Tanggal 20 Agustus 2020 mendatang ISPI genap berusia 52 tahun. Selama perjalanan organisasi ini banyak tokoh sarjana peternakan berperan aktif membesarkan organisasi ISPI. Salah satunya Ir. Erwin Soetirto (alm), yang dikenal sebagai salah satu pendiri ISPI dan pembuka jalan karir sarjana peternakan. Ia juga yang menjadi sarjana peternakan yang pertama menduduki jabatan Kepala Dinas Peternakan Provinsi, yang pertama menduduki jabatan eselon dua, yang pertama menjabat sebagai Dirjen Peternakan, dan yang pertama menjadi President AAAP
Lahir di Batang Jawa Tengah, 28 Juni 1941, Erwin kemudian besar di Jakarta. Lulus SD Negeri Kebayoran Jakarta tahun 1955, SMP XII Kebayoran tahun 1958, SMA III Jakarta tahun 1961 dan Fapet IPB tahun 1967.
Dari 7 orang angkatan pertama lulusan Fakultas Peternakan IPB, ada dua yang masuk sebagai PNS di Deptan adalah Erwin Soetirto dan Djarsanto . “Bisa Anda bayangkan, di tengah kumpulan para dokter hewan dan sarjana pertanian di Deptan, hanya ada dua sarjana peternakan, yakni saya dan Sdr Djarsanto (alm). Jadi kamilah yang mencoba merintis bagaimana sebaiknya peran sarjana peternakan di Deptan,” ujar Erwin mengenang sebagaimana disebut di buku “Catatan Perjalanan 40 Tahun ISPI (1968-2008)”.
Erwin sebagai anak muda yang baru lulus dari Fapet IPB mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan Departemen Pertanian (sekarang Kementan-red) dan berperan sebaik-baiknya sesuai dengan ilmu yang didapat dari kampus. Karirnya dimulai tahun 1968 sebagai staf pada Direktorat Peternakan. Dua tahun kemudian (1970) dipercaya sebagai Kasie pada Subdit Bibit, Direktorat Peternakan Rakyat. Jabatan ini hanya 3 tahun ia pegang karena tahun 1973 ia diangkat sebagai Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Bimbingan Peternakan pada Direktorat Peternakan Rakyat.
Dalam perjalanan karirnya Erwin punya peran unik di Ditjen Peternakan. Dialah sarjana peternakan yang pertama kali dipercaya sebagai Kepala Dinas Peternakan Propinsi yang ia pegang tahun 1979 di wilayah Propinsi Maluku, kemudian dia pula yang menjadi sarjana peternakan pertama yang menduduki posisi eselon dua, yaitu sebagai Direktur Bina Program Ditjen Peternakan tahun 1983. Pada tahun 1988 ia adalah sarjana peternakan pertama yang dipercaya menjadi Inspektur Peternakan pada Inspektorat Jenderal Deptan. Berikutnya Erwin menjadi sarjana peternakan yang pertama yang menduduki jabatan eselon satu, yaitu sebagai Dirjen Peternakan, pada tahun 1996. Jabatan ini ia pegang sampai tahun 1999 dimana Erwin kemudian diangkat sebagai staf ahli Menteri Pertanian hingga memasuki usia purna bakti tahun 2001.
Sebagai salah satu pendiri ISPI, Erwin aktif sebagai pengurus sejak berdiri, bahkan sampai memasuki usia pensiun sebagai Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO). Dedikasinya pada ISPI telah membuatnya bukan hanya dikenal di forum nasional melainkan di tingkat internasional.
Tahun 1974-1979 Erwin terpilih sebagai Ketua ISPI Cabang Jakarta, kemudian tahun 1989-1994 sebagai Ketua Umum PB ISPI. Di luar catatan resmi itu, Erwin juga sempat menjadi Ketua Umum dalam proses pergantian antar waktu ketika masa kepengurusan Alirahman tahun 1981-1983, dimana saat itu Alirahman mendapat tugas belajar ke luar negeri.
Di bawah kepemimpinan Erwin, ISPI aktif di forum peternakan internasional. Ia mendaftarkan ISPI sebagai anggota AAAP (Asian-Australasian Association of Anima Production Society). Dari aktivitas ini, Erwin dipercaya sebagai Vice President AAAP tahun 1989-1992, selanjutnya tahun 1992-1994 ia terpilih sebagai President AAAP. Sekali lagi, di momen ini pun Erwin menjadi sarjana peternakan pertama asal Indonesia yang terpilih sebagai President AAAP. Konon keberhasilan Erwin menjadi president AAAP (baca: triple A P) dan kesuksesan menyelenggarakan kongres AAAP di Bali tahun 1994 menjadi salah satu point penting hingga dia dipercaya sebagai Dirjen Peternakan.
Erwin dikenal sebagai sarjana peternakan yang punya pergaulan luas di berbagai kalangan termasuk di lingkungan dokter hewan dan sarjana pertanian. Di kalangan sarjana peternakan, ia dikenal sebagai tokoh yang tidak ”fanatik” dengan almamaternya. Erwin sendiri mengakui, ada beberapa orang dari IPB yang menilai dirinya sebagai perintis yang sering ”melupakan” adik kelasnya, namun tampaknya, justru itulah yang menjadi keunggulan Erwin dalam berkarir.
Beberapa kalangan dari Fapet di kampus lain menilai Erwin sebagai ”sahabat ” yang dekat dan pemimpin yang tahu permasalahan lapangan. Setiap dia ada acara ke daerah, ia selalu menyempatkan mampir ke Fakultas Peternakan di daerah tersebut.
Ia adalah pemimpin yang tidak betah duduk di belakang meja. Di Maluku, sewaktu dia menjadi Kepala Dinas Peternakan setempat, Erwin adalah kepala dinas yang sangat hafal situasi lapangan.
Erwin dikenal dekat dengan Prof JH Hutasoit, Dirjen Peternakan yang pernah menjabat Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan Perikanan (Menmud UP4). Perihal kisahnya hingga ditunjuk sebagai kepala dinas peternakan propinsi yang pertama, Erwin menceritakan, suatu hari ia dipanggil Dirjen Peternakan Prof JH Dr. Drh. Hutasoit.
”Saudara Erwin, apakah saudara bersedia menjadi kepala Dinas Peternakan Propinsi? Saya tunggu jawaban Saudara besok. Tolong dipertimbangkan,” kata Prof Hutasoit.
Erwin saat itu langsung menjawab ”bersedia”. Namun Hutasoit meminta Erwin mempertimbangkan dulu dengan pihak keluarga. Esok harinya, Hutasoit meminta jawaban Erwin. Dan sekali lagi Erwin secara tegas menyatakan; siap.
Hutasoit kembali bertanya, ”apakah benar, Saudara siap ke daerah?“. Erwin menjawab,“Saya paham, Bapak hanya memberikan satu alternatif, jadi saya pasti harus menjawab bersedia. Apalagi keluarga saya memang tidak keberatan pindah ke daerah“.
Melihat perjalanan karir Erwin Soetirto, ia adalah sosok perintis. Sepanjang perjalanan karir, Erwin adalah yang serba pertama, mulai dari Kepala Dinas Propinsi yang pertama, Direktur (sarjana peternakan) yang pertama, Inspektur yang pertama, President AAAP asal Indoesia yang pertama, hingga menjadi Dirjen Peternakan yang pertama bergelar sarjana peternakan. Erwin ibarat pembuka jalan karir sarjana peternakan di Deptan.
Dedikasinya yang tiada henti dan prestasinya yang gemilang, membuat Erwin mendapat banyak penghargaan, salah satunya anugerah Indolivetock Award untuk kategori Adikarsa Nugraha tahun 2008 yang diterima pada pembukaan pameran Indolivestock Expo di Jakarta Convention Center tanggal 1 Juli 2008..
Erwin Soetirto meninggal dunia tanggal 20 Februari 2017 di Yogyakarta. Meninggalkan banyak kenangan positif bagi dunia peternakan. ***
Ditulis oleh Bambang Suharno, Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, penulis buku “Catatan Perjalanan 40 Tahun ISPI”
Saya bangga dengan bapak Erwin yg mengawali karier nya
Memang saya merasa pada saat itu sarjana peternakan menjadi level kedua atau ke sekian dr para sarjana 2 kedokteran hewan dan pertanian..
Dengan adanya rintisan karier bapak erwin maka sarjana peternakan juga mampu menjadi orang pertama di bidangnya.