Peternak broiler maju, mandiri dan berkembang. Emang bisa ????

JAKARTA,ISPINews. Hari libur jangan jadikan alasan untuk tidak produktif. Meski hari Minggu, hari libur di penghujung bulan Juli, tetap saja harus produktif. Misalnya…..dengan diskusi seputar realita dunia peternakan di sekitar kita, atau bahkan di Negara Indonesia tercinta.

Nah….kali ini, ada Saiful Arifin atau biasa dipanggil Safin, yang bakal menebar inspirasi. Jangan salah…..mas Safin ini juga seorang Wakil Bupati Pati, Jawa Tengah lho.

“Profesi peternak/petani, dipikir masih paling dasar sehingga anak muda masih belum tertarik. Sebenarnya profesi ini cukup menjanjikan dan perlu benar-benar dikuatkan, kalau memang masa depan ada di bidang ini. Karena pangan merupakan andalan masyarakat dunia.” Begitu ujarnya di awal presentasi.

Menurut mas Safin yang memiliki ketertarikan dan banyak berfokus dalam bidang peternakan, pertanian dan perikanan, untuk bisa berkembang dalam bidang peternakan dan pertanian, peternak dan petani jangan hanya bisa beternak dan bertani saja, tetapi juga perlu diberi ilmu marketing supaya jangan sampai terus-menerus mendapat tekanan, sehingga petani dan peternak dapat memasarkan produk secara langsung kepada pasar yang dibutuhkan.

“Untuk mendukung tumbuhnya peternak baru, perlu disiapkan program yang menyediakan bibit ayam untuk anak muda. Daripada bekerja di perusahaan dengan gaji UMP, maka bisa dicoba beternak dengan populasi tertentu untuk menghasilkan uang seperti gaji yang diperoleh jika bekerja”, jelasnya.

Menurutnya, dalam usaha ayam broiler, jika hanya menyalahkan integrator saja, kurang tepat. Karena integrator hanya mengikuti pola-pola regulasi yang sudah tidak melarang. Integrator boleh saja memiliki bisnis dari atas sampai bawah, tetapi pada tingkat budidaya, mestinya diserahkan kepada perusahaan yang tidak terintegrasi.

Mengakhiri materinya, mas Safin menyatakan keyakinannya, kalau disebut ‘peternak rakyat’, maka semuanya adalah peternak rakyat, baik itu peternak rakyat yang di atas, di tengah maupun di bawah. Sehingga tergantung mau masuk dalam segmen yang mana, dan pada jenis ternak apa.

Di sesi beriktunya, giliran Joko Susilo, seorang peternak yang juga  menjabat Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (PB-ISPI). Joko memberikan apresiasi dari sisi kemampuan produksi dan kemampuan pemerintah dalam penyediaan produk pangan bagi masyarakat, karena dari sisi konsumsi per kapita pada tahun 2002 sampai 2019, mengalami peningkatan menggembirakan. Meski demikian, masih perlu edukasi agar masyarakat mau meningkatkan konsumsi ayam sehingga penyerapan hasil produksi ternak akan terus meningkat.

Dari sisi harga ternak, menurut Joko, problema peternak adalah pada sistem tata niaga atau ilmu marketing karena masih bergantung kepada orang lain, sehingga tidak ada kepastian harga. Selain itu, acuan harga ayam hidup (livebird) selalu dikaitkan dengan produksi DOC, padahal belum tentu, karena belum ada kajian tentang hal tersebut, dan lebih pada daya serap yang masih belum optimal.

Sementara di sesi berikutnya, tampil Budiyanto, seorang peternak modern. Menurutnya, yang berperan dalam peternakan broiler adalah integrator, pemerintah dan peternak. “Seharusnya, integrator untung, peternak untung, pemerintah juga nyaman. Apabila tidak bisa menghitung permintaan, maka yang bisa dihitung, sebenarnya adalah stok, sehingga nantinya tidak akan terkena masalah yang sama dari tahun 2019, 2020 dan 2021.

Tertarik dengan informasi yang inspiratif ini ? Selengkapnya, dapat disimak pada channel youtube : https://youtu.be/EDddngpHjHI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *