TEKNOLOGI INFORMASI PENENTU AGRIBISNIS PETERNAKAN MASA DEPAN

TEKNOLOGI INFORMASI PENENTU AGRIBISNIS PETERNAKAN MASA DEPAN

Oleh : Prof. Dr. Ir. Tjeppy D. Soedjana M.Sc

Revolusi Industri 1.0 di abad 18 ditandai dengan penemuan mesin uap, selanjutnya Revolusi Industri 2.0 di awal abad 20 ditandai dengan penemuan tenaga listrik dan kendaraan besar. Lalu masih di abad yang sama, Revolusi Industri 3.0, kemudan terjadi yang ditandai dengan penemuan komputer yang memungkinkan proses otomasi pada mesin. Dan kini, manusia sedang menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan berkembangnya internet. Sehingga Revolusi Industri 4.0 adalah masa dimana teknologi otomatisasi bertemu dengan teknologi siber. Hal tersebut mencakup sistem siber-fisik, internet of things (IoT), cloud computing dan cognitive computing.

Revolusi Industri 4.0 disadari atau tidak, telah mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia. Tidak terkecuali, dari bidang sosial, ekonomi, sampai budaya, semuanya mengalami pengaruh. Perubahan ini diprediksi tidak akan berhenti dan akan terus berlangsung. Bahkan berkembang dengan percepatan tinggi dan menciptakan inovasi disruptif dalam pasar dan bisnis.

Banyak kegiatan yang tidak terpikirkan sebelumnya, bisa diwujudkan dan menjadi suatu inovasi, bahkan inovasi tersebut membuka lahan bisnis yang sangat besar dan mengubah pasar secara keseluruhan. Inovasi yang mengakibatkan perubahan yang sedemikian masif seperti inilah yang disebut dengan inovasi disruptif.

Dengan demikian, berbagai perubahan yang sangat cepat dimasa mendatang perlu diantisipasi dengan pengaturan dalam UU yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Misalnya, definisi peternak harus dimunculkan secara spesifik, yang nampaknya hanya mereka yang bersedia berkiprah di segmen hulu dan produksi. Perbedaan kecepatan perubahan yang terjadi di hilir yang lebih dinamis dibanding yang terjadi di hulu, diperlukan penguatan konektifitas antara push process (produsen) dan pull process (retailer) melalui pemrosesan decoupling point permintaan konsumen. Dengan cara seperti ini, kecepatan perubahan di hilir tetap sinergis dengan dinamika di sektor hulu yang relatif lebih lambat, sehingga terjadi perkembangan usaha yang berkelanjutan.

Teknologi dan Inovasi Disruptif

Inovasi disruptif merupakan inovasi yang mampu menciptakan pasar baru dengan konsekuensi mengurangi pasar yang sebelumnya sudah ada, bahkan inovasi tersebut pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu. Pada mulanya pelaku bisnis yang memiliki inovasi disruptif mengembangkan produk atau layanan jasa dengan cara yang out of the box. Cara yang berbeda inilah yang kemudian menciptakan jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama. Pada akhirnya, jika pelaku bisnis dengan teknologi terdahulu tidak beradaptasi, maka keseluruhan pasar akan dikuasai oleh pelaku bisnis yang baru.

Berkaitan dengan perkembangan teknologi, perusahaan teknologi besar dunia menyampaikan report dan prediksinya dalam Global Industry Vision menjelang tahun 2025. Ada 10 kunci atau megatrend yang akan berkembang di dunia, antara lain:.

1. Robotika dalam kehidupan sehari-hari

Diprediksikan bahwa tingkat penetrasi robotika untuk rumahan akan tumbuh hingga 14 persen secara global.

2. Super Sight

Penerapan teknologi 5G, Virtual Reality (VR)/ Augmented Reality (AR), mesin pembelajaran, dan sejumlah teknologi berkembang lainnya dalam kehidupan sehari-hari seolah menjadi perpanjangan mata manusia. Kemajuan dan pertumbuhan budaya serta bisnis tak lagi dipengaruhi oleh jarak, ruang dan waktu. Diprediksi jumlah perusahaan yang memanfaatkan teknologi AR/VR akan meningkat sebesar 10 persen.

3. Zero Search

Di masa depan, karena perangkat teknologi berbasis data telah dilengkapi dengan sensor, mereka mampu mengantisipasi setiap kebutuhan manusia. Dengan kata lain, model pencarian di masa depan tak lagi membutuhkan tombol untuk memberi perintah. diprediksikan bahwa 90 persen pengguna gawai akan mengaktifkan teknologi personal assistants untuk keperluan sehari-hari.

4. Sistem Transportasi Cerdas

Sistem transportasi juga diprediksikan mampu membangun konektivitas antara manusia sebagai pengguna, kendaraan, dan infrastruktur. Hal ini tentunya akan mendorong sistem lalu lintas yang bebas macet, sistem tanggap darurat yang baik, serta beragam fungsi lainnya. Diprediksikan nantinya sebanyak 15 persen kendaraan dilengkapi dengan fitur Cellular Vehicle-to-Everything.

5. Bekerjasama dengan Robot

Smart automation diprediksi akan dapat menjangkau area-area yang membutuhkan presisi tinggi, sarat bahaya, sampai memenuhi kebutuhan pabrik lebih jauh. Hal ini bertujuan untuk mendorong tumbuhnya produktivitas serta keselamatan kerja. Diprediksi robot akan mendampingi 10.000 pekerja di tiap-tiap industri.

6. Augmented Creativity

Cloud dengan kecerdasan buatan diprediksi akan memangkas biaya dan kendala yang selama ini dihadapi pada eksperimen berbasis sains, penciptaan inovasi, hingga di bidang seni. Hal ini dapat membuka peluang niche baru dalam industri kreatif. Diprediksi akan banyak perusahaan berskala besar yang menggelar teknologi kecerdasan buatan di sistem mereka.

7. Komunikasi Bebas Hambatan

Kecerdasan buatan dan big data analysis akan berperan membangun kelancaran komunikasi. Hal ini diharapkan akan mampu mendobrak kendala Bahasa, serta meningkatkan akurasi, pemahaman kepercayaan. Diprediksi akan banyak data yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan di dunia akan digunakan secara optimal.

8. Simbiosis Ekonomi

Berkat teknologi, akan tercipta kolaborasi yang kian kuat. Perusahaan dapat saling berbagi sumber daya demi terwujudnya ekosistem global yang kuat. Pada akhirnya produktivitas akan meningkat. Diprediksi bahwa seluruh perusahaan akan memanfaatkan teknologi cloud atau aplikasi bisnis akan berbasis di cloud.

9. Gelaran 5G

Jaringan 5G sudah di depan mata dan jaringan ini jauh lebih cepat dari generasi nirkabel pendahulunya. Diprediksikan pada tahun 2025 populasi penduduk dunia sudah dapat menikmati akses 5G.

10. Tata Kelola Digital Global

Diprediksi pada tahun 2025 volume data global mencapai 180 ZB (1 ZB = 1 trillion GB) tiap tahunnya. Oleh karena itu diperlukan pengaturan lintas batas agar semuanya berjalan dengan baik.

Sebagai pelaku bisnis, dunia usaha peternakan harus menyadari beberapa dampak akibat timbulnya perubahan demi perubahan ini. Sebagai pelaku bisnis perorangan maupun perusahaan secara umum, haruslah memiliki kemampuan dan kemauan untuk belajar hal baru. Hal ini tentu saja karena bisnis akan bergerak dengan dinamis mengikuti perkembangan jaman. Agar tidak tertinggal, pelaku bisnis harus terus memperbarui domain of expertisenya, sehingga dapat tetap memenuhi ekspektasi pelanggan.

Penggunaan teknologi akan mendorong efisiensi kerja. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya kebutuhan tenaga kerja kasar karena digantikan dengan robot. Namun, akan muncul posisi-posisi baru dalam organisasi. Misalnya, tim teknis untuk menangani servis robot, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya akan mengubah bentuk organisasi, yang membutuhkan perubahan dalam waktu cepat untuk merespon perkembangan jaman.

Dari 10 Megatrends yang disampaikan di atas, dibutuhkan infrastruktur yang memadai terkait artifial intelegence, jaringan siber fisik, maupun secara sederhana dalam bentuk aplikasi.
Termasuk dalam hal administrasi dalam perusahaan. Penggunaan aplikasi Talenta dapat memperlancar digitalisasi pekerjaan terkait manajemen sumber daya manusia pada bisnis atau usaha peternakan. Tim personalia dapat mengontrol kinerja dan presensi karyawan secara digital. Aplikasi penggajian online yang dapat  dapat menghitung secara otomatis gaji, tunjangan dan berbagai hal yang berkaitan dengan penggajian. Semuanya bisa dilakukan dengan mudah dan cepat hanya melalui gawai.

Mengubah Mindset

Berbagai aspek bisnis, termasuk usaha peternakan, akan terus berubah seiring dengan revolusi industri dan perkembangan teknologi yang terjadi. Mindset bahwa perubahan seringkali diikuti dampak negatif sebaiknya diganti. Karena perubahan dalam revolusi industri 4.0 juga dapat memberikan peluang bisnis maupun peluang akses yang lebih besar.

Terjadinya perubahan yang sangat cepat tersebut terutama pada sektor hilir, dimana permintaan konsumen yang telah mampu merubah sistem produksi, telah mengindikasikan kepada para pelaku usaha bahwa konsep konektivitas rantai pasok menjadi penting bagi peternak dan pasar.

Dengan demikian, pengaturan yang disusun dalam RUU tidak boleh lagi menerapkan pemikiran yang tersegmentasi antara subsistem hulu sampai hilir karena kenyataannya sudah terlihat saat ini bahwa produk impor yang mengutamakan hygienis dan manajemen cold chain telah menstimulasi berkembangnya retail daging. Misalnya para pelaku di hilir yang didominasi oleh para milenial telah dimudahkan oleh kehadiran daging India. Konsumen telah terstimulasi oleh harga produk yang relatif murah, yang pada akhirnya mendrive sistem produksi. Penguatan sistem agribisnis vertikal dan horisontal nampaknya harus selalu terintegrasi.***

Penulis adalah Peneliti Utama Puslitbang Peternakan, Dewan Pakar PB ISPI, dan  menjabat sebagai Dirjen Peternakan tahun 2007-2010 Prof. Dr. Ir. Tejppy D. Sidjana M.Sc