Tata Kelola Distribusi Susu Segar dan Produk Susu Selama Wabah PMK berbasis Pengkajian Risiko

Ahli kesehatan masyarakat, termasuk yang tergabung di Pusat pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dan WHO setuju bahwa Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) bukanlah ancaman bagi keamanan pangan (food safety) atau kesehatan masyarakat (public health).

PMK adalah penyakit hewan yang serius yang disebabkan oleh Aphthovirus, tetapi produk peternakan berupa daging dan susu dari ternak dengan PMK tetap aman dikonsumsi manusia dan penyakit ini tidak menular dari ternak ke manusia.

Meski demikian, penanganan tata kelola distribusi susu dan produk susu perlu mendapat perhatian yang serius untuk mencegah terjadinya penularan antar ternak dalam satu peternakan maupun dengan peternakan lainnya.

Kemungkinan titik kontak/paparan untuk paparan virus oleh truk tangki dan/atau petugas pengangkut

Penularan PMK melalui Susu

Susu mentah (raw milk) dari ternak yang terinfeksi dapat menjadi media penularan virus PMK. Virus PMK dapat terbawa oleh susu bahkan sebelum ternak menunjukkan tanda-tanda klinis. Ketahanan virus di dalam susu tergantung kepada suhu, level/populasi virus dan pH.

Penularan PMK melalui susu dapat terjadi dari induk yang menyusui anak sapi maupun penularan antar ternak. Penularan antar ternak dapat terjadi akibat dari tumpahan susu yang menempel pada peralatan, kendaraan dan manusia.

Beberapa penyebab kontaminasi dapat terjadi karena adanya penularan dari peternakan yang terinfeksi tetapi tidak terdeteksi. Diantaranya melalui pakaian, sepatu boots dan tangan pengangkut yang terkena tumpahan susu. Selain itu juga dapat disebabkan karena kontaminasi susu di selang transfer dan tanker serta kebocoran susu selama transportasi di jalan.

Potensi lain juga dapat terjadi dari pembentukan bioaerosol selama kegiatan pemompaan dan dari susu yang bocor selama transportasi.

Potensi Kontaminasi oleh Truk/Tanker dan Hauler (Petugas Pengangkut)

Rute pergerakan tanker dan hauler dapat menjadi salah satu penyebab kontaminasi virus antar peternakan. Setidaknya terdapat tiga kemungkinan rute pergerakan susu dari peternakan ke pabrik pengolahan, yaitu:

1. Mengambil dari beberapa peternakan

Truk mengambil susu dari beberapa peternakan secara bergantian untuk mengisi tangki dan kemudian melakukan perjalanan ke pabrik pengolahan untuk pembongkaran. Truk juga dapat kembali melakukan perjalanan untuk mengambil susu pada peternakan yang lain. Pembersihan tangki dan peralatan (CIP) hanya dilakukan pada akhir hari.

2. Mengambil dari satu peternakan dengan banyak muatan perhari

Susu diambil dari satu peternakan, kemudian kembali ke pabrik pengolahan utnuk pembongkaran. Setelahnya, truk kemudian melakukan perjalanan mengambil susu dari peternakan lain. Pembersihan tangki dan peralatan (CIP) hanya dilakukan pada akhir hari.

3. Pengambilan tunggal dari satu peternakan/koperasi (direct load)

Tangki hanya digunakan di satu tempat, sebagai tangki curah yang dapat dipindahkan. Setelah tangki penuh, diambil oleh pengangkut dan tangki bersih ditinggalkan di peternakan/koperasi untuk diisi keesokan harinya.

Berdasarkan tiga kemungkinan rute pergerakan tersebut, jika CIP tidak dilakukan setelah pembongkaran susu, maka sisa susu masih tetap akan berada pada selang transfer. Selain itu, susu yang tumpah masih terdapat pada kompartemen penyimpanan.

Oleh karena itu, tangki diharapkan untuk menjalani CIP sebelum penggunaan berikutnya. Hal ini harus diatur di bawah peraturan yang berkaitan dengan pembersihan tangki curah setelah setiap penggunaan.

Peluang Kemungkinan/Estimasi Risiko

Terdapat beberapa estimasi risiko dari pengkajian risiko kualitatif tentang penyebaran virus PMK melalui transportasi susu mentah yang terkontaminasi asal peternakan yang terinfeksi tetapi belum terdeteksi. Pengelompokan berdasarkan sistem ranking risiko dari neglogible (dapat diabaikan) hingga extremely high (hampir pasti terjadi). Studi kasus yang digunakan dalah di Amerika Serikat (USDA, 2013).

Sedang Hingga Tinggi

  • Kontaminasi Hauler dan badan truk oleh susu tumpah di peternakan yang terinfeksi tetapi tidak terdeteksi.
  • Tanker eksternal, kompartemen penyimpanan, dan kontaminasi selang transfer oleh susu yang tumpah di peternakan yang terinfeksi tetapi tidak terdeteksi
    Pelepasan langsung virus melalui tumpahan susu dari selang transfer di peternakan yang tidak terinfeksi.
  • Pelepasan langsung virus dari kontaminasi susu yang tumpah dari permukaan tanker eksternal atau pakaian pengangkut, sepatu bot, atau tangan.
  • Pengangkut dan truk yang terkontaminasi oleh media lingkungan.
  • Kontaminasi tanker eksternal (termasuk kompartemen penyimpanan dan selang transfer) oleh media lingkungan.
    Pelepasan langsung kontaminasi media lingkungan dari permukaan eksternal tangki dan pakaian pengangkut, sepatu bot, dan tangan di peternakan yang tidak terinfeksi.
  • Kontaminasi silang orang, kendaraan, atau peternakan melalui pengendapan media lingkungan di jalan umum dan permukaan lain dari kontaminasi eksternal tanker dan pengangkut.

Rendah Hingga Sangat Rendah

  • Bioaerosol yang berasal dari truk tangki dan menyebarkan virus menular melalui pengumpulan susu dan kegiatan transportasi diperkirakan

Rendah

  • Tumpahan susu yang tidak disengaja yang mengakibatkan kontaminasi silang seseorang, kendaraan, atau peternakan dari perjalanan di jalan raya umum atau pemberhentian lainnya

Dapat Diabaikan Hingga Rendah

  • Virus yang ada dalam residu susu yang tersisa di dalam tangki, yang belum menerima CIP, akan mengakibatkan pelepasan virus di peternakan yang tidak terinfeksi

Dapat Diabaikan

  • Virus yang hidup akan tetap berada di dalam tangki setelah menjalani proses CIP dan mengakibatkan pelepasan virus di peternakan yang tidak terinfeksi.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan pendekatan risiko di atas, maka dapat disimpulkan dan direkomendasikan beberapa hal di antaranya:

Peternakan sapi perah/farm, baik besar/menengah atau peternakan rakyat yang berada diluar wilayah kontrol/terdampak, apalagi yang berada dalam wilayah terdampak wabah PMK, harus memperketat biosekuriti ternak, pekerja, tamu, kandang dan fasilitas/peralatan lain melalui tindakan pengendalian pergerakan juga penyucihamaan (disinfeksi).

Pemantauan kesehatan ternak harus lebih rutin/intensif dilakukan oleh peternak dibantu oleh dokter hewan dari dinas atau koperasi. Setiap ada tanda-tanda penularan/infeksi, ternak segara diisolasi dari ternak lainnya. Segera konsultasi dengan tenaga medis veteriner dan lakukan pencegahan lebih awal.

Jika ditemukan ternak yang menunjukkan gejala klinis terinfeksi, pisahkan segera/isolasi ternak tsb. dengan ternak lainnya. Kondisi di pantau setiap saat, jika memburuk dapat dilakukan tindakan maksimal untuk mencegah penularan lebih lanjut (misal pemotongan darurat).

Susu dari ternak yang dicurigai sudah terinfeksi atau sudah sakit/muncul tanda klinis jangan dicampurkan dengan susu dari ternak sehat.

Susu dari ternak terinfeksi dapat dilakukan pasteurisasi HTST (single atau double pasteurization, tergantung kondisi-mengikuti rekomendasi OIE) oleh peternak/dengan bantuan koperasi, dengan pilihan: 1. diolah lebih lanjut untuk konsumsi manusia (susu pasteurisasi atau susu fermentasi), atau 2. untuk diberikan kepada ternak/pedet (pakan).

Disarikan dari Paparan Dr. Ir. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, IPM (Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *