PENDEKATAN NUTRISI DALAM PRODUKSI TERNAK UNGGAS MENGHADAPI HEAT STRESS PADA ERA TANPA ANTIBIOTIK

Prof. Dr.SC.AGR. ADI Ratriyanto, S.Pt.,MP*

Ada dua hal utama terkait dengan produksi ternak unggas di Indonesia: pertama adalah iklim tropis di Indonesia dengan temperatur tinggi, dan yang kedua adalah pelarangan penggunaan antibiotik dalam pakan ternak. Sebagaimana kita ketahui, wilayah Indonesia memiliki iklim tropis yang panas, bahkan temperatur pada siang hari dapat mencapai 35°C. Kondisi ini kontraproduktif untuk budidaya ternak unggas. Unggas termasuk jenis ternak homeotherm dengan temperatur optimal (zona thermoneutral) berada pada kisaran 18-22°C.

Tingginya temperatur lingkungan, apalagi ditunjang oleh perubahan iklim dan pemanasan global, menyebabkan ternak unggas mengalami gangguan termoregulasi untuk pelepasan panas dari tubuh, yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya heat stress. Heat stress ini dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dan imunitas tubuh. Ternak unggas mulai menunjukkan tanda-tanda heat stress pada temperatur 27°C. Semakin tinggi temperatur lingkungan, maka tingkat heat stress semakin parah yang ditandai dengan meningkatnya respirasi secara evaporatif (yang disebut panting), karena proses pembuangan panas tubuh sudah tidak efisien. Akibat lebih lanjut adalah terjadinya penurunan performa ternak yang dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis.

Upaya mengatasi dampak heat stress ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, misalnya melalui perbaikan manajemen budidaya, dengan menyediakan kandang tertutup (closed house) yang microclimate-nya dapat diatur. Upaya lain adalah dengan mengoptimalkan densitas kandang, sehingga tidak terjadi akumulasi panas berlebihan. Upaya berikutnya adalah melalui modifikasi kandungan nutrien pakan. Manipulasi nutrisi merupakan pendekatan umum dalam produksi unggas untuk mengurangi dampak heat stress termasuk melalui suplementasi vitamin, mineral, prebiotik, probiotik, asam amino esensial, dan fitogenik yang dapat mengoptimalkan proses pencernaan, metabolisme, dan menurunkan tingkat heat stress.

Perbaikan performa ternak ini juga diharapkan sejalan dengan meningkatnya performa dan kesejahteraan peternak sebagai ujung tombak budidaya perunggasan di Indonesia. Selain itu, perbaikan produktivitas dan kualitas produk ternak unggas juga sangat penting bagi tersedianya bahan pangan hewani yang dapat mendukung kesehatan masyarakat, terutama pada era pandemi Covid-19 saat ini.

Pelarangan Penggunaan Antibiotic Growth Promoter dalam Pakan Ternak

Tingkat produksi yang tinggi dan konversi pakan yang efisien pada industri ternak unggas dapat dicapai salah satunya melalui penggunaan bahan aditif dalam pakan. Antibiotic growth promoters (AGP) sudah lama digunakan dalam pakan ternak unggas untuk menstabilkan mikrobiota di dalam intestinum, meningkatkan performa ternak, dan mencegah terjadinya penyakit, khususnya pada saluran pencernaan. Aplikasi AGP guna mencegah infeksi pada ternak dapat menghasilkan peningkatan berat badan, mengurangi populasi mikrobia di dalam saluran pencernaan, mengurangi persaingan penggunaan nutrien antara ternak dengan mikrobia, dan mengurangi risiko infeksi bakteri.

Penggunaan AGP di sisi lain juga berdampak negatif di antaranya adalah penurunan jumlah bakteri yang menguntungkan di dalam saluran pencernaan. Selain itu, terdapat hubungan antara penggunaan antibiotik dengan potensi risiko resistensi silang (cross-resistance) antibiotik dari produk hewani ke manusia. Residu antibiotik dapat terakumulasi dalam produk ternak unggas (daging dan telur) dan menyebabkan resistensi bakteri pada ternak dan manusia (sebagai konsumen) sehingga terapi antibiotik menjadi tidak efisien.

Pemantauan terhadap cross-resistance menunjukkan bahwa penurunan penggunaan AGP dalam pakan telah mengurangi kejadian resistensi dari berbagai strain mikroba terhadap antibiotik tertentu. Selanjutnya, penggunaan antibiotik dalam pakan ternak dilarang di berbagai negara. Sementara itu, pelarangan penggunaan AGP di Indonesia dimulai tahun 2018 yang diatur berdasarkan Permentan RI No. 14/PERMENTAN/PK.350/5/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan.

Peluang Bahan Aditif Non-Antibiotik
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menuju produksi ternak unggas tanpa AGP setelah pelarangan secara resmi oleh pemerintah, adalah dengan peningkatan standar hygiene dan penerapan biosecurity pada tingkat ketetatan yang sesuai. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pengawasan terhadap pelaksanaan Permentan No. 14 tahun 2017 di berbagai lini produksi ternak unggas. Untuk mengatasi performa yang rendah akibat penghilangan antibiotik dalam pakan, maka dapat ditawarkan solusi alternatif seperti asam organik, prebiotik, probiotik, fitogenik dan enzim dalam produksi unggas, serta bahan aditif lain yang tidak termasuk dalam pengelompokan tersebut.

Asam Organik
Asam yang digunakan dalam pakan unggas diklasifikasikan sebagai asam anorganik dan organik. Namun, asam organik lebih sering digunakan dalam pakan ternak unggas. Asam organik dapat diartikan sebagai asam karboksilat, termasuk asam lemak yang memiliki struktur kimiawi R-COOH dengan sifat asam. Namun, tidak semua asam organik digunakan sebagai pakan aditif dalam pakan unggas.

Preservasi dengan asam organik dapat menjaga kualitas pakan sampai 120 hari penyimpanan tanpa berpengaruh negatif terhadap performa produksi dan kualitas telur. Pemberian asam organik dalam pakan ayam broiler meningkatkan energi termetabolisasi serta kecernaan protein, lemak kasar, serat kasar, dan ekstrak tanpa nitrogen. Pada ayam petelur, suplementasi asam organik meningkatkan performa produksi dan kualitas telur. Secara ekonomis, produksi telur lebih menguntungkan dengan penggunaan asam organik, dimana terjadi penurunan biaya pakan per kg telur yang dihasilkan tanpa mempengaruhi kualitas telur.

Enzim
Enzim banyak digunakan secara luas pada berbagai industri, termasuk dalam industri peternakan. Enzim pakan semakin dipertimbangkan sebagai alternatif yang “ramah lingkungan” untuk menggantikan penggunaan antibiotik. Enzim pakan digunakan untuk meningkatkan jumlah nutrien yang tersedia dari protein nabati agar dapat menggantikan tepung ikan atau sumber protein hewani lain yang berkualitas tinggi dan mahal. Oleh karena kriteria substrat sangat spesifik, maka pemilihan enzim yang sesuai untuk diaplikasikan harus didasarkan pada komposisi ingredien pakan. Efektifitas enzim tergantung pada beberapa faktor seperti pH dan temperatur.

Hasil-hasil penelitian tentang aplikasi enzim dalam pakan menunjukkan bahwa ayam pedaging (ayam broiler) dapat merespon dengan baik terhadap suplementasi enzim. Suplementasi multienzim cenderung lebih efektif daripada suplementasi enzim tunggal. Sementara itu, ayam petelur kurang responsif terhadap suplementasi enzim dibandingkan ayam pedaging. Pengaruh positif enzim pada ayam petelur seperti kotoran yang tidak terlalu lengket sehingga mengurangi risiko kotornya telur yang dihasilkan, peningkatan produksi telur dan FCR terutama jika diberikan suplementasi multienzim dengan banyak aktivitas. Jumlah enzim yang dibutuhkan bervariasi tergantung umur unggas dan komposisi pakan.

Probiotik
Produksi ternak unggas banyak menghadapi faktor yang dapat meningkatkan stress, diantaranya adalah perubahan atau ketidakseimbangan pakan, transportasi, pemrosesan di tempat penetasan, dan kepadatan yang tinggi, sehingga pada akhirnya terjadi kolonisasi saluran pencernaan oleh bakteri patogen karena melemahnya sistem kekebalan. Keseimbangan mikrobia di dalam saluran pencernaan sangat penting untuk menunjang kesehatan dan performa produksi yang tinggi, sehingga strategi nutrisi diperlukan untuk mengontrol populasi mikrobia di dalam saluran pencernaan. Salah satu strategi kunci adalah dengan memberikan mikroorganisme yang menguntungkan secara langsung dalam pakan.

Probiotik merupakan organisme hidup nonpatogenik yang diberikan dalam pakan dan memiliki efek positif pada kesehatan inang jika diberikan dalam jumlah yang cukup. Probiotik dapat diaplikasikan dalam bentuk direct fed microbial (mikrobia yang langsung ditambahkan dalam pakan). Kemajuan teknologi memungkinkan probiotik dicampur dalam pakan pellet, granula atau tepung (mash). Aplikasi probiotik menunjukkan hasil yang positif dan menjanjikan, walaupun beberapa penelitian menunjukkan hasil bervariasi.

Prebiotik
Prebiotik merupakan oligosakarida atau polisakarida yang tidak dicerna secara hidrolitik oleh enzim di saluran pencernaan bagian atas, tetapi difermentasi secara selektif di saluran pencernaan bagian bawah sehingga dapat mendukung pertumbuhan populasi bakteri yang menguntungkan.
Secara umum prebiotik dapat dimanfaatkan oleh bakteri baik di dalam saluran pencernaan tetapi tidak dapat dimanfaatkan oleh E. coli. Mekanisme di mana bakteri menguntungkan dapat menekan populasi bakteri yang berpotensi berbahaya sebagian terkait dengan produksi asam lemak rantai pendek dan asam laktat selama fermentasi. Akibatnya dihasilkan pH yang lebih rendah dan dapat mencegah kolonisasi bakteri yang berpotensi berbahaya. Pengaruh positif dari prebiotik dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan dapat dikaitkan dengan peningkatan performa ternak.

Hasil penelitian pada unggas menunjukkan bahwa prebiotik meningkatkan kecernaan protein kasar, lemak kasar, asam amino, dan asam lemak dan dapat dikaitkan dengan modifikasi morfologi usus. Aplikasi prebiotik sering dikombinasikan dengan probiotik untuk mendapatkan pengaruh sinergistik dari kedua jenis bahan aditif tersebut, yang dikenal sebagai synbiotic.

Fitogenik
Aditif pakan fitogenik (sering juga disebut fitobiotik) merupakan aditif pakan ternak yang berasal dari tumbuhan untuk meningkatkan kualitas pakan, produktivitas ternak, serta meningkatkan kesehatan. Fitogenik memiliki pengaruh positif terhadap palatabilitas pakan. Memang ada laporan tentang efek negatif dari fitogenik pada unggas, terutama terkait dengan penurunan konsumsi pakan, yang umumnya berkaitan dengan ketidaktepatan dalam memilih jenis herbal, teknik ekstraksi, dan dosis penggunaan. Namun, secara umum terdapat bukti eksperimental yang cukup bahwa aditif pakan fitogenik mampu meningkatkan performa dan kesehatan pada unggas.

Sudah banyak kajian yang mendukung hipotesis bahwa senyawa fitogenik dapat berfungsi sebagai bahan aditif alami non-antibiotik dalam nutrisi ayam broiler dan petelur. Namun, bukti pengaruh menguntungkan dalam kecernaan nutrien dan komposisi mikroflora pada ayam pedaging masih sedikit. Efek menguntungkan dari fitogenik terhadap kualitas daging karkas didokumentasikan dengan sangat baik, sebaliknya kajian tentang pengaruh fitogenik terhadap keamanan daging karkas dalam kaitannya dengan penghambatan pembusukan dan mikroorganisme patogen juga masih sedikit.

Kajian pada ayam petelur menunjukkan bahwa suplementasi fitogenik dalam pakan dapat mempengaruhi parameter performa produksi seperti konsumsi pakan, efisiensi pakan, produksi telur dan berat telur. Selain itu, terdapat bukti bahwa fitogenik mempengaruhi stabilitas oksidatif kuning telur, yang mungkin menjadi topik menarik dalam industri pengolahan telur. Oleh karena itu, penelitian di masa depan harus fokus pada identifikasi substansi fitogenik yang paling cocok untuk mengembangkan campuran fitogenik yang secara positif dapat mempengaruhi kesehatan usus dan performa ternak.

Strategi Khusus untuk Menghadapi Heat Stress
Strategi nutrisi diperlukan untuk mengurangi efek negatif heat stress pada unggas, misalnya pengurangan kandungan protein atau energi pakan dan pemberian suplemen dalam pakan seperti vitamin dan mineral. Vitamin E merupakan nutrien yang penting dipertimbangkan untuk diberikan kepada unggas yang mengalami heat stress karena fungsinya sebagai antioksidan. Penambahan vitamin E dalam kondisi heat stress dapat meningkatkan imunitas, memperbaiki performa pertumbuhan dan produksi telur, meningkatkan kualitas telur

Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk mengatasi stres fisiologis yang disebabkan oleh temperatur lingkungan tinggi adalah penggunaan vitamin C (asam askorbat) yang memiliki fungsi sebagai antistres. Efek menguntungkan suplementasi vitamin C pada unggas yang dipelihara pada lingkungan bersuhu tinggi dikaitkan dengan penurunan sintesis kortikosteroid. Vitamin C juga dibutuhkan untuk metabolisme mineral dan asam amino, serta produksi sel darah putih yang dibutuhkan untuk sistem kekebalan.

Bahan aditif lain yang berpotensi sebagai anti heat stress adalah betain (trimethyl glycine). Betain memiliki sejumlah fungsi yang berbeda, baik pada saluran pencernaan maupun pada tingkat metabolisme. Secara garis besar manfaat betain dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok utama. Pertama, betain sebagai donor gugus metil (CH3), termasuk di dalamnya adalah berperan dalam metabolisme protein, energi, mensubstitusi metionin dan kolin. Kedua, betain sebagai osmolit organik (osmoprotectant), termasuk di dalamnya adalah sebagai osmolit pada sel-sel intestinum dan mikroorganisme saluran pencernaan. Manfaat betain sebagai anti heat stress dapat dikaitkan dengan fungsi osmolitik betain.

Fungsi osmolitik betain di dalam saluran pencernaan adalah dengan menstabilkan struktur dan fungsi epitel sel intestinum akibat adanya perbedaan tekanan osmotik antara lumen dengan sel epitel intestinum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fungsi osmolitik betain dapat memperbaiki morfologi intestinum pada ayam yang mengalami heat stress. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya panjang duodenum, jejunum, dan ileum serta meningkatnya tinggi villus dan rasio tinggi villus:kripta pada ayam broiler. Perbaikan morfologi intestinum berakibat meningkatnya luas area untuk absorpsi nutrien pada unggas yang mengalami heat stress.

Penutup
Sebagai akhir dari uraian ini, diharapkan kita mampu menelaah dampak negatif dari aplikasi antibiotik produksi ternak unggas, khususnya di Indonesia yang mayoritas memiliki temperatur harian tinggi. Pendekatan nutrisi sangat penting dalam produksi ternak unggas menghadapi heat stress pada era tanpa antibiotik. Oleh karena itu, modifikasi nutrisi termasuk aplikasi bahan-bahan aditif non-antibiotik dapat menjadi pertimbangan dalam menjaga performa produksi ternak unggas dari pendekatan nutrisi. Selain itu, modifikasi nutrisi ini perlu diiringi juga dengan perbaikan hygiene, penerapan biosecurity dan perbaikan manajemen produksi lainnya.

*Dosen Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan Univesitas Sebelas Maret Solo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *