Review Harga Ayam dan Telur Tahun 2022

Perjalanan harga livebird dan telur ayam ras di tahun 2022 telah mencapai garis akhir. Kendati secara kasar mengaku rugi, namun peternak tetap optimis untuk menyongsong usaha yang akan semakin baik di kemudian hari.

Tahun 2022 memang sudah dilalui, namun segudang permasalahan di usaha budi daya perunggasan masih menanti sebuah solusi. Nampaknya ungkapan ‘pengalaman adalah guru terbaik’ dirasa sangat relevan bagi para pelaku usaha di bisnis ini. Frasa ini seakan mengingatkan para pelaku perunggasan untuk belajar dari kejadian yang telah terjadi, sehingga dapat memprediksi dan memperbaiki diri di waktu selanjutnya.

Harga livebird di tingkat peternak tahun 2022 (www.pinsarindonesia.com, diolah Poultry Indonesia)

Begitupun terkait naik turunnya harga livebird (LB) dan telur ayam ras di tingkat peternak selama setahun kebelakang. Yang mana dinamika harga yang terjadi selama tahun 2022 dapat dapat menjadi rambu-rambu peternak, untuk kembali menjalankan usaha di tahun 2023.

Selama tahun 2022, harga LB dan telur ayam ras bergerak begitu dinamis. Berdasarkan data yang dihimpun dari asosiasi Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR) Indonesia, diketahui bahwa fluktuasi harga LB terjadi di sepanjang tahun. Secara garis besar, harga LB di semester pertama tahun 2022 berada di atas Rp20.000,00/kg. Namun demikian, memasuki semester kedua, harga LB berangsur jatuh hingga dibeberapa daerah menyentuh level Rp14.000,00/kg. Kemudian menjelang akhir tahun atau sekitar bulan November harga mulai terkoreksi dan secara perlahan merangkak naik. Fenomena ini hampir dirasakan oleh mayoritas peternak yang berada di pulau Jawa, dan sebagian wilayah di luar Jawa.

Dinamika rata-rata harga LB, sapronak dan HPP peternak di Pulau Jawa (Data Pinsar Indonesia diolah Poultry Indonesia)

Pola harga demikian tercermin di Bogor, sebagai daerah penyokong ibukota Jakarta harga LB semester pertama tahun 2022 di daerah ini berada di kisaran Rp19.000,00-23.000,00/kg. Kemudian pada semester kedua, terjadi tren penurunan harga hingga di level Rp16.000,00/kg. Pola hampir sama juga terjadi di daerah Sumatra seperti Medan. Sedangkan di daerah Balikpapan sebagai salah satu kota besar di Kalimantan mempunyai harga yang stabil tinggi berkisar antara Rp22.000,00-27.800,00/kg.

Hal ini diamini oleh Sugeng Wahyudi selaku Sekretaris Jenderal, Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN). Saat ditemui Poultry Indonesia di Bogor, Rabu (11/12) dirinya menjelaskan bahwa secara garis besar selama tahun 2022 harga LB di tingkat peternak cenderung rendah. Yang mana, mulai dari bulan Januari sampai Juli harga masih relatif bagus, dengan kisaran Rp20.000,00/kg, sehingga peternak masih mendapatkan margin keuntungan walaupun tipis. Kendati demikan angka ini masih di bawah harga acuan pembelian (HAP) yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Nasional yaitu Rp21.000-23.000,00/kg.

“Kecuali mungkin di bulan Februari harga LB di peternak sekitar Rp18.000,00-19.000,00. Tapi masih oke, peternak masih mendapatkan untung walaupun tidak besar. Namun setelah itu, mulai bulan Agustus hingga Desember harga jatuh, sehingga secara keseluruhan dalam satu tahun harga di peternak minus. Hal ini membuat keuntungan di 7 bulan awal habis, bahkan kurang atau rugi. Dan mungkin secara kasar rata-rata harga LB di peternak selama tahun 2022 ini sekitar Rp17.000,00-18.000,00/kg, terkhusus di pulau Jawa. Artinya di tahun 2022, peternak yang hanya berbudi daya di final stock merugi,” terangnya.

Sugeng menggaris bawahi, mungkin bagi peternak yang tidak hanya bermain di budi daya, dalam artian bisa menjual outputnya langsung ke end user atau mengarah ke olahan bisa jadi mendapatkan untung. Namun untuk yang hanya bermain dibudi daya final stock dan menjual dalam bentuk LB, secara rata-rata tahunan mendapatkan hasil minus. Belum lagi, apabila dilihat dari sisi input atau sapronak juga terjadi tren kenaikan harga, yang secara otomatis juga berdampak pada kenaikan biaya pokok produksi di peternak.

“Apabila dilihat secara kasar, sepanjang tahun ini harga pakan telah mengalami kenaikan hingga Rp1.200/kg. Walaupun dalam beberapa bulan terakhir harga pakan juga sempat turun sekitar Rp100-200/Kg, namun secara nilai belum terlalu signifikan. Sedangkan untuk harga DOC cenderung fluktuatif. Hal ini membuat HPP kita pun otomatis naik menjadi sekitar Rp20.000,00/kg,” tambahnya.

Dirinya melanjutkan, dengan situasi kenaikan harga input produksi ini, sangat disayangkan tidak diikuti dengan kenaikan pada harga LB di peternak. Menurutnya hal ini dikarenakan stok yang melimpah, sehingga menjadi bahan para pedagang perantara, serta ditunjang oleh ketidakdisiplinan para pelaku usaha perunggasan sendiri. Dengan dinamika yang telah terjadi, Sugeng berharap pada tahun 2023 harga LB di peternak bisa lebih baik dibandingkan di tahun 2022. Pasalnya dari sisi produksi, importasi GPS pada tahun 2021 telah dikurangi. Selain itu, di tahun depan juga merupakan tahun politik, yang mana diharapkan akan banyak diadakan hajatan dan acara, sehingga demand masyarakat pun meningkat.

Kondisi mirip juga dirasakan oleh para peternak ayam ras petelur. Menurut Yudianto Yosgiarso, Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) secara keseluruhan di tahun 2022 itu secara tutup buku peternak ayam ras petelur merugi. Kendati di penghujung tahun harga telur stabil tinggi, Yudi meminta jangan hanya melihat sepotong fenomena itu semata.

“Jadi tidak boleh mengambil sepotong-sepotong. Kita harus melihat harga telur ini selama satu tahun. Artinya kurang fair apabila sudut pandang nya cuma saat bulan Oktober – Desember saja ketika harga telur baik. Yang mana pada awal tahun 2022, peternak petelur hancur dan terpaksa menelan pil pahit karena telur dihargai rendah hingga di bawah harga produksi. Saat itu pun peternak panik dan banyak yang memutuskan untuk melakukan afkir dini pada ayamnya yang masih produktif. Selain karena harga telur yang masih rendah, harga pakannya pun masih cukup tinggi. Dan kala itu, harga mulai membaik ketika memasuki lebaran, selain karena demand yang meningkat, secara produksi juga berkurang karena ada beberapa teman peternak memutuskan melakukan afkir dini,” jelasnya.

Dirinya melanjutkan bahwa setelah lebaran harga telur masih cukup baik karena adanya penyaluran bantuan pangan non tunai untuk pembelian telur yang terjadi pada bulan Agustus dan dirapel menjadi 3 bulan. Hal ini pun membuat demand meningkat dan harga naik. Namun disisi lain akibat kenaikan harga telur ini, membuat pemerintah melakukan operasi pasar, sehingga harga di peternak kembali tertekan,” runutnya.

Harga telur ayam ras di tingkat peternak tahun 2022 (Sumber : www.pinsarindonesia.com, diolah Poultry Indonesia)

“Ketika operasi pasar dilakukan, harga telur kembali di Rp18.000,00-19.000,00. Kemudian di bulan September sampai Oktober kami dari asosiasi terus mencoba menaikkan harga di peternak. Dan masuk November harga telur mulai menggeliat di Rp24.000,00-25.000,00 sampai hingga sekarang. Jadi tolong jangan dilihat secara sepotong-sepotong. Dan untuk rata-rata mungkin harga telur di tahun 2022 berkisar antara Rp22.000,00 posisi telah berada di pedagang. Ini belum dipotong dengan biaya transportasi, packing, egg tray dan lainnya. Mungkin kalau dihitung kasar harga tersebut dikurangi dengan Rp1.700,00/kg, yang artinya peternak mendapatkan harga Rp20.300,00/kg. Harga ini tentu masih berada di bawah HAP yang dikeluarkan oleh Bapanas yaitu Rp22.000,00-24.000,00” tegas Yudi.

Ketika ditanya terkait tahun 2023, Yudi mengaku tetap selalu optimis. Dirinya berharap campur tangan pemerintah harus lebih serius dan berkeadilan. Selain terkait harga output, Yudi juga berharap penataan disisi input, seperti jagung bisa lebih diperbaiki. Di sisi lain terkait pendistribusian produk asal unggas ini harus terus didorong. Sandi

**Artikel sudah dimuat di Majalah Poultry Indonesia edisi Januari 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *