ISPINews. Mengambil hikmah dibalik kondisi pandemi dapat terbukti dalam program wirausaha Doktor Mengabdi UB 2021 kali ini. Keluhan peternak itik petelur di Slorok, Doko-Blitar dijadikan pemantik ide untuk mengubah hal buruk menjadi menguntungkan. Naik turunnya harga telur itik di pasaran hal yang telah bertahun-tahun dialami peternak, apalagi olahan produk telur asin biasa sudah kurang menarik lagi bagi konsumen.
Berbekal hasil ngobrol informal dan FGD santai antar unsur masyarakat, terungkap beberapa masalah desa. Dengan mengubah sudut pandang maka sebenarnya masalah tersebut menjadi sebuah potensi besar. Di antara permasalahan desa antara lain banyaknya perempuan yang bekerja di ladang berpenghasilan renda, serapan pasar yang rendah terhadap telur itik dan banyaknya limbah kayu hasil kerajinan mebel. Tantangannya adalah mencari sebuah solusi yang bisa memecahkan semua masalah tersebut bersama-sama.
Dalam kondisi serba terbatas dan dengan modal finansial yang kecil, dibutuhkan sebuah cara memberdayakan peternak melalui kegiatan wirausaha yang tidak bermodal besar. Pilihannya tentu saja dengan cara memaksimalkan semua potensi untuk memenuhi aspek-aspek produksi dari hulu ke hilir.
Datangnya ide telur asin asap adalah pengalaman tim pelaksana program yang mengamati banyaknya penjual ikan asap di sepanjang jalan dari Malang menuju Situbondo. Dari antrian pembeli yang panjang, bisa disimpulkan tingginya kesukaan masyarakat terhadap produk olahan beraroma asap. Selain itu proses pengasapan ini bisa menambah daya simpan produk sehingga lebih mudah dikirim ke wilayah yang berbeda dalam waktu yang relatif panjang.
Optimalisasi sumberdaya lokal dilakukan untuk memulai program solutif dari keluhan dan problema masyarakat Desa Slorok. Telur asin Desa Slorok yang kurang populer merupakan target utama dari pengolahan produk karena ketersediaan yang stabil tapi pemasaran yang naik turun.
Tim pengolahan adalah ibu-ibu buruh tani yang dengan adalanya usaha ini tidak perlu keluar rumah tetapi bisa melakukan pekerjaan bernilai ekonomis yang lebih besar. Sedangkan wadah keranjang bambu dikerjakan oleh para pengrajin setempat yang tidak memiliki penghasilan karena kerajinan bambu sudah tergantikan dengan produk plastik. Peningkatan manfaat juga untuk batok kelapa kayu dan limbah mebel di wilayah Desa Slorok yang digunakan sebagai bahan bakar pengasapan.
Pada dasarnya proses pengolahan telur asin asap bukan merupakan hal baru, bahkan desain mesin tidak terlalu sulit dan sudah dijual secara komersial. Mesin pengasapan telur bisa dibeli dari marketplace dengan mudah serta penggunaannya tidak membutuhkan pelatihan yang rumit. Ibu-ibu yang terlibat dalam proses pengolahan telur asin asap hanya membutuhkan 2 kali percobaan dan satu kali pelatihan online melalui Zoom sebelum menjual produknya. Setelahnya, ibu-ibu tim produksi lebih banyak belajar dari konten YouTube yang tersedia secara gratis serta trial and error untuk menghasilkan telur asin yang masir, tidak berair, tingkat keasinannya pas dan kenyal.
Proses pemasaran dilakukan dengan mempertimbangkan 3 hal utama, yaitu menganalisis target market, mengenali kondisi dan upaya menambah nilai produk serta kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk. Pertama adalah target market dari telur asin asap adalah para konsumen perempuan yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan nutrisi rumah tangganya dengan penghasilan keluarga pada level menengah ke atas.
Harga yang dipatok sebesar Rp 22.500- 25.000 per keranjang (tergantung lokasi dan pengiriman) yang berisi 5 butir, dianggap tidak terlalu memberatkan untuk konsumen dalam range berpenghasilan tersebut. Karakteristik lain adalah konsumen yang memahami kebutuhan nutrisi, menyukai hal-hal yang simple dan aktif di sosial massa. Jaringan pemasaran saat ini memanfaatkan saluran pribadi, kelompok/komunitas di Whatsapp Group dan word of mouth. Akun marketplace sudah tersedia tetapi belum banyak digunakan karena jumlah produksi yang belum terlalu besar.
Pengenalan kondisi dan waktu yang sesuai untuk memasarkan juga sangat penting untuk dilakukan. Dibalik kesulitan yang ditimbulkan pandemi, ternyata ada pula peluang yang bisa dimanfaatkan oleh usaha kuliner. Telur asin asap memberikan pilihan produk pangan yang terjangkau, bergizi dan tahan lama. Apalagi dengan kemasan yang unik dan ramah lingkungan, telur asin asap ini cukup menarik untuk dibagikan kepada kerabat yang sedang melakukan isoman. Sebagai oleh-oleh atau hadiah juga memenuhi syarat karena penyukanya dari semua lapisan usia. Bahkan banyak testimoni yang menyatakan telur asin asap ini menimbulkan selera anak-anak yang bosan terhadap olahan telur lainnya.
Upaya untuk meningkatkan kepercayaan konsumen juga haru dilakukan secara terus menerus. Salah satunya dengan mendaftarkan produk untuk mendapatkan NIB (Nomer Ijin Berusaha). Dengan adanya NIB maka produk telur asin sudah dapat mencantumkan logo Halal dan SNI. Selain itu, promosi tidak hanya dilakukan untuk menunjukkan sisi positif tetapi juga membagikan survey untuk mengetahui pendapat konsumen. Feedback konsumen direspon secara pribadi dan memberikan jaminan penggantian kerusakan ataupun jika ada kekurangan saat pengolahan seperti retak, kurang matang, terlalu asin dan sebagainya. Tim produksi juga mendapatkan pelatihan tentang Quality Control terhadap ukuran telur, tingkat keasinan, kematangan dan hal-hal lain yang dapat menurunkan minat konsumen. Sejauh ini produk telur asin asap telah membuktikan adanya repeat order dari beberapa konsumen dan sudah menjangkau luar provinsi maupun luar pulau. Sedangkan luar negeri masih terbatas pada pembelian pribadi (bukan untuk dijual kembali) dan masih akan dicari peluang ekspor karena permintaan cukup banyak.