Sekjen PB ISPI menjadi Narasumber Farmsco E-Learning “Ayam Lokal Indonesia”

Farmsco E-Learning Part 4 dengan tema “Ayam Lokal Indonesia” yang dinahkodai PT. Farmsco Feed Indonesia telah dilaksanakan pada Kamis (18/03/2021). Sekjen PB ISPI, Joko Susilo, S.Pt, yang menjadi salah satu narasumber dalam webinar ini menyampaikan materi tentang “Strategi Menghandle Ayam Lokal dan Analisis Usahanya”.

Melalui materinya, Joko memaparkan beberapa hal terkait ayam lokal. Joko memulai materinya dengan kerangka berpikir untuk memulai usaha peternakan ayam lokal, yaitu tentang supply dan demand. Dimana kondisi di Indonesia, supply ayam lokal masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan (demand). Padahal, konsumsi perkapita masih belum optimal, dan masih ada potensi kekurangan suplai ayam lokal sekitar 8 juta.

Sebagai bahasan materi pertama, Joko membahas strategi menghandle ayam lokal. Dia menyampaikan tujuan usaha ayam lokal terdiri dari 3 hal. Yang pertama adalah konservasi atau pelestarian agar sifat dan keragaman ayam tidak berubah. Kedua untuk pemuliaan atau breeding dengan tujuan untuk memenuhi keinginan manusia dan tercipta banyak keragaman. Sedangkan yang ketiga adalah menyediakan produk ayam lokal yang “mudah” dan “murah” sebagai bagian dari diversifikasi protein hewani yang berkualitas.

Pemeliharaan ayam kampung bisa dibagi menjadi 4 bagian, meliputi bibit, pakan, perkandangan, dan manajemen pemeliharaan. Bibit berkontribusi 30% sehingga perlu dipilih DOC yang sehat dengan ciri ciri berdiri tegap, tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap. Pakan yang diberikan bisa berupa konsentrat, jagung, dedak maupun pakan jadi produk pabrikan (PK 12%, EM 2500 Kk/kg). Perkandangan dengan jarak yang cukup dari pemukiman, tidak lembab, sinar matahari cukup dan perlu dipertimbangkan daya tampung dan lantai kandang. Dari sisi manajemen pemeliharaan, SDM yang berkualitas dan dilakukan pengendalian penyakit baik dengan sistem ekstensif, semi intensif dan intensif.

Segitiga kunci sukses usaha ayam kampung adalah Pembibitan, Serapan pasar dan Peternak Budidaya. Setiap bagian, harus diperhatikan dengan baik, misalnya pada bagian pembibitan perlu mempertimbangkan jenis indukan yang dibudidayakan, jenis pejantan, model perkawinan dan program vaksinasi. Pada bagian serapan pasar, perlu diperhatikan ukuran live bird, kontinyuitas produksi, jarak dengan pasar dan produk akhir. Sedangkan pada bagian peternak budidaya perlu diperhatikan sumber/ketersediaan bibit dan ketersediaan pakan.

Sebagai bahasan materi yang kedua, dibahas materi analisa usaha ayam kampung. Apabila dilihat dari potensinya, maka banyak wilayah di Indonesia masih sangat berpotensi untuk dikembangkan ayam kampung. Hal ini didasarkan pada kepadatan populasi ayam buras yang terfokus pada beberapa wilayah di masing masing pulau di Indonesia.

Dari sisi performa ternak, konsumsi pakan ayam kampung pedaging masih berada di atas standar. Padahal sebaiknya, konsumsi pakan mestinya cukup sedikit saja, akan tetapi perlu meningkatkan efisiensi. Sehingga dengan pakan yang sedikit, bisa mendapatkan produksi yang tetap baik. Uniformity ayam kampung juga masih kurang baik, dimana pada umur panen 30% sebesar 0,6-0,7kg; 60% sebesar 0,7-0,8 dan 10% 0,8-1kg.

Meskipun begitu, menurut Joko, usaha ayam kampung masih sangat menguntungkan. Misalnya dengan modal sapronak (DOC,Feed,OVK) sebesar 101 juta, masih bisa menghasillkan keuntungan bersih inti sebesar 20 juta lebih. Keuntungan ini dapat diperoleh apabila efisiensi pakan (EP) di atas 40%. Oleh karena potensi yang sangat besar ini, ayam kampung bisa menjadi usaha yang menjanjikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *