dalam budidaya, memformulasikan pakan yang tepat merupakan hal yang mutlak dalam berbudidaya. Pakan yang baik adalah pakan yang mampu menyediakan seluruh kebutuhan nutrisi ditinjau dari kualitas maupun kuantitas. Sumber pakan dari limbah pertanian sangat melimpah di indonesia, sumber bahan pakan tersebut bisa digunakan dan dijadikan pakan komplit setelah melalui proses giling/teknologi menjadi partikel lebih kecil. Bahan baku pakan yang bersumber dari limbah pertanian maupun limbah pengolahan hasil pertanian diantaranya adalah rendeng kedelai, rendeng kangkung, tongkol jagung, tebon jagung, tumpi, limbah daun serai, bungkil kopra, bungkil sawit, dan banyak lagi yang bisa dimanfaatkan dari limbah pertanian lainnya. Disamping mendapatkan biaya pakan yang murah, juga membantu petani mengatasi limbah pertanian yang dulunya hanya dibuang dan di bakar, menjadi limbah pertanian yang bernilai ekonomi.

            Peternak dalam memberikan pakan masih sangat bervariasi dan belum memperhitungkan jumlah asupan nutrisi dan biaya pakan yang dikeluarkan. Perlu adanya edukasi kepada peternak tradisional agar pola pemberian pakan menjadi lebih baik dan berkualitas, sehingga meningkatkan produktifitas domba.

Dalam hal ini efisiensi pakan penting artinya, tetapi dengan tidak mengesampingkan kualitas nutrisi dari formulasi pakan tersebut. Hasil produksi atau budidaya akan lebih kompetitif dengan pakan yang efisien dan murah, hal ini akan meningkatkan daya saing domba untuk komoditi eksport.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pola kemitraan merupakan model pengembangan usaha yang sesuai untuk diterapkan di peternakan rakyat yang pada dasarnya ternak  domba sudah menjadi budaya petani/peternak dan dikembangkan sebagai penopang ekonomi rumah tangga. Dengan pola kemitraan ini akan dapat meningkatkan produktivitas dan meningkatkan daya saing peternak domba dalam menyediakan domba untuk pasar domestik maupun ekspor, kegiatan ini harus terintegrasi dari hulu sampai hilir dengan melibatkan peternak rakyat sehingga kesejahteraan petani semakin baik.

Perlu adanya support dari lembaga keuangan (perbankan) dalam hal ini permodalan dengan skim program yang sesuai dan ringan, untuk meningkatkan kapasitas produksi domba. Dalam hal perbibitan/pembiakan, harus ada insentif dari pemerintah baik lahan maupun  permodalan sehingga tersedia bakalan atau bibit domba yang berkualitas dan kontinyu. Demikian juga dengan proses perijinan eksport agar lebih dipermudah dan di dukung dengan sarana yng menunjang kegiatan eskport contohnya angkutan (kapal laut/pesawat terbang), karena domba adalah komoditi ternak yang memungkinkan di eksport dan mampu bersaing dipasar internasional dibanding dengan komoditi ternak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman A. 2019. 12 kesalahan fatal peternak pemula. Blitar (Indonesia). Penerbit CV Veterinary Indie Publisher.

Dinpet_Jatim. 2019. Kebijakan pengembangan domba dan kambing di Jawa Timur. Makalah Seminar ISPI. 2019. Universitas Brawijaya

Ditjen PKH. 2018. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (Indonesia). Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

https://www.hestanto.web.id/teori-pola-kemitraan-menurut-para-ahli. html. Diunduh 14 Oktober 2019

http://tabloidsinartani.com/detail/indeks/ternak/9389-Diminati-Tiga-Negara-Peluang-Ekspor-Domba-Kian-Terbuka.html. Diunduh 29 September 2019

Mathius IW, Yulistiani D, Puastuti W. 2001. Pengaruh subtitusi protein kasar dalam bentuk bungkil kedelai terproteksi terhadap penampilan domba bunting dan laktasi. JITV. 7:22-29.

Nuraliah S, Purnomoadi A, Nuswantara LK. 2014. Pengaruh protein bungkil kedelai terproteksi tanin dalam pakan komplit terhadap produktivitas domba ekor tipis. Proseding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan 6. Bandung, November 2014. Bandung (Indonesia); Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

Sudarmono AS, Sugeng YB. 2007. Beternak domba. Jakarta (Indonesia). Penebar Swadaya. SEKJEN PB ISPI