YOGYAKARTA, ISPINews. Penggunaan Gama Abilawa berupa portable restraining box (alat perebah sapi portable) memberi kemudahan bagi panitia kurban saat penyembelihan hewan kurban. Itulah yang dirasakan panitia kurban masjid Al Ishlaah, di Kampung Nitikan, Sorosutan, Umbulharjo, kota Yogyakarta sejak tahun 2020 hingga perayaan Idul Adha 1442 H tahun ini.
Panitia kurban yang mengoperasikan Gama Abilawa untuk proses penyembelihan hewan kurban, mengaku sangat terbantu. “Memang sangat praktis, baik dari sisi tenaga dan waktu yang digunakan jauh lebih cepat, bila dibandingkan dengan sebelum menggunakannya. Tempat penyembelihannya juga tidak memakan tempat“, ujar sekretaris panitia kurban Idul Adha 1442 H masjid Al Ishlaah, Uswat Chasani, S. Ag. Dari sisi tenaga, sebelum menggunakan alat ini, dibutuhkan minimal 6 orang untuk menjatuhkan hewan kurban, namun dengan alat ini, hanya butuh 3 orang saja. Proses penyembelihan 9 ekor sapi misalnya, sudah selesai sebelum jam 12 siang. Padahal sebelumnya, selesai di atas jam 13.00. Begitu kira-kira untuk menggambarkan apa yang terjadi pada Selasa, 20 Juli 2021 lalu saat berlangsung proses penyembelihan hewan kurban.
Mengapa Gama Abilawa mudah digunakan? Menurut tim dosen Fakultas Peternakan (Fapet) UGM yang diketuai Ir. Panjono, S.Pt, MP, PhD, IPM, ASEAN. Eng., Gama Abilawa terdiri beberapa bagian sehingga memudahkan sapi yang akan disembelih lebih mudah untuk dikondisikan, sehingga sapi merasa aman dan tidak stress, sedangkan orang yang menyembelih juga aman dari berbagai hal yang bisa terjadi, saat proses penyembelihan.
Di bagian belakang restraining box terpasang crush (lorong), semacam jalan setapak yang dibatasi pagar pada bagian kanan kirinya. Bagian ini sebagai jalan untuk memudahkan sapi masuk ke dalam kotak (box). Box ini diposisikan berdiri, dimana pintu (ada di sebelah belakang) dalam posisi dibuka, sehingga sapi bisa masuk ke dalam box.
Setelah sapi masuk, masing-masing kaki sapi diikat dengan tali dan ditambatkan pada box, sehingga kaki tidak bisa lagi menendang-nendang saat penyembelihan berlangsung.
Kemudian, pada sisi box sebelah kiri, dijepitkan ke badan sapi (dengan bantuan besi ulir) sehingga sapi tak bisa lagi bergerak bebas. Sedangkan bagian kepala, diikatkan ke bagian pipa besi sandaran kepala, sehingga kepala tidak bisa bergerak. Dengan posisi seperti ini, sang penyembelih sapi bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Selanjutnya box diputar sehingga posisi sapi rebah. Bila sudah seperti ini, saatnya dilakukan penyembelihan. Setelah beberapa menit dan sapi dipastikan sudah mati serta tidak bergerak-gerak lagi, bagian penutup atas (ada di atas punggung sapi) dibuka. Sapi dikeluarkan dari box, dan ditaruh di atas papan geseran untuk selanjutnya dibawa ke tempat pengulitan dan proses lanjutannya, seperti membersihkan jeroan, memotong daging, tulang, kepala hingga mengemas ke dalam wadah yang sudah disiapkan.
“Kelebihan utama menggunakan restraining box adalah mempunyai roda sehingga bisa dibawa ke mana-mana dengan mudah. Restraining box juga mempunyai sisi bergerak seperti pintu sehingga sapi bisa dijepit serta memiliki pipa lingkaran pemutar sehingga proses perebahan sapi menjadi ringan dan posisi sapi tidak berada di atas lantai. Dengan demikian, posisi penyembelih sapi menjadi lebih nyaman’, ungkap Panjono.
Saat ini, Gama Abilawa terus menjalani proses perbaikan sehingga benar-benar bermanfaat dan mudah dioperasikan oleh siapapun. “Untuk biaya pembuatan, sekitar 20 juta rupiah”, kata Panjono menutup pembicaraan.