ISPINews, Surakarta – Pengurus Besar Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan (PB ISPI) menggelar acara workshop manajemen organisasi di Hotel SwissBel, Surakarta pada Sabtu-Minggu (18-19 Desember 2021).
Baca juga Perkuat Kepengurusan, ISPI Selenggarakan Workshop Manajemen Organisasi
Dalam kegiatan tersebut, tampil sejumlah nara sumber.
Menurut Ketua PB ISPI, Ir. Didiek Purwanto, IPU, kelembagaan yang kuat dapat manjadi tulang punggung internal organisasi maupun untuk menjalin kerjasama dengan mitra eksternal. Pengurus maupun anggota organisasi haruslah menjadi pribadi yang efektif, sehingga dapat membangun ide dan memiliki branding.
“Untuk menjadi pribadi yang efektif, kita harus memiliki kebiasaan untuk membagi aktivitas menjadi empat quadrant berdasarkan urgent dan important (mendesak dan penting-red)”, ujar Didiek.
Empat quadrant itu adalah mendesak dan penting, tidak mendesak tetapi penting, mendesak tetapi tidak penting, serta tidak mendesak dan tidak penting.
Didiek menjabarkan, untuk yang mendesak dan penting, harus dilakukan dengan segera. Sedangkan untuk yang tidak mendesak tetapi penting, perlu direncanakan.
Untuk hal yang mendesak tetapi tidak penting, bisa mendelegasikan kepada orang lain untuk melakukannya. Quadrant terakhir, harus dieliminasi dan tidak perlu dipikirkan.
“Kalau ada satu hal yang penting dan mendesak, kita ada di posisi you have to do it right now (harus dilakukan saat ini juga). Kalau yang tidak penting dan tidak mendesak, jangan dimasukkan pikiran, dibuang aja, dari pada mempengaruhi keputusan kita pada kuadran kuadran ini yang harus diambil,” tegasnya.
Didiek menambahkan, ada tujuh kebiasaan yang dilakukan oleh orang dengan pribadi efektif.
Ke tujuh kebiasaan itu adalah menjadi manusia proaktif, memulai segala sesuatu dengan gambaran akhir, mendahulukan yang lebih utama, berpikir menang-menang, memahami orang lain terlebih dahulu, melakukan sinergi, dan yang terakhir, adalah selalu memelihara dan memperbaharui diri kita sendiri.
Peka terhadap Lingkungan dan Membangun Ide
Sementara itu, Dewan Pakar PB ISPI, Dr Rochadi Tawaf menyatakan dunia terus mengalami perubahan, sehingga kita harus peka dalam menyikapinya.
Salah satu wujud nyata perubahan itu, adalah perjalanan revolusi industri dari ke satu hingga ke lima. Pada saat ini, sedang terjadi transformasi sosial dari Society (4.0) menjadi Society (5.0) yang merupakan sebuah roadmap mengenai kecerdasan buatan dan berpusat pada manusia dan berbasis teknologi dengan menggabungkan IoT (Internet of things), Big Data, dan AI (Artificial intellegence).
“Jangan seperti mata ikan bandeng di pasar, sebab ikan bandeng itu melotot tetapi dia tidak melihat. Ada sesuatu di depan kita lewat, persoalan harga daging, persoalan ayam, persoalan demo kita diam saja, padahal itu profesi kita”, tegas, Rochadi.
Menurut Dida – panggilan akrabnya, perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi pengembangan peternakan, di antaranya perubahan pola konsumsi, pembayaran di awal atau saat pengiriman, pola bisnis menjadi online, pola produksi menjadi produk berkualitas, serta transformasi model bisnis digital.
Berdasarkan perubahan itu, Dida mewanti-wanti agar ISPI, harus membangun ide dan mengubahnya menjadi konsep. Langkah-langkah yang perlu dilakukan meliputi identifikasi, metode kajian/analisis, pembahasan model bisnis, marketing digital dan rantai pasok pemodelan bisnis.
Terkait dengan itu, dalam sesi diskusi ide untuk ISPI, pakar reproduksi dan pemuliaan ternak UNS yang juga anggota ISPI Jawa Tengah, Dr. Sigit Prastowo menyatakan, bahwa ISPI harus bertransformasi menjadi ISPI Digital.
“Terkait dengan digitalisasi, saya berharap, ISPI mulai membuat – kalau perusahaan – semacam anak perusahaan atau bertransformasi menjadi ISPI Digital, karena momennya pas untuk saat ini,” usulnya.
Berdasarkan pengalamannya mengelola sapi perah dengan mengaplikasikan Internet of Things, menurut Sigit, saat ini, belum ada database mengenai suplier pakan, vaksin atau obat di Indonesia. Dari masalah tersebut saja, ISPI bisa memulai untuk membuat platform yang menyajikan data, baik berbasis website maupun aplikasi.
Public Relations dan Personal Branding
Dalam workshop yang diprakarsai PB ISPI dan tim proyek ISPI Mengabdi yaitu Supporting Cattle Corporation Village Program (SC2VP) tersebut, juga menekankan mengenai pentingnya Public Relations (PR) internal dan eksternal organisasi.
Menurut Dr. Andre Rahmanto, ahli komunikasi strategis dan komunikasi digital yang juga Kepala Program Studi S2 Ilmu Komunikasi UNS, public relations menyangkut reputasi sebuah organisasi maupun personal.
“Public relations adalah menyangkut reputasi, yaitu hasil apa yang telah Anda lakukan, Anda katakan dan apa yang orang katakan tentang Anda,” terangnya.
Andre menambahkan PR terdiri dari PR internal dan eksternal. Peran PR internal adalah menjelaskan kebijakan manajemen, agar anggota memahami dasar pengambilan keputusan dan membangun jaringan komunikasi interaktif antar anggota dan manajemen. Di sisi lain, peran PR eksternal adalah berhubungan dengan konsumen, media massa maupun dengan pemegang saham.
Untuk saat ini, hubungan dengan publik, menurutnya, harus juga didukung melalui sosial media. Hal ini karena perkembangan teknologi, membuat media sosial mudah dihubungi, kredibel dan kaya dengan data yang mutakhir.
Dia melanjutkan, branding melalui media sosial bisa dilakukan dengan beberapa tahap.
Tahap pertama adalah dengan menentukan media sosial mana saja, yang akan digunakan secara aktif. Tahap ke dua, adalah dengan menghapus akun media sosial lama yang tidak lagi digunakan. Kemudian, tahap ke tiga, adalah membuat akun secara profesional dengan menggunakan foto profil yang sama. Sedangkan tahap ke empat, adalah menulis biografi secara ringkas, termasuk link yang menunjukkan porto folio. Tahap ke lima adalah membuat jadwal unggahan selama satu minggu. Dan tahap yang ke enam, adalah membuat konten menarik minimal 3-4 kali dalam satu minggu.
Berkaitan dengan itu, Andre menganggap bahwa media sosial ISPI sudah dikelola dengan cukup baik, meskipun masih perlu ditingkatkan.
“Saya lihat, website ISPI sudah sering posting artikel, di Instagram juga sudah. Tetapi mungkin perlu ditingkatkan dengan lebih rajin posting secara teratur, dengan konten-konten yang lebih menarik,” pungkasnya.***