PERTUMBUHAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN MULAI PULIH

Oleh: M. Chairul Arifin

Paling tidak selama triwulan I tahun 2021 pertumbuhan PDB Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) telah tumbuh positif 8,22 persen setelah mengalami kontraksi cukup tajam minus 6,93 persen pada triwulan IV tahun 2020 (q-to-q).

Begitupun pada triwulan I tahun 2021 terhadap triwulan I tahun 2020 (y-on-y), PDB PKH mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,48 persen. Pertumbuhan positif pada Triwulan I ini didorong oleh tingginya permintaan domestik terhadap komoditas produksi ayam dan telur dan adanya optimalisasi produksi (BPS,2021). Tentu kabar baik ini cukup melegakan bagi jajaran PKH yg menandakan segala gonjang ganjing permasalahan terutama di sektor perunggasan baik itu menyangkut input produksi bahan pakan jagung yg fluktuatif dan DOC GPS dan PS yg impor telah mulai teratasi. Namun pertumbuhan ini tergolong lebih rendah dari pertumbuhan Tanaman Pangan yang tumbuh meyakinkan 10,32 persen dan Hortikultura sebesar 3,02 persen, tapi lebih tinggi sedikit dari Perkebunan yg tumbuh 2,17 persen. Dibandingkan dengan sektor Pertanian yang tumbuh 2,95 persen, PKH masih berada dibawahnya.

Dalam sejarahnya pertumbuhan PKH itu selalu lebih tinggi dari sektor Pertanian dan sub sektor lainnya dilingkup pertanian. Malahan di tahun 2012,2013 dan 2014 PKH itu tumbuh diatas 5-6 persen sehingga pertumbuhan yg tinggi diatas pertumbuhan nasional ini menyebabkan PKH berpotensi sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru sektor pertanian. Nilai PDB PKH saat ini (2020) Atas Dasar Harga Berlaku besarnya 260 Trilyun Rupiah lebih besar dari Hortikultura yang besarnya 250 Trilyun Rupiah. Tapi lebih kecil dari Perkebunan Yg besarnya 560 Trilyun Rupiah dan Tanaman Pangan 474 Trilyun Rupiah. Dibandingkan dengan sektor pertanian yang tumbuh 2,91 % PKH masih berada dibawahnya

Dampak Pandemi

Pandemi Covid-19 memang berdampak serius pada pertumbuhan PKH yg terbukti dari menurunnya pemotongan ternak besar dan turunnya permintaan konsumsi pada daging sapi dan ayam ras. Konsumsi daging dan telur ayam ras tingkat partisipasinya sekitar 60% lebih., tapi selalu dibelit masalah klasik yg tak kunjung beres² di sektor ayam ras

PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yg dihasilkan oleh seluruh unit usaha ( usaha PKH) dalam suatu negara. Untuk PKH cakupannya biasanya Peternakan Sapi dan Kerbau, peternakan kuda dan sejenisnya, peternakan unta dan sejenisnya, peternakan domba dan kambing, peternakan babi, peternakan unggas dan peternakan lainnya.

Animal Unit

Untuk mengetahui jumlah ternak species masing² yang dapat dijumlahkan dipakai ukuran untuk menghitung .jumlah dan membandingkannya satu sama lain dengan koefisien tehnis. Ukuranya dipakai satuan Animal Unit, yg tiap² jenis ternak berbeda jumlah pakan yg dihabiskan dengan berat badannya. Tapi telah disetarakan menjadi sama ukuran yaitu Animal Unit ( AU ). Telah dihitung seluruh jenis ternak di seluruh Indonesia itu berjumlah sekitar 45 juta AU ( Data 2018) dengan masing² ternak sapi potong 11,8 juta AU, kerbau 966 ribu AU, sapi perah 399 ribu AU, kuda 331 ribu AU, kambing 2,1 juta AU, domba 1,9 juta AU, Babi 1,6 juta ekor, ayam ras pedaging 22,1 juta AU, ayam ras petelur 1,4 juta AU, ayam bukan ras 1,8 juta AU dan itik 392 ribu AU.

Dari data diatas nampak bahwa ternak ayam ras pedaging menduduki porsi terbesar yaitu hampir 50% diikuti oleh sapi potong 26% sedangkan yg terkecil adalah ternak kuda yg hanya 0,7% dan sapi perah 0,8%. Walaupun jumlah Animal Unit ini baru menggambarkan jumlah pakan dan berat badan ternak tapi gambaran ini semakin memperkuat dugaan menurunnya PDB PKH lebih banyak disebabkan oleh masalah di sektor unggas ayam ras dan sektor sapi potong. Sehingga benar yg dikatakan oleh.BPS bahwa optimalisasi produksi sapi potong misalnya dengan SiKOMANDAN dan 1000 Desa Sapi
Dalam Kawasan Korporasi serta pulihnya perunggasan akan mendorong.pertumbuha.PDB PKH. Ini tentu juga terkait dengan persusuan yg walaupun komponen AU nya kecil tapi komponen impornya tinggi karena kenaikan permintaan yang tinggi juga sehingga akan lebih mendorong pertumbuhan PDB PKH.

Lepas dari uraian diatas, seluruh jajaran PKH patut bersyukur bahwa PKH sudah lepas dari contraction trap menuju pemulihan yg sebenarnya. Jalan masih panjang.

Depok 8 Juni 2021
M. Chairul Arifin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *