Oleh : M. Chairul Arifin
Menyambung kegiatan ISPI Peduli Merapi yang beritanya dimuat di website ini tanggal 19 November 2020, redaksi kali ini menurunkan artika Opini dari M Chairul Arifin. Semoga dapat menjadi bahan kajian dan pemikiran lebih lanjut dari semua pihak terkait mengenai penanganan ternak di pengungsian yang lebih baik di masa depan. (Redaksi)
Hidup di negara cincin api memang harus ekstra waspada. Bencana alam misal gunung meletus, tanah longsor dan banjir, perubahan iklim yg ekstrem yang mengakibatkan bahaya hidrometeorologis angin puting beliung dan ombak tinggi lautan dapat menjadi ancaman yang sewaktu waktu dapat terjadi di tanah air. Sehingga kewaspadaan atas bencana di daratan, lautan dan angkasa menjadi keseharian kita bersama, akrab menjadi bagian hidup kita.
Ternak yang merupakan dari ekosistem biotis kita tidak akan lepas pula dari berbagai bencana tersebut. Ia membutuhkan juga tindakan evacuasi seperti manusia yg harus diselamatkan pula, karena sesama mahluk hidup yg hidup bersama, berdampingan dengan manusia. Fungsi ternak selain dimanfaatkan produknya seperti daging, telur dan susu serta limbahnya juga dapat berfungsi sebagai tabungan hidup bagi masyarakat agraris Indonesia. Sebagai rojo Pati dan rojo koyo sehingga berfungsi ganda.
Pada kejadian bencana gunung meletus yg sebelumnya didahului dengan evakuasi warga, seringkali ternak menjadi terabaikan dan kadang kala menjadi prioritas terakhir untuk evakuasinya, karena untuk ternak membutuhkan tempat khusus tersendiri. Ternak ini membutuhkan shelter yang aman, membutuhkan pakan hijauan dan konsentrat setiap harinya dan perlu perawatan kesehatan hewan agar tidak sakit atau tindakan jaga-jaga agar justru tidak menimbulkan wabah penyakit hewan.
Pada saat seperti ini, biasanya para peternak lalu mengambil opsi untuk menjual sebagian atau seluruh ternak yang dimilikinya karena mencari rumput hijauan pakan dan konsentrat relatif lebih sulit dibanding sebelumnya. Akibatnya harga jual jatuh dibawah ongkos produksinya. Peternak hanya gigit jari dan para blantik tengkulak bergembira ria. Seperti kejadian di tempat pengungsian Merapi baru-baru ini yang pada musim Siaga Merapi, pedagang bermunculan di dusun dusun di sekitar lereng Merapi untuk menawar ternak warga dengan harga murah karena warga menunggu kesiapan lokasi pengungsian ternak yang belum tentu sesuai dengan harapannya.
Harian Kompas, 18 November 2020 melaporkan misalnya Novianto (23) peternak sapi di dusun Ngandong, desa Ngargomulyo Kecamatan Dukun ,Kabupaten Magelang yang menjual 2 ekor sapi dari empat ekor yang dimilikinya. “Sekalian untuk mengurangi beban pikiran. Dua ekor sapi lainnya saya simpan sebagai tabungan”, ujar Novianto. Tentu harganya menjadi terbanting murah. Ia jualnya Rp. 10 juta per ekor, dari harga normal Rp. 16 juta. Langkah serupa ditempuh oleh pemilik ternak lainnya untuk mengurangi resiko bila Merapi meletus. Bila meletus dan dijual harga akan jatuh lagi. Para peternak ini mending menjualnya walau dengan banting harga karena pasti repot mengurusnya. Di daerah zona bahaya lainnya yaitu radius 5 kilometer dari puncak Merapi, didesa Sleman, di dukuh Kali Tengah Lor, Cangkringan penjualan ternak ini terjadi juga. Nanti kalau sudah aman mereka beli lagi. Tapi tindakan ini jelas-jelas merugikan peternak .
Solusi Pemda
Upaya yg dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat dengan menyiapkan evakuasi ternak warga telah dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan naiknya status Gunung Merapi dari Siaga ke Awas. Empat lokasi pengungsian ternak dengan lokasi 30 km dari puncak Merapi yaitu Pasar Hewan Muntilan, Pasar Hewan Borobudur, pasar Hewan Grabag dan kandang milik UNDIP di kecamatan Borobudur. Tempat pengungsian ini diharap menampung ternak di 9 dusun yaitu ternak sapi 111 ekor, kambing 423 ekor dan babi 14 ekor. Sedangkan di Kabupaten Sleman Yogya telah mulai diungsikan yaitu sebanyak 294 ekor sapi dari dusun yang terletak lima kilometerr dari puncak Merapi. Di Klaten pada daerah terdampak terlihat pula warga sambil membawa sapinya ikut mengungsi.
Kepedulian semua pihak
Mengungsi bagi ternak adalah hal yang tidak mudah. Diperlukan alat angkut yang dapat membawa ternak-ternak ke lokasi tempat ternak disiapkan sebagai tempatnya. Di lokasi pengungsiannya ternak harus dekat tanaman HPT ternak dan akses untuk pakan konsentrat dan sumber air. Setiap harinya ternak sapi dan kerbau mbutuhkan 20-30 kg rumput hijauan dan tambahan pakan konsentrat. Kambing 5–10 kg dan babi yang terkenal boros makanan 15 kg pakan. Tentu ini merisaukan peternak di tempat pengungsian. Selain direpotkan dengan kehidupan rumah tangga sendiri masih dibebani dengan urusan mengurus pakan minum serta perawatan ternak. Oleh karenanya wajar terjadi penjualan ternak dengan harga obral padahal ternak merupakan salah satu sumber penting kehidupannya dan sebagai tabungan.
Diperlukan langkah-langkah strategis dari Pemda setempat di daerah sekitar 5 kilometer dari puncak yaitu: pertama, dari sejak awal langkah mitigasi perlu dibangun bahwa mempersiapkan pengungsian orang itu juga harus juga mempersiapkan tempat pengungsian ternak sebagai bagian dari langkah evakuasi manusia. Kedua pertimbangan teknisnya untuk pemilihan tempat sudah mempertimbangkan kepentingan para peternak agar para peternak merasa secure dengan ternaknya sebagai sumber kehidupan dan tabungan. Para peternak merasa aman dengan adanya sumber pakan dan air minum sehari-hari untuk ternaknya.
Ketiga pentingnya adanya tenaga pendamping Sarjana Peternakan dan Dokter Hewan serta para medik Veteriner untuk perawatan hewan ternaknya. Jadi tempat pengungsian lebih terjamin kesejahteraan hewannya dan mencegah penjualan ternak. Keempat perlu adanya penjelasan kepada para peternak tentang adanya asuransi ternak bahwa ternak kalau mati akan memperoleh penggantian sesuai dengan aturan yang berlaku dan yang Kelima perlu diterbitkan semacam protokol pengungsian ternak bagi para peternak dan berbagai instansi terkait termasuk Pemda, LSM, Organisasi Profesi dan swasta.
Dengan demikian para peternak dan ternaknya dapat merasa aman di tempat pengungsian. Dana dan keperluan lainnya untuk ternak ditanggung renteng bersama antara para pemangku kepentingan tersebut. Selamat mengungsi dengan aman. Aman warganya Aman ternaknya.
Depok, 18 November 2020
M. Chairul Arifin